Pemerintah menghapus cuti bersama guna mencegah mobilitas selama pandemi Covid-19.Langkah ini dianggap tepat karena mobilitas tinggi warga di akhir tahun dapat mempercepat ledakan Covid-19.
Akhir tahun biasanya dialami penuh kebahagiaan. Ada libur sekolah, libur Nataru (natal dan tahun baru). Namun selama 2 tahun ini kita wajib tabah karena masih masa pandemi, yang berarti memprioritaskan untuk di rumah saja daripada liburan ke luar kota. Penyebabnya karena pergerakan massa saat liburan bisa menyebabkan tersebarnya virus covid-19.
Pemerintah menghapus cuti bersama saat libur Nataru sehingga liburnya hanya tanggal 25 Desember, sementara tanggal 24 Desember masuk kerja dan sekolah seperti biasa. Penghapusan liburan ini diharap tidak membuat masyarakat marah, karena mereka tidak bisa menikmati cuti cukup panjang.
Kita wajib menyadari bahwa sekarang masih masa pandemi, sehingga wajar saat ada libur yang dipotong. Daripada banyak lbur lalu masyarakat beramai-ramai melancong ke tempat wisata, bahkan ke luar kota. udah pasti akan macet, penuh sesak, dan tidak bisa menjaga jarak serta banyak yang melepas masker.
Padahal situasi ini berbahaya dan bisa menyebabkan penularan Corona, karena banyak yang tidak menaati protokol kesehatan. Apalagi sudah terbukti bahwa mobilitas massal bisa menyebabkan meroktnya kasus covid, dan jangan sampai hari libur malah membawa petaka.
Anda masih sayang nyawa, bukan? Oleh karena itu, saat libur akhir tahun sebaiknya anteng di rumah saja. Jangan malah nekat dim-dam keluar kota lalu pulang sambil membawa ‘oleh-oleh’ virus covid-19. Apalagi jika puny anak kecil, akan lebih berbahaya karena mereka belum divaksin.
Kepala Bidang Pengembangan Profesi Perhimpunan ahli Epidemiolog Indonesia Masdalina Pane menyambut positif dihapuskannya cuti bersama oleh pemerintah. Penyebabnya karena ada harapan untuk terus menekan angka pasien Corona. Sehingga kita bisa mngkhiri pandemi dengn lebih cepat.
Akan tetapi, Masdalina mengingatkan atas kejadian tahun lalu. Ketika akhir tahun dan tidak ada cuti tetapi tetap saja mobilitas naik dan akhirnya kasus Corona juga naik. Dalam artian, pengalaman tahun lalu harap dijadikan cerminan untuk evalusi, sehingga masyarakat membatalkan rencananya untuk liburan akhir tahun.
Jangan sampai ada kenaikan kasus dan akhirnya muncul serangan Corona gelombang ketiga, karena jika ada kenaikan akan lebih berbahaya. Saat kurva melandai memang ada kemungkinan untuk naik lagi, tetapi bisa dicegah jika semunya tertib dan menaati protokol kesehatan 10M.
Ketika kasus meroket lagi maka bisa fatal karena mengulangi masa 3-4 bulan llu, saat jumlah pasien Corona lebih dari 50.000 orang per hari. Jika ini yang terjadi maka akan tejadi tragdi yang mengerikan, bhkn brebut tabung noksign. Jangan sampai kita seperti India, yang pasiennya berebut kamar di RS dan ketika sudah jadi jenazah pun masih berebut tempat untuk dimakamkan.
Oleh karena itu semua orang harus tertib dalam menaati peraturan pemerintah, dan ketika cuti dihapus maka legowo saja. Jangan sampai terjadi kasus Corona lagi saat liburan Nataru, karena saat ada yang kena Corona maka bisa menularkannya ke banyak orang, dan menjadi mimpi buruk yang menyeramkan.
Libur Nataru dipangkas karena faktor keamanan dan keselamatan rakyat, karena saat berlibur akan berpotensi tertular Corona di perjalanan, atau malah menularkannya ke daerah lain. Jangan marah saat cuti bersama dihapus, karena demi kesehatan bersama. Daripada nanti kena Corona dan mati merana.
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews