Orang Dayak jadi Menteri? Mimpi kali!
Sama sekali tidak. Sebab mimpi itu jadi kenyataan di Malaysia, di mana di bumi Pancasila hal itu masihlah sesuatu yang musykil. Pernah ada tokoh Dayak digadang-gadang jadi Menteri, tapi agaknya telor itu belum juga pecah di Indonesia.
Apa pasal? Belajarlah dari orang Dayak di Malaysia!
Mau tidak mau, suka tidak suka, politik adalah kuda Troya tunggangan naik menduduki posisi sebagai Menteri. Negara tetangga, banyak politisi Dayak pegiat politik tingkat tinggi, bahkan ada yang mendirikan partai Dayak.
Dayak Kalimantan-Indonesia memang dalam sejarah pernah punya partai sendiri, semasa Oevaang Oeray dan Palaun Soeka, yakni Partai Persatuan Daya yang dibentuk pada 30 Oktober 1945 namun dibubarkan Bung Karno yang dipercepat sebulan oleh Mendagri Basuki Rachmat pada 1959. Praktis, itu satu-satunya partai politik Dayak Indonesia sepanjang rentang sejarah.
Adalah seorang Lun Bawang (Lundayeh di Malaysia) bernama Baru Bian pembuat sejarah itu. Lelaki Lun Bawang ini dilahirkan pada 9 September 1958. Ia bergiat di politik melalui partai Parti Keadilan Rakyat (PKR) Sarawak. Masuk jajaran Kabinet Mahathir Mohamad jilid VII dan menjabat sebagai Menteri Kerja Raya (Menteri Tenaga Kerja) Malaysia pada 2 Juli 2018.
Di masa kepemimpinannya di dunia kerja Malaysia, Baru berjanji mengutamakan proyek manfaat sebesar-besarnya bagi rakyat. Malang melintang di panggung politik Sarawak, pria berkacamata yang sekilas rautnya mirip Korea ini berpengalaman lebih 30 tahun dalam ranah politik dan berkecimpung dalam bidang undang-undang.
Bian menyelesaikan Sekolah Rendah Kebangsaan(SRK) Long Lellang, 1966-67, SRK Long Semadoh, 1968-69, dan SRK Long Napir, 1970-71.Sekolah Menengah ditempuhnya pada Sekolah Menengah Kebangsaan Limbang 1972-1976. Pendidikan tinggi dituntaskannya usai meraih Diploma Undang-undang dari Universiti Institut Teknologi Mara (UiTM), Shah Alam 1981-1984; sedangkan Ijazah jurusan undang-undang didapatnya dari Melbourne University, Australia 1985.
Rekam jejaknya di bidang politik Malaysia, terutama Sarawak, patut mencapat decak kagum. 1989 ke 1992 beliau telah dilantik sebagai Exco Belia bagi Parti Bansa Dayak Sarawak. Pada 1992, beliau telah naik pangkat dengan cepat dan telah dilantik sebagai Naib Presiden PBDS dan ini berlaku hanya dalam jangka masa 5 tahun sejak penglibatan beliau. Beliau memegang jawatan sebagai Naib Presiden dari tahun 1992 ke 1995 dan pada 1995 telah dilantik sebagai Ketua Perhubungan sehingga tahun 2000.
Pada tahun 2008, ia bergabung dengan Parti Keadilan Rakyat (PKR) sebagai ahli biasa. Setahun kemudian, dilantik sebagai Pengerusi PKR Sarawak. Ia juga dipercaya sebagai ahli majlis tertinggi dan ahli biro politik.
Di luar gelanggang politik, suami dari Yu Ching Sieu ini berkerja sebagai Guru sementara di Sekolah Menengah Kerajaa Medamit, Sarawak dari 1979-1981. Kiprahnya dalam bidang undang-undang sejak 1986, di mana putra Lun Bawang ini di Malaysia diakui sebagai peguam bela dan peguam cara mahkamah tinggi Malaysia. Pada tahun 1987-1988, ia telah memegang jawatan di Messrs Anthony Ting & Co. di Kuching, Sarawak dan pada 1990 telah diberi amanah menjadi rakan kongsi di firma yang sama.
Pada 1992, ia menggabungkan firma undang-undang baru di bawah nama Messrs Baru Bian Advocates dan hingga sekarang tetap menjalankan firma ini bersama kedua anak lelakinya yang juga bekerja di firma ini. Pada 2004-2006, pria yang fasih berbahasa Inggris, Malaysia, Lun Bawang, Kelabit, dan Iban ini dilantik sebagai ahli di Malaysia Communication and Multimedia Commision (MCMC) atau Suruhanjaya Komunikasi dan Multimedia Malaysia.
Jika ingin sukses, lakukan apa yang orang sukses lakukan.Dipilih dan diangkatnya putra Lundayeh menjadi menteri di Malaysia, setidaknya memberi inspirasi dan motivasi bagi saudara-saudaranya di Indonesia.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews