Buah jatuh tak jauh-jauh dari pohon, demikian pepatah lawas yang masih relevan untuk menggambarkan hubungan batin dan prilaku antara orangtua dengan anaknya. Hal ini terjadi pada mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dengan anaknya, Agus Harimurti, yang tengah berjuang merebut kursi Gubernur DKI.
Pertama, sudah terang-benderang di mata publik, Agus mengikuti jejak ayahnya yang berkarir di militer. Bedanya sang ayah mencapai pangkat tertinggi di Angkatan Darat, Jenderal, sementara Agus terhenti di saat masih berpangkat Mayor mengikuti kehendak ayahnya.
Tetapi, tidak tertutup kemungkinan Agus menjadi Panglima Tertinggi yang membawahi tiga angkatan jika ia terpilih sebagai Presiden RI mendatang, jadi memang betul tidak harus bersusah-payah menjadi jenderal terlebih dahulu. Langkah Presiden Jokowi sekarang patut ditiru, menjadi Panglima Tertinggi tanpa harus menjadi jenderal.
Semula banyak yang menduga, yang akan mewarisi dinasti politik Cikeas adalah putera SBY lainnya, Edhie Baskoro alias Ibas, yang saat ini menjabat sekretaris jenderal Partai Demokrat, partai yang didirikan SBY. Tetapi dugaan ini meleset. Dengan instink dan intuisi politiknya yang terkenal tajam, SBY lebih memilih Agus untuk melanjutkan dinasti politiknya.
Buah jatuh tidak jauh dari pohon juga berlanjut pada ucapan khas sang Ayah yang ditiru anaknya, yaitu kalimat “saya prihatin”. Dalam beberapa kesempatan Agus Harimurti juga melontarkan kalimat “saya prihatin”, persis seperti sang Ayah.
Kedua, saat menyikapi Surat Al Maidah yang dianggap dilecehkan oleh Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok, yang tidak lain saingan beratnya pada Pilkada DKI ini.
"Kita hargai aspirasi masyarakat, saya mengimbau untuk berpikir secara bersih, rasional dan cerdas. Hal seperti ini tidak perlu terjadi," kata Agus Minggu 9 Oktober 2016 lalu saat ditemui media di Kebun Bintang Ragunan. Agus mengatakan dirinya prihatin atas kejadian penyebutan surat Al Maidah oleh Ahok yang dilakukan saat memberikan pengarahan di Kepulauan Seribu sebelumnya.
Ketiga, Agus juga menyatakan prihatin dengan kondisi pasar-pasar tradisional di Jakarta. Dalam kesempatan “mendadak blusukan” ke pasar-pasar itu Agus mengaku kerap mendengar keluhan para pengunjung dan pedagang pasar seperti harga sewa toko yang mahal. Tidak lupa ia berjanji untuk memikirkan solusi bagi pedagang jika nanti terpilih menjadi Gubernur DKI.
Selain masalah harga, dalam kesempatan itu Agus menyinggung penataan pasar yang menjadi perhatiannya. Ia berjanji akan mengkaji ulang semua pasar yang sudah ada dengan alasan masih banyak pasar yang kondisinya tidak higienis.
"Saya prihatin, pasar yang sentral untuk kegiatan masyarakat sehari-hari tapi tidak nyaman, sehingga kurang mendapatkan perhatian dari masyarakat," kata Agus.
Keempat, terkait program “maknyus” milik sang Ayah yang akan dihidupkan kembali, yaitu memberikan bantuan langsung tunai alias BLT kepada warga kurang mampu jika terpilih sebagai gubernur DKI. BLT adalah “senjata ampuh” SBY yang membuatnya terpilih sebagai Presiden RI selama dua periode.
"BLT diberikan secara temporer kepada masyarakat yang benar-benar mengalami kesulitan dalam hidupnya. Untuk yang benar-benar makan saja sulit, untuk menyambung hidup sehari-harinya saja sulit. Itu yang perlu kita bantu," kata Agus sebagaimana diwartakan Detik.com usai berdialog dengan warga Cakung Barat di Lapangan Albo, Jakarta Timur, Senin 31 Oktober 2016 kemarin.
Apakah cara “copy paste” dalam program politik dan memasuki masa kampanye ini merupakan barang haram yang terlarang? Tentu tidak. Itu semua sah-sah saja dilakukan.
Secara cerdik, kepada publik SBY ingin mengingatkan dirinya yang sudah purnatugas itu belumlah habis, sebab masih ada dinasti penerusnya, yaitu Agus Harimurti.
Kelima, Anda bisa mencarinya sendiri.
***
[irp]
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews