Monas

Minggu, 14 Agustus 2016 | 12:55 WIB
0
431
Monas

Cerpen: Pepih Nugraha

Pagi masih tenang, tetapi warga Jakarta sudah dibuat geger oleh cerita yang menular dari mulut ke mulut bahwa di puncak Monas, tergantung sesosok manusia. Seorang lelaki dewasa sudah tergantung pada seutas tambang plastik dengan ujung tambang terlilit di tubuh bongkahan emas berbentuk kerucut itu.

Tali itu menjuntai melewati tembok dan tubuh orang itu menggelantung di bawahnya. Segera orang mencari tahu, bagaimana  pria dewasa itu bisa mencapai pucuk Monas yang dilengkapi pagar besi stainless kemudian berhasil menggantungkan dirinya di sana? Terlebih orang-orang ingin segera tahu, siapa gerangan si pria yang gantung diri itu!?

"Aku tidak bisa memastikan siapa orang itu," kata seorang pejalan kaki.

"Pandanganku tidak mencapainya, hanya sebesar kelingking."

"Kau perlu teropong untuk memastikannya!" kata yang lain.

"Mungkinkah dia menteri yang sesumbar rela digantung di Monas kalau terbukti korupsi?"

"Setahuku bukan menteri yang sesumbar itu, tetapi politikus."

"Apalah! Mau polit kek mau tikus kek, nggak penting. Lebih penting cari tahu siapa orang yang gantung diri itu!"

"Lekas lapor polisi!"

"Kasih tahu juga wartawan!!"

Makin siang pelataran dan taman Monas semakin disesaki orang-orang yang ingin melihat sosok menggantung di puncaknya. Dari jendela kantor, hotel, gedung tinggi di seputar Monas, pelataran loteng masjid Istiqlal dan bahkan dari jendela kereta yang lewat di Stasiun Gambir, semakin banyak orang-orang memicingkan mata, ingin segera memastikan siapa gerangan sesosok orang yang menggantung di sana.

Kini ratusan wartawan dari berbagai stasiun televisi, radio, koran dan online sudah menayangkan peristiwa itu. Dari siaran televisi dan hasil peneropongan sementara orang lewat bantuan keker, tidak dapat dipastikan siapa lelaki yang nekat gantung diri itu terlebih lagi karena wajahnya ditutupi bendera sebuah partai politik. Lelaki itu mengenakan kaus bertuliskan slogan antikorupsi.

"Heroik sekali orang itu!"

"Luar biasa dedikasinya!!"

Semakin banyak warga berguman dan menerka-nerka, baik yang melihat langsung di seputaran Monas maupun yang menonton televisi, mendengar radio atau membaca berita online di seluruh di seluruh dunia.

Berita seorang pria gantung diri di Monas cepat tersiar, sebab beberapa pekan sebelumnya seorang politisi muda yang tengah naik daun menyatakan bersedia digantung di tugu menjulang itu jika terbukti bersalah melakukan korupsi. Politisi muda itu memang tengah terlilit persoalan hukum.

Orang-orang semakin panasaran, apakah benar pria yang tergantung di pucuk Monas itu si politisi yang sudah telanjur umbar janji itu?

Akan tetapi, dua jam kemudian, rasa penasaran dan keingintahuan orang-orang  akan sosok misterius yang tergantung di Monas itu terjawab sudah. Ini karena beberapa stasiun televisi swasta menayangkan siaran langsung keterangan pers dari kediaman si politisi yang pernah bikin janji itu.

"Kepada seluruh rakyat Indonesia, saya umumkan... Saudara-saudara tidak perlu kuatir, saya dalam keadaan sehat wal afiat. Saya tegaskan, bahwa sesosok manusia yang konon menggantung di Monas itu bukan diri saya!" demikian pernyataan singkat si politisi dengan senyum khasnya.

Spontan seluruh pendengar radio, pemirsa televisi dan orang-orang di seputar Monas yang juga menonton siaran itu melalui televisi raksasa di sudut taman bergumam bagai tawon, "Huuuuu.... kukira orang yang tergantung di Monas itu kau, politisi!"

Mereka lalu membubarkan diri.

Pagi berjalan seperti hari-hari sebelumnya.

***