Ibu

Saya selalu berpikir betapa hebat ibu-ibu mereka bisa mendidik anak-anaknya sehingga jiwanya bisa seindah itu.

Selasa, 15 Maret 2022 | 06:52 WIB
0
147
Ibu
Ilustrasi Ibu (Foto: suaranahdliyin.com)

Dear Desanti...

Saya menemukan sebuah kisah bagus di IG. Seorang anak perempuan mendapat haid pertamanya ketika sedang berada di kereta.

Lalu seorang remaja laki-laki yang usianya mungkin satu atau dua tahun lebih tua, mendekatinya.

"Hai, celanamu kotor. Jangan takut, itu tidak apa-apa," katanya ketika melihat anak perempuan itu kebingungan. Ia kemudian melepas jaketnya dan meminjamkannya untuk menutupi noda di celana jeans remaja perempuan itu.

"Lingkarkan ini di badanmu! Rumahmu di mana? Saya antar kamu pulang, ya."

Kejadian itu diceritakan kembali oleh ayah si remaja perempuan itu. Ia kelihatannya tidak berada di rumah ketika putrinya diantar pulang seseorang lelaki yang baru dikenalnya di kereta. Tapi ia sungguh terkesan.

"Saya ingin sekali bertemu anak laki-laki itu. Tapi saya lebih ingin bertemu ibunya. Saya ingin berterima kasih karena ia sudah membesarkan anak lelakinya menjadi sebaik itu," kata si ayah.

Saya kadang merasa seperti itu juga. Setiap kali melihat seseorang melakukan hal baik, yang terbayang langsung ibunya. Seorang perempuan yang berhenti memberi makan untuk kucing di jalan, remaja yang menahan pintu Indomart untuk orang yang masuk setelahnya, atau seorang bapak di kompleks kita yang selalu berhenti menyapa anjing dan burung di setiap rumah yang dilewatinya ketika jalan-jalan sore.

Saya selalu berpikir betapa hebat ibu-ibu mereka bisa mendidik anak-anaknya sehingga jiwanya bisa seindah itu.

Tapi saya tidak iri. Karena saya juga mengenal satu orang yang seperti itu, Des.

Hari ini, tepat 13 tahun kita bersama, berumah tangga dengan segala senang dan badainya. Dan selama itu pula saya selalu ingin berterima kasih kepada ibumu untuk dua hal. Pertama, karena sudah melahirkanmu. Kedua, karena sudah mempercayakanmu padaku.

Saya tahu diri, saya tidak punya modal banyak untuk mendaku sebagai suami ideal. Saya sangat pada umumnya.

Cuma kalau boleh berharap, saya ingin terus bisa menemanimu. Bekerja bersama-sama membesarkan dua anak lucu itu, sehingga suatu hari nanti mudah-mudahan seseorang juga akan datang kepadamu untuk berterima kasih.

Love you, Desanti .

Mata air kebahagiaanku.

***