Rano Karno Dianaktirikan Media, Pilkada Banten Jadi Kurang Seksi

Jumat, 18 November 2016 | 17:11 WIB
0
644
Rano Karno Dianaktirikan Media, Pilkada Banten Jadi Kurang Seksi

Provinsi Banten letaknya hanya sepelemparan batu saja dari Ibukota Jakarta. Di wilayah ujung paling barat Pulau Jawa yang dulu merupakan bagian dari Provinsi Jawa Barat ini, juga akan berlangsung Pilkada serentak yang akan berlangsung 15 Februari 2017 bersama 100 kabupaten/kota dan provinsi lainnya.

Tidak seperti Pilkada DKI Jakarta yang seksi dari pemberitaan media nasional, Pilkada Banten terasa adem-ayem bak "sayur asem tanpa garem". Bahkan media lokal pun lebih senang memberitakan gonjang-ganjing dan ingar-bingar pilkada provinsi tetangganya, DKI Jakarta, yang jauh lebih seksi.

Padahal, di sini, di Provinsi Banten ini, juga ada tokoh yang tak kalah kondang dibanding Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok. Dia adalah Rano "Si Doel" Karno, mantan artis film dan penyanyi lagi-lagu cinta, yang juga menjadi jagoan PDI Perjuangan, sebagaimana Ahok.

Sebagai penyanyi spesialis lagu-lagu cinta, penggalan syair lagu yang dikenal publik pada masanya ialah "kupandang potretmu, di dalam kamar tersenyum padaku... kumenghayal bila saat nanti....."

Rano Karno yang merupakan gubernur petahana dan berpasangan dengan calon wakil gubernur Embay Mulya Syarief adalah anak aktor kawakan tahun 1970-an, Sukarno M. Noor. Pada tahun 1993, sinetron "Si Doel Anak Sekolahan" yang merupakan reinkarnasi film "Si Doel Anak Betawi" yang juga dibintangi Rano Karno, meledak di udara yang melambungkan namanya hingga menjadi buah bibir di mana-mana.

Namun beken di keartisan dan nyanyi tidak lantas membuat media melirik Rano dan Embay pasangannya itu, padahal pasangan calon yang mendapat nomor urut 2 ini (sama dengan nomor urut Ahok Djarot di DKI Jakarta), juga sedang mengadakan kampanye di sudut-sudut wilayah Banten.

Lawan Rano-Embay adalah pasangan nomor urut 1, yaitu Wahidin Halim dan Andika Hazrumy. Jika Rano-Embay diusung PDIP, PPP, dan Partai Nasdem, Wahidin-Andika dikeroyok Partai Demokrat, Partai Golkar, PKB, PAN, PKS, Partai Hanura dan Partai Gerindra.

Dari sisi perimbangan partai, yakni 3 lawan 7, selintas menunjukkan ketidakberimbangan. Dari sisi jumlah partai, jelas Wahidin-Andika yang bakal jadi juaranya. Apalagi, kekuatan pasangan ini bertumpu pada Partai Golkar yang sangat mengakar di Banten. Namun demikian, PDIP juga punya basis massa yang militan.

Alhasil, pertarungan dua pasang kandidat akan berlangsung seru, tetapi cukup satu putaran, wong cuma ada dua pasangan calon. Pemilih di Provinsi Banten pun dijamin tidak akan ragu memilih satu di antara dua pasang calon itu dan benar-benar menjalankan syariat Islam serta tidak akan melabrak atau melanggar Surat Al Maidah 51. Ya, 'kan semua calon pemimpin yang akan mereka pilih Muslim, jadi warga tanpa keraguan untuk memilih.

Pengamat politik Ray Rangkuti pernah mengatakan, sebenarnya ada gairah baru dalam Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Banten periode 2017-2021 yang menghadapkan Wahidin-Andika dengan Rano-Embay.  Alasannya, karena hanya dua pasang calon, maka pilkada Banten bisa diartikan sebagai pertarungan "pro-dinasti" melawan "anti-dinasti".

Kenapa disebut demikian? Ternyata dengan melihat latar belakang kedua pasangan itu. Wahidin Halim, yang menggandeng anak sulung mantan Gubernur Banten Atut Chosiyah, seakan-akan menghidupkan kembali politik dinasti "Trah Banten". Tentu saja baik Wahidin maupun Andika menyangkal peredikat ini.

[irp posts="942" name="PDIP Tunjuk Ahok sebagai Bakal Calon Gubernur, Pilkada Hanya Satu Putaran"]

Di sisi lain, Rano dengan Embay yang bukan wakil keluarga Atut menunjukkan pasangan inkumben ini tidak mau dibayangi politik keluarga Ratu Atut. Saat ini, Atut yang merupakan ibunda Andika, masih berada dalam tahanan akibat divonis bersalah melakukan tindak pidana korupsi.

Kondisi ini menjadi tantangan tersendiri bagi Andika untuk menunjukkan bahwa warga Banten tidak peduli dengan kasus yang membelit ibundanya seandainya dia dan pasangannya, calon gubernur Wahidin, memenangkan pertarungan Pilkada Banten.

Tidak ada salahnya jika Andika yang kini anggota DPR dari Partai Golkar berusia 31 tahun itu bersenandung lagu yang pernah dinyanyikan rivalnya itu, yaitu "kumenghayal bila saat nanti...."

Menghayal untuk menjadi wakil gubernur Banten memang tidak ada salahnya. Persoalannya, Rano juga akhir-akhir ini lebih sering menyenandungkan lagu yang sama yang pernah dinyanyikannya, menghayal bila satu saat nanti menjadi Gubernur Banten kembali.

Kau yang sangat kusayang....

***