Moderasi beragama merupakan elemen penting untuk merawat keberagaman yang ada di Indonesia. Masyarakat pun mendukung kesuksesan moderasi beragama guna menguatkan nilai-nilai kemanusiaan dan menebarkan perdamaian.
Indonesia adalah negara yang majemuk, yang terdiri dari banyak suku dan keyakinan. Ada 6 agama yang diakui oleh negara, dan kita dihimbau untuk menyuksekan moderasi beragama. Penyebabnya jika ada yang terlalu fanatik dan menyerang umat dengan keyakinan lain, akan menyebabkan runtuhnya persatuan dan mengacaukan perdamaian di negeri ini.
Kita terbiasa hidup rukun dan saling berdampingan antar umat beragama, karena sejak kecil diajari untuk tepa selira dan saling menghormati. Caranya dengan berhubungan baik antar sesama, tidak melihat dari keyakinannya. Sehingga hubungan antar umat terpelihara dengan baik dan tidak ada peperangan, yang diakibatkan oleh sentimen-sentimen tertentu.
Akan tetapi belakangan muncul oknum yang hobi sekali melempar isu tak sedap. Mereka berusaha untuk memecah perdamaian di Indonesia, dengan tujuan untuk mengambil simpati dari 1 kubu. Padahal ulah mereka ini mengerikan, karena bisa menjadikan perpecahan dan kekacauan di Indonesia. Lagipula, bukankah bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh?
Untuk menghindarkan peperangan antar umat di Indonesia, maka kita patut menyukseskan moderasi beragama. Moderasi beragama adalah suatu cara pandang dalam beragama secara moderat. Yakni memahami dan mengamalkan ajaran agama dengan tidak ekstrim, baik kanan maupun kiri. Sehingga tercipta keseimbangan dan kita bisa saling memahami, tanpa harus ribut-ribut, terutama jelang hari raya umat dengan keyakinan lain.
Contoh dari moderasi beragama adalah dengan tetap menghormati teman dengan keyakinan lain, tanpa merendahkannya sama sekali. Misalnya di kantor, suatu tim yang dipilih untuk dinas luar dilihat dari kecakapannya, bukan dari keyakinan yang dianutnya. Semua mendapat jatah yang adil dan tidak ada pilih kasih gara-gara tidak memiliki keyakinan yang sama dengan sang bos.
Selain itu, moderasi beragama dilakukan dengan toleransi dan empati. Misalnya ketika ada karyawan yang mengenakan kerudung, maka pihak HRD kantor tidak melarangnya. Tidak ada pelarangan untuk memakai simbol-simbol agama di tempat kerja. Selain itu, jika ada karyawan yang mengajukan cuti tambahan untuk merayakan hari besar keyakinannya, akan diberikan.
Sebaliknya, ada ajaran radikalisme yang mengobarkan api permusuhan dan menghancurkan moderasi beragama. Ekstrimisme, radikalisme, hate speech, hingga retaknya hubungan antar umat adalah masalah yang dihadapi oleh masyarakat belakangan ini. Sehingga kita wajib waspada dan tidak tepengaruh oleh bujuk rayu kaum radikal.
Penasihat Dharma Wanita Persatuan Kementrian Agama Eny Retno Yaqut menyatakan bahwa akhir-akhir ini ada tindak kekerasan yang dibungkus oleh SARA. Menurut istri Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas ini, kekerasan bisa mengaburkan nilai kasih sayang, toleransi, dan keberagaman. Sehingga masyarakat sipil juga dihimbau untuk mensukseskan program Kemenag, yakni moderasi beragama, agar tidak ada perpecahan di Indonesia.
Radikalisme memang menjadi momok yang menakutkan ketika ada 1 kelompok yang menggembar-gemborkan keunggulan dirinya lalu merendahkan yang lainnya. Masalahnya, mereka tak paham bahwa Indonesia adalah negara yang majemuk. Bagaimana bisa mereka dihormati jika melabeli orang dengan keyakinan lain dengan sebutan yang negatif? Sehingga radikalisme memang patut diwaspadai karena ia membawa kita ke jurang perpecahan.
Pemberantasan radikalisme memang digencarkan oleh pemerintah dan ormas-ormas radikal sudah dibekukan juga sejak 2 tahun lalu. Tujuannya agar mereka tidak bisa merekrut lebih banyak anggota, dan diharap segera keluar dari Indonesia. Penyebabnya karena mereka gagal mengartikan perdamaian dan kemajemukan di negeri ini.
Dengan moderasi beragama maka kita bisa menjaga kerukunan antar umat dengan keyakinan lain dan saling menghormati. Ketika semua orang bisa menempatkan diri dan saling memahami, maka tidak akan ada perpecahan di Indonesia. Penyebabnya karena seluruh WNI mengaplikasikan moderasi beragama dalam kehidupan sehari-hari.
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews