Upaya Ahmad Doli Kurnia dalam Menggusur Setya Novanto

Rabu, 30 Agustus 2017 | 06:35 WIB
0
599
Upaya Ahmad Doli Kurnia dalam Menggusur Setya Novanto

Dari waktu ke waktu Partai Golkar penuh dengan dinamika. Dinamika di sini bisa diartikan sebagai "pergolakan" kalau tidak mau dikatakan "pemberontakan" di dalam organisasi yang sudah berusia lebih dari setengah abad ini. Dinamika kali ini menyangkut manuver Ketua Gerakan Muda Partai Golkar (GMPG) Ahmad Doli Kurnia yang demikian frontal terhadap Ketua Umum DPP Partai Golkar Setya Novanto.

Manuver yang disebut "Gerakan Bersih Golkar" ini bermula ketika Ahmad meminta Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) untuk segera menahan Setya. Alasannya, semenjak ditetapkan sebagai tersangka korupsi proyek E-KTP pada 17 Juli 2017 lalu, Setya belum juga diperiksa dan ditahan. Menurut Ahmad, hal ini juga berdampak buruk bagi Golkar mengingat jabatan Setya selaku Ketua DPR.

Petinggi Partai Golkar tersengat atas manuver Ahmad ini. DPP Partai Golkar disebutkan sedang menyiapkan sanksi bagi Ahmad cum suis. Artinya, Ahmad tidak sendirian. Bukan rahasia umum lagi, di tubuh Beringin ini tumbuh berbagai faksi yang bermuara pada pimpinan tertinggi partai.

Alasan dari penyiapan dan kelak penerapan sanksi tidak jauh-jauh dari gerakan GMPG yang bukan dalam rangka membangun partai, melainkan sudah mengarah kepada upaya pendongkelan setya selaku Ketua Umum Partai Golkar. Sekretaris Jenderal Partai Golkar I‎drus Marham mengaku sudah memberikan surat teguran terhadap Ahmad.

Bukannya diindahkan GMPG, teguran itu dianggap angin lalu. GMPG menilai surat teguran yang bakal berujung sanksi tersebut justru menunjukkan Partai Golkar dipimpin orang-orang yang berpikiran mundur dalam kehidupan berpolitik dan berdemokrasi. Anggota GMPG, Syamsul Rizal menilai para elite Golkar masih mengelola partai dengan cara kuno, dan menganggap partai seakan milik pribadi atau kelompok.

Syamsul menganggap pimpinan Golkar saat ini sedang mengembangkan bentuk kekuasaan absolut. "Mereka sangat takut dengan kritik dan meresponsnya dengan gaya tangan besi, seperti tak mengenal demokrasi," kata Syamsul dalam keterangan persnya, Senin 28 Agustus 2017.

Empat hari sebelumnya, pada Kamis 24 Agustus 2017 GMPG menemui pimpinan KPK. Dalam pertemuan itu, kepastian peradilan terhadap Setya dalam kasus dugaan korupsi proyek pengadaan kartu tanda penduduk elektronik (e-KTP) dibahas GMPG dengan pimpinan KPK, dibicarakan serius.

Idrus sendiri menyebutkan, langkah GMPG menemui pimpinan KPK itu merupakan provokasi yang disebutnya "luar biasa". Partai Golkar pun akan segera menjatuhkan sanksi kepada Ahmad dan teman-temannya itu. Ujung dari Gerakan Bersih Golkar yang diinisiasi Ahmad ini tidak lain agar musyawarah nasional luar biasa (Munaslub) digelar untuk mencari Ketua Umum Partai Golkar baru pengganti Setya yang sudah ditetapkan sebagai tersangka.

Keinginan Ahmad dijawab rapat pleno DPP Partai Golkar yang menyatakan tidak akan menggelar Munaslub meski Setya sudah berstatus tersangka. GMPG bereaksi dengan langsung meminta Setya untuk mundur dari kursi ketua umum partai sekaligus selaku Ketua DPR.

"Agar kedua intitusi tersebut dapat bebas dan tidak terbawa-bawa oleh masalah dan kepentingan pribadi Setya Novanto, khususnya dalam menghadapi sangkaan keterlibatannya dalam kasus megaskandal korupsi e-KTP," kata Ahmad, Rabu 19 Agustus 2017.

Ahmad menilai, keputusan rapat pleno dan dukungan Dewan Pembina dan Dewan Pakar kepada Novanto bersifat pribadi, kelompok, dan tidak memikirkan kepentingan yang lebih besar untuk bangsa dan partai. Ahmad bahkan "menerjemahkan" keputusan tersebut sebagai bentuk perlawanan terhadap pemberantasan korupsi dan KPK. Menurut dia, kepercayaan publik terhadap Partai Golkar semakin menurun atas kasus yang melibatkan Setya.

Pergantian kepemimpinan di Partai Golkar, kata Ahmad lagi, merupakan bagian dari dukungan dan kerja konkret dalam upaya mendukung kerja pemerintah Jokowi-JK‎, sekaligus proses kampanye pemenangan Jokowi yang sudah ditetapkan sebagai calon Presiden 2019 oleh partai berlambang beringin rimbun ini.

Sikap BJ Habibie

Manuver GMPG menggusur Setya berlanjut dengan menemui Ketua Dewan Kehormatan Partai Golkar Bacharuddin Jusuf Habibie di kediaman Presiden Ke-3 RI itu di Jalan Patra Kuningan, Jakarta Selatan, Senin 28 Agustus 2017. Pertemuan selama 2,5 jam tersebut membahas mengenai situasi internal Partai Golkar saat ini, khususnya pasca-penetapan Setya Novanto sebagai tersangka.

 

[caption id="attachment_2882" align="alignleft" width="377"] Ahmad Doli Kurnia Bertemu Habibie (Foto: Tribunnews.com)[/caption]

Ahmad mengungkapkan, dalam pertemuan itu Habibie berpesan agar GMPG belajar dari kesalahan pendahulunya untuk menjaga citra Partai Golkar di mata masyarakat. Menurut Ahmad, Habibie juga mengungkapkan pandangannya terhadap Partai Golkar saat ini yang dinilai memiliki citra buruk. Bahkan beberapa survei menyatakan elektabilitas Partai Golkar menurun.

"Pak Habibie selama ini mencermati, mengikuti dan tahu persis bagaimana Golkar sedang mendapat cobaan, ketua umumnya sedang menghadapi dugaan kasus korupsi e-KTP, lalu bagaimana Pak Habibie mengetahui citra buruk Partai Golkar saat ini di mana elektabilitasnya di beberapa survei juga turun," paparnya.

Ahmad pun mengungkapkan, sebagai Ketua Dewan Kehormatan, Habibie mendukung adanya pembaruan dan perubahan di internal Partai Golkar dan menginginkan Partai Golkar memiliki tempat di hati rakyat serta menjadi partai pemenang di Pemilu 2019.

Selain Ahmad, hadir dalam pertemuan tersebut pengurus GMPG lainnya, yakni Mirwan Bz. Vauly, Sirajuddin A Wahab dan M Syamsul Rizal.

Mirwan Bz Vauly menambahkan, Habibie sudah memberikan ultimatum kepada Setya pascapenetapannya sebagai tersangka. Menurut Mirwan, Habibie meminta Setya segera melakukan konsolidasi dan perbaikan partai. Mirwan bahkan mengatakan, sebagai Ketua Dewan Kehormatan, Habibie menginginkan perubahan dan pembaruan pimpinan Golkar karena  publik tidak lagi berpihak kepada Setya Novanto.

Langkah Ahmad cs dengan GMPG-nya tidak berarti berjalan mulus kendati telah menemui Habibie. Selalu ada penentang atau "kubu-kubuan" di Partai Golkar dan ketika terjadi riak atau bahkan pergolakan maka disebutlah sebagai "dinamika" internal partai. Lagi-lagi ujung-ujungnya pada upaya penggusuran ketua umum partai.

Beberapa waktu lalu, perebutan posisi strategis ketua umum partai terjadi antara Setya Novanto dengan Ade Komarudin atau yang biasa disapa Akom. Ade sempat menggantikan posisi Setya selaku Ketua DPR tatkala Setya mengundurkan diri karena tersandung kasus "Papa Minta Saham"-nya Freeport. Sebelumnya, Ade adalah rival Setya dalam pemilihan ketua umum partai yang kemudian mengundurkan diri dengan memberi jalan Setya naik.

Di kalangan politikus Golkar atau politik mutakhir Indonesia pada umumnya, "dinamika" di Partai Golkar pun tidak jauh-jauh dari "rivalitas" Presiden Joko Widodo dengan Wapres Jusuf Kalla yang masih tersisa sampai saat ini. Meski berpasangan sebagai Presiden-Wapres, dalam berbagai peristiwa dan kebijakan politis, rivalitas antara keduanya nampak ke permukaan, termasuk dalam Pilkada DKI Jakarta lalu dan kelak Pilkada Pulau Jawa, khususnya Jawa Tengah.

Dalam Pilkada DKI Jakarta, meski tidak secara terang-terangan mengakui, JK lebih condong memihak Anies Baswedan, sedangkan Jokwi memihak Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok. Di Pilkada Jawa Tengah yang akan datang, sudah tercium aroma keberpihakan JK pada bakal calon Sudirman Said, sedangkan Jokowi yang kader PDI Perjuangan masih menghendaki gubernur petahana Gandjar Pranowo.

Dalam konteks Partai Golkar, Ade diketahui dekat dengan JK yang pernah jadi ketua umum Partai Golkar sedang Setya memposisikan diri sebagai orang dekat Jokowi. Tidak aneh selaku ketua umum partai, dia menyatakan loyal dan setia kepada Jokowi.

Kemudian ketika ada upaya pendongkelan Setya dari posisi ketua umum partai dengan alasan terkait kasus e-KTP dan sudah ditetapkan sebagai tersangka, manuver Ahmad cs dengan GMPG-nya tidak bisa dilihat sebagai kasus yang berdiri sendiri. Bahkan kasarnya, Ahmad cs tidak bergerak atau bermanuver sendiri. Ada kekuatan tersembunyi alias belum nampak di balik keberanian GMPG yang dengan gigih menggusur Setya dari kursi ketua umum partai.

Kekuatan yang tersembunyi itu dalam waktu dekat bakal menampakkan diri.

***