Cerpen: Pepih Nugraha
Pagi masih tenang, tetapi warga Jakarta sudah dibuat geger oleh cerita yang menular dari mulut ke mulut bahwa di puncak Monas, tergantung sesosok manusia. Seorang lelaki dewasa sudah tergantung pada seutas tambang plastik dengan ujung tambang terlilit di tubuh bongkahan emas berbentuk kerucut itu.
Tali itu menjuntai melewati tembok dan tubuh orang itu menggelantung di bawahnya. Segera orang mencari tahu, bagaimana pria dewasa itu bisa mencapai pucuk Monas yang dilengkapi pagar besi stainless kemudian berhasil menggantungkan dirinya di sana? Terlebih orang-orang ingin segera tahu, siapa gerangan si pria yang gantung diri itu!?
"Aku tidak bisa memastikan siapa orang itu," kata seorang pejalan kaki.
"Pandanganku tidak mencapainya, hanya sebesar kelingking."
"Kau perlu teropong untuk memastikannya!" kata yang lain.
"Mungkinkah dia menteri yang sesumbar rela digantung di Monas kalau terbukti korupsi?"
"Setahuku bukan menteri yang sesumbar itu, tetapi politikus."
"Apalah! Mau polit kek mau tikus kek, nggak penting. Lebih penting cari tahu siapa orang yang gantung diri itu!"
"Lekas lapor polisi!"
"Kasih tahu juga wartawan!!"
Makin siang pelataran dan taman Monas semakin disesaki orang-orang yang ingin melihat sosok menggantung di puncaknya. Dari jendela kantor, hotel, gedung tinggi di seputar Monas, pelataran loteng masjid Istiqlal dan bahkan dari jendela kereta yang lewat di Stasiun Gambir, semakin banyak orang-orang memicingkan mata, ingin segera memastikan siapa gerangan sesosok orang yang menggantung di sana.
Kini ratusan wartawan dari berbagai stasiun televisi, radio, koran dan online sudah menayangkan peristiwa itu. Dari siaran televisi dan hasil peneropongan sementara orang lewat bantuan keker, tidak dapat dipastikan siapa lelaki yang nekat gantung diri itu terlebih lagi karena wajahnya ditutupi bendera sebuah partai politik. Lelaki itu mengenakan kaus bertuliskan slogan antikorupsi.
"Heroik sekali orang itu!"
"Luar biasa dedikasinya!!"
Semakin banyak warga berguman dan menerka-nerka, baik yang melihat langsung di seputaran Monas maupun yang menonton televisi, mendengar radio atau membaca berita online di seluruh di seluruh dunia.
Berita seorang pria gantung diri di Monas cepat tersiar, sebab beberapa pekan sebelumnya seorang politisi muda yang tengah naik daun menyatakan bersedia digantung di tugu menjulang itu jika terbukti bersalah melakukan korupsi. Politisi muda itu memang tengah terlilit persoalan hukum.
Orang-orang semakin panasaran, apakah benar pria yang tergantung di pucuk Monas itu si politisi yang sudah telanjur umbar janji itu?
Akan tetapi, dua jam kemudian, rasa penasaran dan keingintahuan orang-orang akan sosok misterius yang tergantung di Monas itu terjawab sudah. Ini karena beberapa stasiun televisi swasta menayangkan siaran langsung keterangan pers dari kediaman si politisi yang pernah bikin janji itu.
"Kepada seluruh rakyat Indonesia, saya umumkan... Saudara-saudara tidak perlu kuatir, saya dalam keadaan sehat wal afiat. Saya tegaskan, bahwa sesosok manusia yang konon menggantung di Monas itu bukan diri saya!" demikian pernyataan singkat si politisi dengan senyum khasnya.
Spontan seluruh pendengar radio, pemirsa televisi dan orang-orang di seputar Monas yang juga menonton siaran itu melalui televisi raksasa di sudut taman bergumam bagai tawon, "Huuuuu.... kukira orang yang tergantung di Monas itu kau, politisi!"
Mereka lalu membubarkan diri.
Pagi berjalan seperti hari-hari sebelumnya.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews