Ketertiban Ibu Kota Terasa Menurun, Harianto Badjoeri Urun Rembuk

Di dalam peraturan daerah itu jelas bahwa Satpol PP adalah ruhnya. Merekalah yang akan menggerakkan pasal demi pasalnya. Ibarat mahluk hidup, ruh adalah jiwa yang menggerakan badan.

Rabu, 16 Oktober 2019 | 13:57 WIB
0
266
Ketertiban Ibu Kota Terasa Menurun, Harianto Badjoeri Urun Rembuk
Harianto Badjoeri (Foto: Dok. pribadi)

Belakangan ini, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta gencar membangun trotoar dengan lebar hingga 5 meter. Bahannya pun bagus, sehingga menyedot biaya yang tak sedikit. Gubernur Anies Baswedan mengklaim telah membangun 134 kilometer trotoar selama dia memimpin Ibu Kota ini.

Di balik pembangunan trotoar ini, ada banyak kegundahan di kalangan warga sendiri. Mereka ragu apakah bisa menggunakan trotoar yang begitu indah untuk berjalan kaki agar nyaman dan aman.

“Jangan-jangan trotoar itu hanya jadi selasar bagi pedagang kaki lima bercampur pengendara sepeda motor,” ujar Arifin (60 tahun), warga yang kebetulan sedang menunggu bus di Jalan Cikini, Jakarta Pusat.

Keraguan Arifin ini patut dipahami mengingat pemerintah Ibu Kota ini terlanjur dikenal pandai dalam membangun tetapi lemah dalam menjaga. Hampir sebagian besar fasilitas umum maupun sosial banyak yang rusak akibat salah urus atau penggunaannya. Banyak pihak atas nama “perut” menguasai fasilitas umum tadi tanpa memberi ruang kepada kepentingan orang lain.

Tidak heran bila di sana-sini, fasilitas umum banyak digunakan para penyerobot sebagai tempat berjualan makanan dan minuman, tempat mangkal pengojek, area parkir, sampai jalan pintas sepeda motor yang ingin menang sendiri.

Ketika kesemrawutan ini berkembang di sana-sini, Satpol PP DKI sebagai alat pemerintah untuk menegakkan ketertiban umum belakangan ini malah kurang greget. Entah kenapa, mereka jarang terlihat memberi tindakan pencegahan atau penindakan kepada berbagai pelanggaran ketertiban umum, sehingga keindahan dan kerapihan kota menjadi menurun kadarnya.

Dalam hal ini, legenda hidup Satpol PP DKI, Harianto Badjoeri, urun rembuk. Dia memotivasi Satpol PP itu untuk lebih sering turun tangan secara spartan menjaga Ibu Kota ini dari berbagai pelanggaran ketertiban umum, sebelum situasinya lebih parah lagi.

“Bertindaklah sedini mungkin, karena lebih baik daripada menunggu pelanggaran ketertiban umum berjalan dan membesar,” ujar HB, sapaan akrab Harianto Badjoeri.

Salah seorang mantan anggota Satpol PP DKI menilai Harianto memang pantas ikut urun rembuk bila menyangkut Satpol PP dan ketertiban umum, karena dia telah memberi warna kepada nama lembaga Satpol PP DKI itu.

“Bapak dulu dalam memerintah cukup dengan batuk-batuk saja maka semuanya langsung beres,” ujar salah seorang lelaki pensiunan Satpol PP mengenang kepemimpinan Harianto.

Bagi Harianto, di balik kerapihan dan kenyamanan Ibu Kota pasti ada Satpol PP yang bekerja secara nyata dengan mengedepankan rasa serta berlandas pada peraturan yang dibuat oleh wakil rakyat di DPRD.

“Itulah mengapa Satpol PP mestinya menjaga Ibu Kota ini tiada lelah agar ketertiban umum jangan sampai pudar,” katanya.

Meski sudah pensiun dari Satpol PP, Harianto Badojeri yang sekarang mendirikan lembaga kemanusiaan HB Center tidak pernah lelah memberi motivasi kepada bekas instansinya itu agar terus menegakkan Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2007 tentang Ketertiban Umum.

Di dalam peraturan daerah itu, sudah jelas bahwa Satpol PP adalah ruhnya. Mereka lah yang akan menggerakkan pasal demi pasalnya. Ibarat mahluk hidup, ruh adalah jiwa yang menggerakan badan si mahluk itu.

“Sekali lagi, saya berharap Satpol PP terus mengabdi pada cita-cita mewujudkan ketertiban umum,” ujar Harianto.  

 Krista Riyanto

***