Kusyono, Sang Pelaut Sejati

Semoga semangat juangnya mampu menginspirasi generasi mudah agar jangan keder untuk menjadi Pelaut Sejati.

Senin, 10 Januari 2022 | 06:19 WIB
0
214
Kusyono, Sang Pelaut Sejati
Kusyono (Foto: dok. pribadi)

Selama 40 Tahun Hidup di Kapal

Lagu "Nenek moyangku orang Pelaut " agaknya sudah teramat jarang dinyanyikan, bahkan kemungkinan sebagian besar generasi mileneal tidak lagi hafal lirik lagu kebanggaan akan nenek moyang kita ini.

Tetapi bersyukurlah, walaupun orang sudah mulai melupakan tentang lagu tersebut, ternyata masih ada Pelaut sejati bangsa Indonesia,yakni pria yang bernama Kusyono ini. Lahir di Banjarnegara  pada tahun 1961 dan kemudian tinggal di Baturraden

Mulai berlayar pada usia masih sangat muda yakni 19 pada  tahun 1980  Kemudian sekolah Masinis .Tahun 1983 menjadi Masinis dan berlayar dengan perusahaan dalam negeri.

Tahun 2006 Kusyono mendapat tugas di Kamboja, Thailand dan Myanmar dan belajar dengan kapal survei. 

Awalnya mendengarkan kata :l "masinis" pikiran saya langsung terconnecting dengan Kereta Api. Ternyata saya keliru, karena "masinis" bukan hanya untuk jabatan di Kereta Api, tetapi setelah saya konfirmasi ulang dijawab oleh pak Kusyono: "Iya pak.dikapal juga Masinis " 

Suka dan Duka Hidup Sebagai Pelaut

Tahun 1992 ada kesempatan untuk  belayar keluar negeri, tapi tentu harus mampu berbahasa Inggris. Kusyono ikut test di antara begitu banyak calon Pelaut yang ingin merantau keluar negeri sebagai Pelaut. Dan Kus lulus.

Hal yang tentu saja membuat hatinya sangat bahagia. Sejak dari tahun 1992 Kus berlayar sebagai Pelaut  menjelajahi berbagai negara. Di antaranya ke Hongkong selama 2 tahun, Singapura setahun, Oman Yaman setahun. 

Hidup memang sarat misteri. No one know what will happen tomorrow.  Petaka itupun terjadi, kapal di mana Kus berkerja tenggelam. Syukur Kus selamat dan kembali ke  Singapura. 

Untuk dapat melanjutkan pekerjaan diperusahaan lain, maka wajib test bahasa Inggris lagi. Dan karena selama ini ,sambil bekerja, Kus terus belajar mengupgrade bahasa Inggrisnya, maka dengan mudah ia lulus test bahasa Inggris dan diterima bekerja untuk belayar ke Brunei Darrusalam. Dari tahun 2000 hingga 2017 bekerja di Brunei ,sebagai Chief Einginer .

Dan  hal yang paling membanggakan bagi Kus adalah saat diadakan test untuk menempati Posisi Front  Supervisor antar bangsa, Kus lulus dan menempati rangking ke 2 setelah Pelaut Jerman.

Kisah Duka 

Hidup ini bersifat romantika,yang ada suka dan ada dukanya. Setelah menceritakan hal hal yang mengembirakan serta membanggakan diri dan keluarganya, Kus juga menceritakan kisah duka mendalam yang dirasakannya saat berada dalam perjalanan dilaut.

"Saat anak saya meninggal dunia, ibu bapak saya meninggal dan ibu mertua juga meninggal, saya tengah berlayar dan gak bisa pulang," kata Kusyono mengenang saat hatinya terluka oleh kepergian orang orang yang sangat dicintainya,namun ia tidak bisa pulang,karena sedang dalam pelayaran.

Saya mengenal keluarga Kusyono, saat belasan tahun lalu mengadakan acara penyembuhan sosial dan lokakarya di Hotel Queen Garden di Baturraden. Pada waktu itu yang ikut belajar adalah isteri pak Kusyono. Dan sejak itu, kami terus saling berkomunikasi dengan pak Kusyono,hingga saat ini.Saat tulisan ini ditayangkan, Kusyono masih dalam pelayaran di Kepulauan Meranti -Riau.

Mendengarkan kisah duka dari Kusyono, rasanya tak terbayangkan betapa terluka hati, saat putra pertamanya tetiba jatuh pingsan saat dalam latihan Pramuka. Sempat dilarikan ke rumah sakit, tapi tidak tertolong lagi.

Kini putra keduanya sudah mengikuti jejak ayahnya, yakni menjadi Pelaut, sedangkan anak yang bungsu, yakni seorang putri masih duduk  di SMP kelas 1.

Kusyono tidak hanya tangguh menghadapi badai dan gelombang laut selama 40 tahun, tapi mentalnya yang kokoh mampu menghadapi badai kehidupan, yakni meninggalnya putra tercinta dan kedua orang tua dan ibu mertuanya, sementara ia sendiri dalam perlayaran . Walaupun dirundung kesedihan mendalam, tapi ia pantang menyerah.

Sungguh Kusyono adalah Pelaut Sejati luar dalam. Semangat dan jiwa melaut dari nenek moyang telah ditransformasikan ke dalam dirinya, sehingga mampu bertahan menghadapi hantaman badai dan topan kehidupan.

Semoga semangat  juangnya mampu menginspirasi generasi mudah agar jangan keder untuk menjadi Pelaut Sejati.

Bravo untuk pak Kusyono , Sang Pelaut Sejati .! 

Tjiptadinata Effendi