Tiang listrik sebenarnya memiliki manfaat yang sangat berguna bagi kehidupan warga. Meskipun fungsi pokoknya adalah sebagai tiang untuk menghubungkan kabel listrik dari satu rumah ke rumah yang lainnya.
Namun kenyataannya ada beberapa manfaat yang listrik lainnya yang ternyata membawa kemaslahatan bagi warga. Beberapa ulasan ini berdasarkan apa yang selama ini saya perhatikan dalam kehidupan sehari-hari. Apa saja ya kira-kira?
Saat ini hampir jarang ditemukan kentongan meskipun di pos-pos ronda. Belum lagi kentongan itu memang sangat sulit untuk dibawa kemana-mana. Jangan pikirkan ukurannya, kentongan yang kecil saja kadang-kadang dibawa berkeliling Komplek atau kampung. Kecuali dalam kondisi seperti takbiran atau memang ada pawai obor.
Biasanya bagi mereka yang jaga ronda malam sangat jarang membawa kentongan kemana-mana. Agar tetap bisa memberikan sinyal bagi teman-temannya yang sedang ronda salah satu yang digunakan adalah tiang listrik.
Tiang listrik memiliki bunyi yang lebih kencang dan bergema dibandingkan dengan kentongan dari bambu atau kayu. Bahkan gemanya itu bisa menyebar dalam radius lebih dari 1 km. Itulah kenapa tiang listrik sangat efektif untuk dijadikan kentongan.
Orang-orang yang ronda tak perlu repot bawa-bawa kentongan. Karena hampir di setiap sudut sudah ada tiang listrik. Sinyalnya lebih cepat dari sinyal 4G sebagi kode tanda bahaya. Kode tersebut pun pasti sudah langsung dipahami oleh seluruh warga jika dipukul bertalu-talu.
Jumlah tiang listrik hampir bisa dikatakan cukup banyak. Untuk 1 km saja kemungkinan ada lebih dari tiga tiang listrik.
Itulah mengapa para pelaku usaha kecil dan menengah menjadikan tiang listrik sebagai tempat iklan yang efektif dan efisien. Dengan adanya tiang listrik mereka tak perlu membayar pajak iklan ataupun susah-susah membangun sebuah Billboard yang belum bentuk efektif untuk mengiklankan usahanya.
Salah satu iklan yang paling sering muncul di tiang listrik adalah iklan badut ulang tahun dan sedot WC. Dua iklan ini memang sangat mengganggu, namun dalam kondisi tertentu justru malah sangat dibutuhkan. Bayangkan jika tidak ada sedot WC, mau jadi apa kota kita tanpa adanya sedot WC? Bisa-bisa piala Adipura direbut oleh kota sebelah.
Sudah banyak video-video yang dibagikan di sosial media seperti YouTube yang menunjukkan bahwa tiang listrik memiliki fungsi lain yaitu sebagai barikade bagi para pejalan kaki. Tiang listrik bisa menyelamatkan sebuah nyawa. Namun di sisi lain kadang-kadang yang bagai dua mata pisau yang juga bisa menusuk pemiliknya.
Keberadaan tiang listrik di Indonesia memang masih menjadi kontroversi karena dianggap membahayakan. Di negara-negara maju sudah menghilangkan tiang listrik dan menggantinya dengan kabel listrik yang ditanam di bawah permukaan tanah. Tiang listrik bukan hanya merusak estetika sebuah kota, tapi juga memiliki resiko risiko lainnya.
Coba hitung berapa banyak generasi bangsa ini yang gugur gara-gara kesetrum karena layangannya nyangkut di tiang listrik!
Contoh lain, tiang listrik dengan kabel yang menjuntai sudah pernah memakan korban di kota Bandung. Salah satunya karena kecerobohan wisatawan yang sedang mengendarai bus tingkat untuk wisata keliling tesebut.
[irp posts="4104" name="Setya Novanto, Pria Tampan" yang Memulai Bisnis dengan 3 Kuintal Beras"]
Sang korban tidak menyadari bahwa di depannya terdapat sebuah kabel listrik yang menjuntai, lebih rendah dibandingkan kabel lainnya padahal saat itu posisinya sedang membelakangi arah jalan. Sehingga saat bus melewati kabel tersebut, korban tersangkut dan langsung jatuh ke jalan.
Jika ditambahkan bisa saja kali ini sebuah tiang listrik kali ini mampu menyelamatkan seorang Setya Novanto, orang yang paling dicari di seluruh Indonesia. Karena tiang listrik Setnov tidak jadi ditangkap karena langsung masuk rumah sakit (lagi). Tak heran jika kali ini tiang listrik memang sangat berhak mendapatkan hadiah 10 juta karena berhasil menemukan orang yang paling dicari di seantero Nusantara.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews