Orang bilang hoki alias keberuntungan itu tidak bisa dibeli, tidak bisa juga diupayakan. Hoki ibarat duren jatoan, meminjam istilah Betawi, jatuh menyenangkan begitu saja asalkan tidak menimpa kepala. Rasa duren jatoan jauh lebih gurih dibanding duren yang dipaksa dipetik, apalagi duren karbitan.
Ridwan Kamil, wali kota Bandung, meskipun bukan orang Betawi, tetapi boleh dibilang sering mendapat hoki. Bukan berupa ketiban pulung atau duren jatoan tadi, tetapi lebih kepada terhindar dari caci-maki warganya sendiri terkait kekurangan Bandung sebagai sebuah kota.
Apalagi untuk urusan bencana, seperti banjir "bandang" yang tiba-tiba "saba kota", Kang Emil, panggilan akrab wali kota Bandung itu, benar-benar terhindar dari caci-maki warganya sendiri. Ibarat pakai "autan" (eh, ini merek dagang, ya?) pengusir nyamuk, warga Bandung enggan menggigit kulit Kang Emil untuk diemut-emut darahnya, karena mereka memang bukan nyamuk.
[irp]
Warga Bandung patut ditiru dari sisi kesabaran mereka yang luar biasa karena mungkin mencontoh gubernurnya, di mana semua persoalan dan bencana bisa diselesaikan dengan do'a. Tidak ada sumpah-serapah atau caci-maki. Kalaupun ada, itu cuma satu-dua, itupun bisa jadi warga Bandung yang lama mukim di Jakarta, jadi sudah ketularan cepat marah, cepat murka, jika air yang menggenangi kotanya. Kalau bukan itu, oknum sajalah.
Jadi dalam menangani gejolak hati dan jiwa, orang Jakarta seharusnya belajar dari cara orang Bandung ngupahan hatena (mengobati hatinya). Larinya bukan ke sumpah-serapah, apalagi harus marah dan mencucurkan air mata di depan kamera video untuk disebarkan di media sosial, tetapi cukup pemakluman, pemafhuman, yang berujung pada pemaafan total.
"Keun welah, da banjir mah lain salah Kang Emil, banjir mah anging Gusti Allah," demikian pemafhuman warga Bandung terhadap banjir bandang yang mengubah jalur jalan protokol menjadi aliran sungai berair deras. Kalau diterjemahkan secara bebas kira-kira begini, "Biar sajalah, banjir bukan salah Kang Emil, itu sudah kehendak Ilahi".
Keren. Orang Bandung memang keren!
Sekarang menjadi paham bagaimana Kang Emil tidak hoki untuk urusan sekejam bencana banjir kemarin. Coba kalau banjir itu terjadi di kota Jakarta!?
Wah..... itu gubernur Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok sudah habis dicaci-maki warganya dari ujung rambut sampai ujung kaki. Sumpah-serapah berhamburan, apalagi kalau Ahok berkilah membela diri, mengeluarkan kambing putihnya untuk dijadikan kambing hitam seketika. Warga tambah nyap-nyap.
Tapi, beberapa di antaranya sih bukan warga DKI Jakarta, yang nyap-nyap malah warga luar yang menembus batas wilayah Jakarta, warga seberang lautan, sampai warga pulau-pulau terjauh nun di Timur sana, turut mendompleng sebagian kemarahan warga DKI untuk menyumpahi Ahok. Namanya ikut alir mengalir, ya sekalian hanyutlah bersama kotoran.
Nah, Kang Emil beda dengan Ahok. Dia tidak perlu mencari kambing hitam, tetapi keluar dengan solusi yang ditawarkan, juga tak lupa minta maaf. Memang seharusnya demikian. D'oa saja tidak cukup untuk menangani bencana. Misalnya untuk banjir bandang kemarin Kang Emil bertekad mengatasi banjir dengan membangun Tol Air.
Apa? Tol Air?
Bah.....!!! Bayangkan jika istilah "Tol Air" keluar dari mulut Ahok! Sudah pasti media sosial ramai disesaki meme lucu-lucu yang menggambarkan adanya jalan tol di atas air, persis seperti pada masa kampanye Jokowi di Pilpres 2014 lalu menyampaikan gagasan "Tol Laut". Tidak lama berselang, belum habis bibir Jokowi kering, meme-meme di Facebook yang superkreatif menggambarkan adanya jalan tol di atas laut. Kreatif memang, bikin yang melihat ketawa-ketiwi.
[irp]
Karena Kang Emil bukan Jokowi atau Ahok, maka dia selamat dari olok-olok orang yang menyebutnya sebagai "tolol" atau "bodoh" karena bikin jalan tol di atas air, sebagaimana dulu Jokowi berniat membuat jalan tol di atas laut. Kang Emil nyaris tanpa tanggapan, apalagi olok-olok di medsos, tatkala mengatakan dirinya akan membangun "Tol Air" untuk mengatasi banjir kota Bandung.
Coba deh periksa di Facebook, tidak ada meme yang menggambarkan Kang Emil dengan jalan tol di atas airnya!
Apakah hokinya Kang Emil akan terus berlanjut seperti langkah Jokowi yang menjadi Presiden RI secara berjenjang mulai dari wali kota, gubernur, sampai kemudian menjadi Presiden?
Untuk yang satu ini Kang Emil mungkin kalah hoki dibanding Ahok. Ahok tinggal selangkah lagi, karena telah memulai kariernya dimulai dari bupati, meningkat menjadi gubernur, dan selangkah lagi menjadi pres........
Ah, tapi itu sulitlah, nyaris tidak mungkin..... pastinya juga Ahok tahu diri.
Tetapi kembali ke soal hokinya Kang Emil dibanding Jokowi dan Ahok untuk urusan banjir, jelaslah dia lebih hoki. Ada yang mau bantah?
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews