Kabar mengejutkan itu tersiar dari Detik.com bahwa Pollycarpus Budihari Priyanto, orang yang terlibat dalam pembununuhan aktivis HAM Munir Said Thalib, disebutkan telah tercatat sebagai anggota Partai Berkarya, partai politik yang didirikan Hutomo Mandala Putra alias Tommy Soeharto, putera Presiden Ke-2 RI Soeharto.
Masuknya Pollycarpus ke Partai Berkarya pun dibenarkan alias tidak disangkal oleh Sekjen partai, Andi Picunang. Ia menyebut, partainya tidak membeda-bedakan tiap anggota berdasarkan latar belakang masa lalunya, yang penting bersedia menjadi anggota.
Alasan Andi, Pollycarpus bisa saja memiliki kesamaan visi dan misi dengan Partai Berkarya yang dijalankannya, apalagi Pollycarpus memiliki hak politik yang sama seperti WNI lainnya. Ia menjadi anggota biasa, bukan pengurus partai. "Ia punya hak suara yang sama, seorang Pollycarpus dengan seorang Presiden ya sama satu suara," katanya.
Pollycarpus adalah terpidana kasus pembunuhan aktivis HAM Munir Said Thalib yang mendapatkan pembebasan bersyarat, Sabtu 29 November 2014 lalu. Saat keluar dari lembaga pemasyarakatan Sukamiskin yang menerungkunya selama 8 tahun, ia tetap bersikukuh bahwa dirinya bukan pelaku pembunuh Munir.
"Bukan, bukan," sangkalnya saat ditanya wartawan apakah benar dia pembunuh Munir begitu keluar dari Lapas Sukamiskin. Pollycarpus memperoleh status bebas bersyarat setelah menjalani delapan tahun masa tahanan dari vonis 14 tahun penjara.
Sebuah pernyataan sekaligus penyangkalan yang menyisakan pertanyaan; siapa sesungguhnya pembunuh Munir?
[irp posts="9949" name="Partai Tommy Soeharto Ikut Pemilu, Apakah Akan Jadi Kecebong" Juga?"]
Sekadar mengingatkan kembali, Pollycarpus adalah mantan pilot Garuda Indonesia yang divonis 14 tahun penjara setelah dinyatakan terbukti bersalah dalam kasus meninggalnya Munir pada 7 September 2004. Setelah menjalani masa tahanan selama 8 tahun, ia dinyatakan bebas bersyarat sejak 28 November 2014.
Munir, pria yang lahir di Malang 8 Desember 1965 ini meninggal di Jakarta di dalam pesawat menuju Amsterdam, Belanda, pada 7 September 2004. Saat meninggal ia berusia 38 tahun dan dikenal sebagai aktivis HAM dengan jabatan terakhirnya sebagai Direktur Eksekutif Lembaga Pemantau Hak Asasi Manusia Indonesia Imparsial.
Sebagaimana tertulis di Wikipedia, saat menjabat Dewan Kontras, namanya melambung sebagai seorang pejuang bagi orang-orang hilang yang diculik pada masa itu. Ketika itu dia membela para aktivis yang menjadi korban penculikan Tim Mawar dari Kopassus. Setelah Soeharto jatuh, penculikan itu menjadi alasan pencopotan Danjen Kopassus Prabowo Subianto dan diadilinya para anggota Tim Mawar.
Detik.com menyebutkan, tidak banyak yang tahu kabar tentang dirinya setelah bebas dari Lapas Sukamiskin, hingga akhirnya ia disebut-sebut bergabung dalam partai politik yang didirikan Tommy Soeharto ini, Partai Berkarya.
Selain Pollycarpus, ada nama mantan Deputi V Badan Intelijen Negara Muchdi Purwoprandjono yang disebut tergabung di Partai Berkarya. Muchdi juga sempat didakwa terlibat dalam kasus pembunuhan Munir, tetapi akhirnya dinyatakan tak bersalah.
Selama masa persidangan, keterlibatan Pollycarpus dan Muchdi sempat dihubung-hubungkan. Muchdi diceritakan sempat beberapa kali menelepon Pollycarpus, meski kemudian disangkalnya.
Di Partai Berkarya, Pollycarpus hanya anggota biasa, sedangkan Muchdi saat ini menjabat sebagai Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Berkarya. Terkait posisi Muchdi, Andi mengatakan bahwa Muchdi sudah bersama sejak awal cikal-bakal Partai Berkarya terbentuk.
Partai Berkarya yang kini identik dengan Tommy Soeharto alias "Partai Cendana" adalah salah satu partai baru yang lolos dan ditetapkan KPU sebagai peserta Pemilu 2019 dengan nomor urut 7. Partai berlambang pohon beringin sebagaimana Golkar yang didirikan Soeharto itu menargetkan meraih 78 kursi di DPR di Pemilu 2019 ini.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews