Freddy Numberi, Orang Papua Pertama yang Jadi Laksamana Angkat Bicara

Di usia 72 tahun, Freddy masih terlihat bugar. Ingatannya soal masa lalu Papua juga masih jernih. Soal Bintang Kejora dia menyebutnya sebagai bendera budaya bikinan Belanda.

Minggu, 1 September 2019 | 21:09 WIB
0
467
Freddy Numberi, Orang Papua Pertama yang Jadi Laksamana Angkat Bicara
Freddy Numberi (Foto: Kompasiana.com)

Laksamana Madya TNI (Purn) Freddy Numberi. Dia orang Papua pertama yang menjadi Laksamana, dan pernah mendapat pendidikan di Belanda. Tak cuma fasih berbahasa Inggris dan Belanda, dia juga menguasai bahasa Italia karena pernah berkantor di Roma, sebagai Duta Besar di masa pemerintahan Megawati.

Konon Soeharto pernah membidik Freddy untuk menjadi KSAL. Tapi situasi Papua yang bergejolak membuat keputusan berubah. Soeharto menjadikannya Gubernur Irian Jaya pada 1998. Lalu Gus Dur yang menggantikan BJ Habibie memasukkannya ke kabinet sebagai Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara.

Sementara oleh yuniornya, SBY, dia dua kali menjadi menteri: Menteri Kelautan dan Menteri Perhubungan. Dua tahun menjadi Menhub, SBY mencopotnya tanpa pemberitahuan.

"Saya baru tahu dicopot ketika pengumuman bahwa saya digantikan EE Mangindaan. SBY tidak pernah ajak bicara baik langsung maupun lewat utusan. Saya dicopot begitu saja," ujarnya. Tapi bila Anda berselencar di mbah Gugel, akan tahu kenapa SBY memperlakukannya demikian pada 2011.

Terlepas dari hal itu, Jumat lalu Freddy kembali muncul ke publik dan berbicara soal Papua yang kembali diguncang prahara. Ini kali kedua dia diminta bantuan untuk ikut mendinginkan suasana Papua. Pada 2004, SBY yang memintanya saat situasi memanas di Puncak Jaya.

Di usia 72 tahun, Freddy masih terlihat bugar. Ingatannya soal masa lalu Papua juga masih jernih. Soal Bintang Kejora dia menyebutnya sebagai bendera budaya bikinan Belanda. Begitu juga dengan Hymne Papua. Selama 2 tahun dia melakukan riset ke Belanda tentang isu ini.

"Papua itu bukan anak tiri Indonesia tapi justru anak sulung. Cuma Papua yang diproklamasikan sebagai wilayah Hindia Belanda oleh Raja Willem I Frederik pada 1817. Wilayah Hindia Belanda lainnya cuma dalam bentuk Staatblad," tutur Freddy.

Seperti teman seangkatannya, Marsekal Chappy Hakim yang telah menerbitkan belasan buku, Freddy pun suka menulis. Setidaknya ada 8 buku dan 9 makalah telah ditulisnya terkait Papua, dan pembangunan SDM.

Selengkapnya saksikan Blak-blakan di Detik.com, Senin (2/9/2019).

***

Alexander Sudradjat, jurnalis Detuk.com.