Ia tak perlu tunduk pada tekanan organisasi profesi kedokteran yang semenjak dulu sangat berkuasa.
Pria di samping saya ini seorang sarjana teknik yang berpetualang di dunia di luar disiplin ilmunya, tapi menggapai puncak-puncak karir yang justru tak dicita-citakannya. Menjadi bankir, bahkan sempat memimpin bank terbesar di republik ini, lalu menakhodai raksasa perusahaan tambang, dan kemudian menjadi menteri: Menteri Kesehatan.
Budi Gunadi Sadikin menjadi Menteri Kesehatan saat Indonesia dengan tantangan yang beratnya tak alang kepalang. Dunia tengah dihentak pandemi
Ia duduk di kursi panas. "Tiga bulan sebagai menteri kesehatan rasanya seperti 30 tahun menjadi CEO," katanya.
Ternyata, sebagai lulusan ITB, orang dari luar dunia kesehatan, Pak BGS malah lebih bisa melihat pengelolaan kesehatan di negeri ini jauh lebih jernih dan pelan-pelan menemukan jalan keluarnya.
Ia tak perlu tunduk pada tekanan organisasi profesi kedokteran yang semenjak dulu sangat berkuasa.
Kemarin, saya berbuka puasa dan mengobrol panjang dengannya -- tepatnya mendengar cerita-ceritanya. Pak BGS sepertinya sudah jauh lebih tenang dan lega. Ia sudah lebih leluasa mengumbar tawa, dan menikmati lontaran jenaka.
Maklum, pandemi yang menghantui sudah kian melandai. Tingkat keterisian rumah-rumah sakit oleh pasien Covid sudah sangat rendah, Wisma Atlet Kemayoran yang pernah terisi ribuan orang terpapar sudah nyaris kosong. Saya bahkan bisa memintanya melepas masker sejenak untuk berfoto ini hehe.
Maka, saatnya melangkah lebih jauh. Pak BGS sudah punya begitu banyak rencana untuk dilaksanakan. Kita akan segera menyaksikan babak-babak baru reformasi kesehatan di Indonesia, perubahan dari ujung ke ujung di semua lini pelayanan, pendidikan, dan birokrasi kesehatan di negeri ini. Tunggu saja.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews