Di usia 72 tahun, Freddy masih terlihat bugar. Ingatannya soal masa lalu Papua juga masih jernih. Soal Bintang Kejora dia menyebutnya sebagai bendera budaya bikinan Belanda.
Laksamana Madya TNI (Purn) Freddy Numberi. Dia orang Papua pertama yang menjadi Laksamana, dan pernah mendapat pendidikan di Belanda. Tak cuma fasih berbahasa Inggris dan Belanda, dia juga menguasai bahasa Italia karena pernah berkantor di Roma, sebagai Duta Besar di masa pemerintahan Megawati.
Konon Soeharto pernah membidik Freddy untuk menjadi KSAL. Tapi situasi Papua yang bergejolak membuat keputusan berubah. Soeharto menjadikannya Gubernur Irian Jaya pada 1998. Lalu Gus Dur yang menggantikan BJ Habibie memasukkannya ke kabinet sebagai Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara.
Sementara oleh yuniornya, SBY, dia dua kali menjadi menteri: Menteri Kelautan dan Menteri Perhubungan. Dua tahun menjadi Menhub, SBY mencopotnya tanpa pemberitahuan.
"Saya baru tahu dicopot ketika pengumuman bahwa saya digantikan EE Mangindaan. SBY tidak pernah ajak bicara baik langsung maupun lewat utusan. Saya dicopot begitu saja," ujarnya. Tapi bila Anda berselencar di mbah Gugel, akan tahu kenapa SBY memperlakukannya demikian pada 2011.
Terlepas dari hal itu, Jumat lalu Freddy kembali muncul ke publik dan berbicara soal Papua yang kembali diguncang prahara. Ini kali kedua dia diminta bantuan untuk ikut mendinginkan suasana Papua. Pada 2004, SBY yang memintanya saat situasi memanas di Puncak Jaya.
Di usia 72 tahun, Freddy masih terlihat bugar. Ingatannya soal masa lalu Papua juga masih jernih. Soal Bintang Kejora dia menyebutnya sebagai bendera budaya bikinan Belanda. Begitu juga dengan Hymne Papua. Selama 2 tahun dia melakukan riset ke Belanda tentang isu ini.
"Papua itu bukan anak tiri Indonesia tapi justru anak sulung. Cuma Papua yang diproklamasikan sebagai wilayah Hindia Belanda oleh Raja Willem I Frederik pada 1817. Wilayah Hindia Belanda lainnya cuma dalam bentuk Staatblad," tutur Freddy.
Seperti teman seangkatannya, Marsekal Chappy Hakim yang telah menerbitkan belasan buku, Freddy pun suka menulis. Setidaknya ada 8 buku dan 9 makalah telah ditulisnya terkait Papua, dan pembangunan SDM.
Selengkapnya saksikan Blak-blakan di Detik.com, Senin (2/9/2019).
***
Alexander Sudradjat, jurnalis Detuk.com.
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews