Meski sangat menyesali kekejaman politik dan agama di negeri ini, saya masih meyakini, Ahok akan tetap tegak lurus.
"Orang mayoritas beragama sudah mencap saya penista. Masyarakat kelas menengah, terutama ibu-ibu, marah karena urusan perceraian saya dan pernikahan saya. Jadi, ya sudah, sebetulnya sudah selesai…" demikian Ahok ketika menerima Roosseno Award IX di Jakarta (22/7/2019) sebagaimana diberitakan Kompas.com)
Ahok menyebut karier politiknya sudah selesai. Desakan agar Ahok kembali dalam pemerintahan memang kerap muncul. Namun Ahok memupus harapan itu. "Saya tidak mungkin jadi menteri, saya kan sudah cacat di Republik ini. Bukan pesimistis, tapi saya memberi tahu fakta dan kenyataan," kata Ahok di jaman banyak manusia cacat moral pengen jadi pejabat negara.
Ada alasan yang membuat Ahok menarik diri dari peluang kembali ke dunia pemerintahan. Dia merasa namanya tidak seharum dulu. Hal ini karena dirinya sudah pernah terjerat kasus hukum, dengan tudingan penodaan agama.
Sebuah pernyataan jujur, dan menggetarkan. Ahok orang baik. Negeri ini berutang budi padanya. Demikian juga politik dan agama di negeri ini, berutang padanya. Sesuatu yang mesti dibayar. Entah kapan. Kita kehilangan tokoh penuh bakat serta imajinasi. Seorang manusia yang mampu tidak berkompromi, ketika lingkungan begitu kompromis pada kepentingan masing-masing.
Meski pun tentu semua itu tak akan bisa melunturkan nama dan jasa baik Ahok pada negeri ini. Bahwa ia hanya pernah sampai pada Gubernur DKI Jakarta, tetapi namanya mampu menembus ruang dan waktu. Ia inspirasi bagi nilai-nilai kemanusiaan. Kenyataannya, bahkan orang miskin dari etnis Betawi pun, banyak yang memuliakan.
Secara pribadi, juga secara sosial dan ekonomi, tak ada yang bisa mencelakakan Ahok. Ia memiliki banyak pilihan, jauh lebih baik dan banyak daripada pilihan Amien Rais atau Novel Bamukmin, yang hanya bisa jadi cocomeo.
Dan saya kira semesta mendukungnya, sekiranya kita percaya pada sinergitas nilai-nilai baik di dunia ini. Ia mampu menulis buku. Ia bisa bikin start-up ‘jangkau’. Ia bisa menjadi host tv-program. Semua itu bisa jadi juga akan mampu menggerakan perputaran energi, juga uang. Karena nilai terbesar dari Ahok ialah, “kami percaya padamu!”
Meski sangat menyesali kekejaman politik dan agama di negeri ini, saya masih meyakini, Ahok akan tetap tegak lurus. Bukan hanya mampu menolong dirinya, tetapi juga menolong banyak orang. Meski tak sebanyak sekira ia mengelola duit negara, yang selama ini masih banyak digelapkan pejabat negara, orang-orang politik, bahkan mereka yang mengaku beragama.
Gubernur penggantinya, pada kenyataannya bukan sosok yang lebih baik. Meski kalimat ini tentu sangat subyektif. Tapi intersubjektivitas bisa menjadi fakta objektif, termasuk bagaimana orang nir-prestasi bisa menang, dengan kampanye penuh ancaman pada pilihan yang berbeda. Termasuk bagaimana sorga dan neraka jadi dagangan.
He is a great man. Ia manusia besar, musuh-musuhnya pun besar. Tapi ia lebih besar dari musuh-musuhnya. Lamunsira Ahok, belum tentu bisa. Bisa-bisa nyahok lu!
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews