Setiap perwira polisi boleh berharap menjadi Kepala Kepolisian Republik Indonesia atau Kapolri. Ini merupakan jabatan tertinggi dan prestisius di lingkup kepolisian. Harapan itu akan semakin mendekati kenyataan jika seorang perwira polisi yang telah berpangkat Komisaris Besar, ditunjuk menjadi ajudan Presiden RI. Kemungkinan ini bisa terjadi pada Kombes Johnny Edison Isir.
Perwira polisi dengan pangkat melati tiga di pundaknya ini adalah ajudan Presiden RI pertama yang berasal dari Papua. Pada acara pidato kenegaraan jelang HUT ke-72 Republik Indonesia di Gedung MPR DPR, Rabu 16 Agustus 2017, Jhonny naik podium mengiringi Presiden RI Joko Widodo. Kemunculannya sempat mencuri perhatian orang karena sosoknya yang khas Papua.
Posisi ajudan Presiden RI dari Polri kosong setelah Brigadir Jenderal Listyo Sigit Prabowo dimutasi menjadi Kapolda Banten sejak Oktober 2016. Menurut Kapolri Jenderal Tito Karnavian, sebagaimana diberitakan Tempo.co, terpilihnya Jhonny sebagai ajudan pribadi baru berawal dari pertemuannya dengan Jokowi di Hari Bhayangkara pada 10 Juli 2017 lalu. Saat itu, kata Tito, Jokowi senang melihat salah satu ajudan Tito bernama Stefanus yang berasal dari Papua.
Tito kemudian menggambarkan Stefanus sebagai sosok yang setia, cerdas, dan mengerti yang diinginkan olehnya. Stefanus telah mendampingi Tito selama lima tahun terakhir. Dari situlah keinginan Jokowi muncul untuk memiliki ajudan orang Papua. Tito pun merekomendasikan sejumlah nama di mana saat ini tiga ajudan pribadi Presiden dari TNI adalah angkatan 1996.
Kepada Presiden, Tito mengabarkan bahwa di Polri pun ada satu angkatan 1996 yang juga menonjol prestasinya. Orang itu tidak lain Jhonny Edison Isir.
Ajudan Presiden adalah orang-orang terpilih. Karir tertinggi siap berada di genggamannya. Perwira polisi yang pernah jadi Ajudan Presiden RI dan kemudian menjadi Kapolri salah satunya adalah Jenderal Dibyo Widodo. Sebelum menjabat Kapolri tahun 1996, ia menjadi Ajudan Presiden Soeharto hingga tahun 1992.
Contoh lainnya adalah Jenderal (Pol) Budi Gunawan, di mana pada masa lalu adalah ajudan Presiden Megawati Soekarnoputri. Kini jenderal polisi bintang empat itu menjabat Kepala BIN. Sudah menjadi rahasia umum, beberapa waktu lalu selangkah lagi bagi Budi Gunawan menjadi Kapolri sebelum turbulensi politik menghadangnya.
Presiden Joko Widodo saat itu mengajukannya sebagai calon tunggal Kapolri kepada DPR. Tiga hari setelah disodorkan Presiden, KPK mengumumkan Budi Gunawan yang saat itu masih berpangkat Komisaris Jenderal sebagai tersangka. DPR pun telah melakukan uji kelayakan dan mengumumkan Budi lolos dan dapat segera dilantik oleh Presiden.
Karena penetapan KPK itu, pada Januari 2015, Presiden Jokowi akhirnya menunda pengangkatannya dan menunjuk Badrodin Haiti sebagai pelaksana tugas Kapolri tanpa batasan waktu. Setelah pada akhirnya Badrodin Haiti menjadi Kapolri, Budi Gunawan kemudian ditunjuk menjadi Wakapolri dalam Sidang Wanjakti.
Posisi ajudan tidak bisa diisi sembarang orang. Ia adalah perwira militer berpangkat kolonel yang lulus lewat screening superketat yang dipilih langsung Presiden RI setelah direkomendasikan Panglima TNI. Karena Jhonny berasal dari kepolisian, maka ia diajukan oleh Kapolri.
Johnny tergolong istimewa. Ia adalah putra Papua pertama yang terpilih menjadi ajudan Presiden RI dan tugas perdananya dimulai pada 16 Agustus 2017 lalu. Kombes Jhony pun dipilih langsung oleh Presiden Joko Widodo setelah direkomendasikan Kapolri Jenderal Tito Karnavian.
Jhonny yang lahir di Jayapura 7 Juni 1975 adalah lulusan terbaik Akpol 1996 dan berpengalaman dalam bidang reserse. Peraih Adhimakayasa 1996 ini sebelum diangkat sebagai ajudan Presiden pernah menjabat Dirreskrimsus Polda Riau (2017) dan Wadirreskrimum Polda Banten (2016). pada tahun yang sama ia juga menjadi dosen utama STIK PTIK. Dua tahun sebelum itu, Jhonny menjadi Kapolres Jayawijaya (2013-2014) lanjut menjadi Kapolres Manokwari (2014-2016).
Menjual nasi kuning
Johnny berasal dari keluarga yang hidup dalam kesederhanaan namun disiplin. Dua hal ini menjadi motivasi dan modal Jhonny untuk memilih hidup menjadi seorang polisi. Saat bersekolah di sekolah dasar di Jayapura Jayapura tahun 1981-1987, Jhonny menjual nasi kuning buatan ibunya di sekolah.
"Ayah saya polisi Papua produk lama, pangkatnya paling rendah. Ayah mendidik kami dengan keras dan disiplin. Setiap hari saya melihat polisi, sehingga meski hidup polisi pas-pasan, dari kecil saya bercita-cita ingin menjadi polisi,” kenang Jhonny sebagaimana ditulis Roy Purba dari Cendrawasih Pos.
“Hidup sangat pas-pasan, untuk memenuhi kebutuhan hidup, Mama saya buat nasi kuning, setiap pergi sekolah saya pikul nasi kuning sama kakak pertama saya, bawa ke kantin sekolah untuk dijual,” kata Khonny yang merupakan anak kedua dari tiga bersaudara.
Jhonny melanjutkan sekolah di SMP Negeri 2 Jayapura setamat dari SD Kristus Raja dari tahun 1987 hingga 1990. Tahun 1990 ia melanjutkan sekolah di SMA Taruna Nusantara. Setelah menyelesaikan sekolah di Taruna Nusantara, Jhonny bersama empat temannya meninggalkan Jayapura menuju pulau Jawa.
Magelang menjadi tujuan utamanya dan mendaftar di Akabri, namun berdasarkan tes psikologi ia diterima di Akpol dan lulus sebagai lulusan terbaik tahun 1996 dan menerima penghargaan bintang Adhimakayasa dari Presiden Soeharto. Jhonny tercatat sebagai putra Papua pertama yang meraih ranking 1 saat lulus dari Akpol.
Tentu saja jalan menuju Kapolri masih panjang dan berliku. Setelah mendapat bintang satu di pundak, bolehlah Jhonny berharap setidak-tidaknya "belajar menjadi" Kapolri dengan menyabet jabatan Wakil Kapolda terlebih dahulu. Setelah itu beranjak menjadi Kapolda di beberapa daerah.
Bintang terang akan terus bersinar ketika Jhonny berhasil menduduki Polda Metro Jaya, misalnya, sebuah "kepompong" di mana ulat (Kapolda) akan segera menjadi kupu-kupu (Kapolri).
Berikut riwayat jabatan lengkapnya sebagaimana tercantum di Wikipedia;
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews