Lamunsira Ahok

Meski sangat menyesali kekejaman politik dan agama di negeri ini, saya masih meyakini, Ahok akan tetap tegak lurus.

Rabu, 24 Juli 2019 | 23:36 WIB
0
337
Lamunsira Ahok
Basuki Tjahaja Purnama (Foto: Merdeka.com)

"Orang mayoritas beragama sudah mencap saya penista. Masyarakat kelas menengah, terutama ibu-ibu, marah karena urusan perceraian saya dan pernikahan saya. Jadi, ya sudah, sebetulnya sudah selesai…" demikian Ahok ketika menerima Roosseno Award IX di Jakarta (22/7/2019) sebagaimana diberitakan Kompas.com)

Ahok menyebut karier politiknya sudah selesai. Desakan agar Ahok kembali dalam pemerintahan memang kerap muncul. Namun Ahok memupus harapan itu. "Saya tidak mungkin jadi menteri, saya kan sudah cacat di Republik ini. Bukan pesimistis, tapi saya memberi tahu fakta dan kenyataan," kata Ahok di jaman banyak manusia cacat moral pengen jadi pejabat negara.

Ada alasan yang membuat Ahok menarik diri dari peluang kembali ke dunia pemerintahan. Dia merasa namanya tidak seharum dulu. Hal ini karena dirinya sudah pernah terjerat kasus hukum, dengan tudingan penodaan agama.

Sebuah pernyataan jujur, dan menggetarkan. Ahok orang baik. Negeri ini berutang budi padanya. Demikian juga politik dan agama di negeri ini, berutang padanya. Sesuatu yang mesti dibayar. Entah kapan. Kita kehilangan tokoh penuh bakat serta imajinasi. Seorang manusia yang mampu tidak berkompromi, ketika lingkungan begitu kompromis pada kepentingan masing-masing.

Meski pun tentu semua itu tak akan bisa melunturkan nama dan jasa baik Ahok pada negeri ini. Bahwa ia hanya pernah sampai pada Gubernur DKI Jakarta, tetapi namanya mampu menembus ruang dan waktu. Ia inspirasi bagi nilai-nilai kemanusiaan. Kenyataannya, bahkan orang miskin dari etnis Betawi pun, banyak yang memuliakan.

Secara pribadi, juga secara sosial dan ekonomi, tak ada yang bisa mencelakakan Ahok. Ia memiliki banyak pilihan, jauh lebih baik dan banyak daripada pilihan Amien Rais atau Novel Bamukmin, yang hanya bisa jadi cocomeo.

Dan saya kira semesta mendukungnya, sekiranya kita percaya pada sinergitas nilai-nilai baik di dunia ini. Ia mampu menulis buku. Ia bisa bikin start-up ‘jangkau’. Ia bisa menjadi host tv-program. Semua itu bisa jadi juga akan mampu menggerakan perputaran energi, juga uang. Karena nilai terbesar dari Ahok ialah, “kami percaya padamu!”

Meski sangat menyesali kekejaman politik dan agama di negeri ini, saya masih meyakini, Ahok akan tetap tegak lurus. Bukan hanya mampu menolong dirinya, tetapi juga menolong banyak orang. Meski tak sebanyak sekira ia mengelola duit negara, yang selama ini masih banyak digelapkan pejabat negara, orang-orang politik, bahkan mereka yang mengaku beragama.

Gubernur penggantinya, pada kenyataannya bukan sosok yang lebih baik. Meski kalimat ini tentu sangat subyektif. Tapi intersubjektivitas bisa menjadi fakta objektif, termasuk bagaimana orang nir-prestasi bisa menang, dengan kampanye penuh ancaman pada pilihan yang berbeda. Termasuk bagaimana sorga dan neraka jadi dagangan.

He is a great man. Ia manusia besar, musuh-musuhnya pun besar. Tapi ia lebih besar dari musuh-musuhnya. Lamunsira Ahok, belum tentu bisa. Bisa-bisa nyahok lu!

***