Peperangan di palagan Pilkada 2017 masih akan berlangsung enam bulan lagi, akan tetapi genderangnya sudah dimulai sejak sekarang. Tetapi uniknya, meskipun genderang perang sudah ramai dibunyikan, belum ada satupun pasangan bakal calon gubernur dan wakilnya yang benar-benar terbentuk.
Karena tidak diikuti pasangan calon gubernur/wakil dari jalur independen, Pilkada pada Februari 2007 itu maksimal hanya akan diikuti oleh tiga pasangan cagub/cawagub dari partai politik. Bagaimana kemungkinan itu bisa terjadi? Mari kita simak kepemilikan kursi DPRD DKI Jakarta terlebih dahulu;
Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan 28 kursi
Partai Gerindra 15 kursi
Partai Keadilan Sejahtera 11 kursi
Partai Persatuan Pembangunan 10 kursi
Partai Demokrat 10 kursi
Partai Hati Nurani Rakyat 10 kursi
Partai Golongan Karya 9 kursi
Partai Kebangkitan Bangsa 6 kursi
Partai Nasional Demokrat 5 kursi
Partai Amanat Nasional 2 kursi
Jumlah minimal kursi partai atau gabungan partai yang berhak mengajukan pasangan calon adalah 22. Sebagai jawara, PDIP memiliki 28 kursi dan karenanya bisa langsung mengusung pasangan calon tanpa harus berkoalisi. Jika "Restu Ibu" Megawati Soekarnoputri benar-benar terjadi untuk mengusung pasangan Ahok-Djarot, maka satu pasangan terbentuk.
Ahok adalah Basuki Tjahaja Purnama yang kini menjabat Gubernur DKI Jakarta, sedangkan Djarot adalah Djarot Saeful Hidayat yang menjadi wakil Ahok di Balaikota Jakarta. Meskipun keduanya laki-laki, tetapi PDIP kemungkinan menjodohkannya sebagai pasangan bakal calon gubernur dan wakilnya.
Sebagai catatan, semula Ahok didukung tiga koalisi partai yaitu Golkar, Nasdem, dan Hanura alias KoGaNahan. Karena PDIP memberi sinyal bergabung ke KoGaNahan, maka koalisi langsung berubah menjadi KoGaNahanGan, yaitu Koalisi Golkar, Nasdem, Hanura, PDI Perjuangan.
Pasangan kedua yang seharusnya lekas menjalin hubungan adalah Sandiaga Uno dari Gerindra yang sudah direstui Prabowo Subianto. Akan tetapi meskipun terlihat ganteng, simpatik, dan berduit, Sandiaga sulit mencari jodoh, padahal ada jaminan dari Prabowo bahwa yang tidak memilihnya adalah "Antek Asing". Alhasil sampai sekarang Sandiaga masih menjomblo.
Dengan perolehan 15 kursi, Gerindra cukup berkawan dengan PKS yang memiliki 11 kursi, maka dengan 26 kursi di tangan duet Gerindra-PKS sudah berhak mengajukan pasangan calonnya. Tidak sulit memilih bakal wakil calon gubenur dari partai dakwah ini.
Ada nama Adhyaksa Dault, mantan Menpora di era SBY, yang disebut-sebut bakal maju sebagai bakal calon gubernur. Toh kalau diturunkan sebagai bakal calon wakil gubernur, mungkin Adhyaksa tidak keberatan.
Nama beken lainnya dari PKS adalah Fahri Hamzah yang meski sudah dipecat partainya dari posisi Wakil Ketua DPR, toh popularitasnya lumayan meski secara elektablitas belum terlihat di sejumlah survei.
Persoalannya, belum tentu Sandiaga mau dipasangkan dengan Adhyaksa atau Fahri, sebab dia sudah terlalu berharap bisa berpasangan dengan Tri Rismaharini alias Risma. Tetapi Risma sudah terlebih dahulu ditunjuk PDIP sebagai juru kampanye nasional di Pilkada serentak ini.
Beberapa waktu lalu tersiar kabar Sandiaga melakukan PDKT terhadap Sekda DKI Saefullah. Tetapi menggandeng Sekda minim dukungan, sebab meski dekat dengan PKB, Saefullah adalah PNS. Tetapi anggaplah Gerindra berjodoh dengan PKS, maka pasangan kedua yang bakal maju ke palagan Pilkada 2017 sudah terbentuk.
Lantas, siapa pasangan ketiga berikutnya yang kemungkinan terbentuk?
Dengan bubar jalannya Koalisi Kekeluargaan alias KoKeluar setelah salah satu anggotanya, PDIP, memberi sinyal mendorong Ahok-Djarot dan Gerindra gabung PKS mengusung Sandiaga dan pasangannya, maka tersisa 4 dari 7 partai yang tergabung dalam KoKeluar. Kelima partai itu adalah PPP, PD, PKB, PAN. Raihan total kursi keempat partai ini adalah 28, sehingga mereka berhak mengajukan pasangan calonnya.
Siapa yang layak dijodohkan dari empat parpol "sisa" yang bisa disingkat KoKempis alias Koalisi Keempat Partai Sisa, banyak variannya. Di partai itu ada nama Ahmad Dhani yang dekat dengan PKB. Ada juga Edhie Baskoro Yudhoyono alias Ibas dari PD. Siapa tahu mereka bisa berjodoh.
Dari PPP ada Haji Lulung dan KoKempis bisa juga mengusung sosok di luar partai seperti Rizal Ramli, Yusril Ihza Mahendra, atau Ustad Yusuf Mansyur. Sebagai partai yang hanya punya 2 kursi, PAN tahu diri dengan tidak menggadang-gadang calonnya sendiri.
Tiga pasang petarung ini cukuplah untuk memeriahkan pesta demokrasi level Pilkada. Karena tidak memungkinkan terjadi dua putaran seperti pada Pilkada 2012, maka pemenang pertama atau "first past the post" ditetapkan sebagai pemenangnya. Dua pasangan juga cukup seru, karena pada satu putaran ini kedua pasang akan "all out".
Yang celaka itu jika Ahok-Djarot tidak memiliki lawan karena satu dan lain hal, misalnya seluruh partai di luar KoGaNahanGan, menarik diri dari arena sehingga Pilkada DKI Jakarta gagal dilaksanakan. KPU harus mengantisipasi kemungkinan ini dengan terpaksa memanggungkan "Kambing Dibedaki" sebagaimana usulan politisi PDIP Masinton Pasaribu.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews