Sampai sejauh ini, khususnya usai demo besar 4 November 2016 lalu, organisasi kemasyarakatan berbasis agama yang paling vokal saat ini, yaitu Front Pembela Islam (FPI), belum menyatakan dukungan secara eksplisit kepada salah satu pasangan calon Gubernur DKI Jakarta pada Pilkada 2017 nanti. FPI, menurut para tokoh penting di dalam tubuh organisasi itu, masih menjaga netralitasnya dalam arti belum menyatakan dukungan kepada salah satu pasangan calon.
Karena sikap menjaga netralitasnya itu, FPI membantah adanya meme berjudul INILAH SANG NOMOR SATU! di laman FPI yang menyebutkan oraganisasi itu mendukung pasangan Agus Harimurti Yudhoyono dan Sylviana Murni.
Bunyi meme yang diberi tanggal 29 Oktober 2016 dan diunggah pukul 21.59 itu menggunakan "laman resmi" di Facebook yang kemudian dibantah oleh FPI lengkapnya sebagai berikut:
INILAH SANG NOMOR SATU!
Agus Yudhoyono dan Sylviana Murni, Calon Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta 2017-2022. Keduanya adalah sosok pemimpin yang berakhlak, beradab, santun, pintar, rendah hati, penyayang, dekat dengan rakyat, jujur, adil, berprestasi dan yang terpenting: BERSIH DARI KORUPSI!
#JakartaUntukRakyat
Di bawah maklumat itu terpampang foto pasangan Agus-Sylvi yang sedang memegang karton nomor urut 1 saat ketiga pasangan calon gubernur ini mendapat undian nomor urut dari KPUD.
Meski bertanggal 29 Oktober 2016, namun meme itu sangat ramai dibicarakan di media sosial seperti Facebook dan Twitter sejak beberapa hari lalu. Tentu saja meme yang oleh FPI disebut hoax dan fitnah itu menjadi polemik dan ramai dibicarakan netizen di tengah isu Ketua Umum Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), yang tidak lain ayahanda Agus Harimurti, sempat dituding sebagai dalang aksi demonstrasi besar 4 November atau dikenal dengan sebutan 411 ini.
Untuk menepis tudingan itu, SBY yang merupakan Presiden ke-6 RI memberikan keterangan pers pada 2 November 2016 atau dua hari sebelum pelaksanaan demo besar "Anti Ahok" yang kemudian dibungkus sebagai "Aksi Membela Islam" tesebut.
Namun sebagaimana yang diberitakan Merdeka.com, kabar dukungan kepada Agus-Sylvi tersebut dibantah tegas FPI. Adalah Wakil Ketua Umum FPI Jafar Shodiq yang mengatakan bahwa FPI tidak ada urusannya dengan dukung mendukung di Pemilihan Gubernur DKI. Jafar bahkan menyebut, broadcast dan meme yang beredar itu merupakan fitnah belaka.
"Saya Waketum FPI, tidak ada mendukung-mendukung, tidak ada dukung mendukung dengan Pilkada DKI," kata Jafar, Jumat 11 November 2016.
Pada laman FPI di linimasa yang mendekati tanggal tersebut, yakni 29 Oktober 2016, memang tidak terdapat meme yang dimaksud. PepNews! juga coba menelusurnya dan tidak memukan meme yang ramai disiarkan lewat Whatsapp tersebut, yang ada berupa postingan seperti ini.
Jafar menegaskan, kabar FPI mendukung calon tertentu di Pilgub DKI dalam hal ini Agus-Sylvi sebagai fitnah yang sengaja ditujukan kepada FPI sebagai respons aksi 4 November 2016 lalu yang ingin kasus penistaan agama oleh Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok diusut tuntas.
Jafar selanjutnya menyerahkan sepenuhnya dukungan kepada hati para kader FPI, pasangan manapun yang mereka pilih. Menurut dia, FPI hanya ingin pemimpin DKI yang berasal dari Muslim sehingga tidak mungkinlah pilihan FPI jatuh pada pasangan Ahok-Djarot. "Enggak ada FPI mendukung siapa di Pilkada DKI, yang pasti mendukung untuk pemimpin Muslim," tekan Jafar.
Sebagai pimpinan FPI, Jafar mengatakan tidak ada keputusan tersebut. Kalau pun FPI mendukung Agus-Slyvi, katanya, itu harus ada surat edaran atau pernyataan sikap resmi. "Ini 'kan enggak," pungkasnya.
[irp posts="1776" name="Mengapa Aksi Bela Islam Berujung pada 2 Cara Penggulingan Jokowi?"]
Hal senada ditegaskan oleh Ketua FPI Habib Rizieq Shihab yang menyatakan kabar dukungan FPI terhadap Agus-Sylvi itu tidak benar. "Hoax," tulis Rizieq lewat pesan singkatnya sebagaimana dikutip Merdeka.com.
Di luar bantahan dari petinggi FPI seperti Jafar Shodiq dan Rizieq Shihab bahwa FPI belum menjatuhkan pilihan kepada salah pasangan calon gubernur/wakil gubernur DKI Jakarta, ini menarik untuk dikaji dan dicermati. Kalau dukungan terhadap pasangan Ahok-Djarot tidak mungkin dijatuhkan, tentunya pasangan yang kemungkinan bakal didukung FPI tinggal Agus-Sylvi dan Anies Baswedan-Sandiaga Uno.
Ketidakmungkinan FPI mendukung Ahok-Djarot sebagai "harga mati" dan penyangkalan FPI mendukung pasangan Agus-Sylvi, mau tidak mau pandangan beralih kepada pasangan Anies-Sandiaga. Mungkinkah FPI menjatuhkan dukungan pada pasangan Anies-Sandiaga?
Mungkin saja, kenapa tidak!
Pertama, dari sisi agama sebagaimana yang dikehendaki FPI, Anies dan Sandiaga sama-sama Muslim. Kedua, dari sisi etnis, Anies adalah keturunan Arab sebagaimana pimpinan FPI Rizieq Shihab. Ketiga, secara politis Partai Gerindra yang mengusung pasangan Anies-Sandiaga, lebih akrab dengan FPI dibanding Partai Demokrat yang mengusung Agus-Sylvi.
[irp posts="1825" name="Ahok dan Rezieq Sama-sama Tak Menistakan Kitab Suci"]
Sulitnya memilih antara dua pasangan yang sama-sama Muslim inilah yang memungkinkan FPI sampai sekarang belum menjatuhkan dukungannya kepada salah satu pasangan calon.
Bagai pasangan Agus-Sylvi atau Anies-Sandiaga, jatuhnya pilihan FPI yang dikenal punya massa besar dan militan itu suatu anugerah yang bisa digambarkan sebagai "amunisi tambahan" dalam meraup suara pemilih Jakarta. Sementara Ahok-Djarot harus sudah mengeliminir satu suara pun yang mungkin berasal dari massa besar FPI ini, kecuali ada silent majority di antara anggota FPI yang menjatuhkan pilihan kepada Ahok-Djarot meski kemungkinan ini hampir pasti tidak mungkin.
Masih belum menjatuhkan pilihannya FPI kepada ketiga pasangan calon, khususnya kepada pasangan Muslim Agus-Sylvi dan Anies-Sandiaga, menarik untuk ditunggu.
Atau keputusan pasangan mana yang akan didukung baru akan dijatuhkan FPI tatkala Ahok dinyatakan tereliminasi tidak ikut Pilkada 2017 akibat masalah hukum yang membelitnya, yaitu sangkaan menista agama alias blasphemy yang konsekuensinya sangat berat itu.
Auk ah elap...
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews