Lucu-lucu Keluarga Jokowi (1)

Sabtu, 27 Oktober 2018 | 07:20 WIB
0
399
Lucu-lucu Keluarga Jokowi (1)
Keluarga Jokowi (Foto: Kapanlagi.com)

Prabowo-Sandi seperti bagian baru dari model Bung Karno dan Bung Hatta, kata Dahnil Anzar. Prabowo, dibilangnya kombinasi Bung Karno dan Jenderal Sudirman. Sedangkan Bang Sandi bagian baru dari Bung Hatta. Ehm.

Itu masih ‘agak sopan’. Karena ada yang percaya Prabowo utusan tuhan, atau turunan Brawijaya ke berapa gitu. Sementara Sandiaga, entahlah, pangeran darimana, pokokmen keren.

Dalam setiap pilpres, atau pilkada, banyak caleg-capres dimitoskan, disuci-sucikan. Bukan manusia biasa. Agar dengan begitu, yang bodoh langsung termehek dan mendukung. Yang pinter? Mau juga mendukung, dengan syarat dan ketentuan berlaku.

Dipimpin presiden yang cuma manusia biasa, kok kayaknya nggak lepel. Rendah banget gitu. Apalagi presidennya bener-bener dari kasta tak terpermanai. Anak jendral bukan, sekali pun jenderal pecatan. Anak politikus kagak. Apalagi anak orang pinter, ningrat, bagian elite. Ia anak jelata. Orang ndesa saso. Kalau pun ada catatannya, rumah orangtuanya di pinggir Bengawan Solo digusur rezim Soeharto.

Apa pantas jadi presiden kek gitu itu? Apalagi, sejak Soeharto longsor, reputasi militer ambleg. Setelah Habibie, Gus Dur, dan Mega, maka SBY yang gagah perkasa dianggap merepresentasikan kedigdayaan militer. Prabowo juga dimunculkan dengan jargon itu. Eh, yang menang si cungring tak jelas asal-usulnya. Maka kaum oportunis berebut kerjaan. Ngirim proposal. Jadi penghujat terdepan. Soal Jokowi, semua buruk.

Jokowi dan keluarga, cilakaknya, memang rakyat jelata biasa. Manusia biasa. Bukan keturunan raja atau apalah. Termasuk Ibu Iriana, Gibran Rakabuming, Kahiyang Ayu, dan Kaesang Pengarep, tak beda dengan jelata lainnya. Ortu membiarkan anak-anaknya cari pekerjaan sendiri. Dengan cara dan duit sendiri.

Keluarga ini benar-benar sontoloyo. Ingat ya, kata sontoloyo bukan makian kasar. Sontoloyo semacam pernyataan permakluman, compliment, umpatan yang terkandung permakluman. Kalau pun buruk cukup diesemi, atau senyum kecut. Tapi masih ada harapan, rasa sayang, atau eman. Kalau yang dibilang Demokrat dan Gerindra, bahwa itu makian tak pantas? Mereka ‘kan nggak ngerti idiom Jawa.

Bagaimana ‘tak sontoloyo’, ketika seiring viralnya Jan Ethes, lebih-lebih di HSN kemarin, Kaesang curcol di twitter; Ia sudah tak pernah diajak lagi oleh bapaknya. Eh, bisa-bisanya Gibran ngejawab tuitan itu, “Situ siapa?” Dan bersahutanlah netizen menanggapinya. Dalam nada konyol, atau bercandaan yang sama sontoloyonya.

Anak-anak Jokowi dewasa dan mandiri. Dari soal pekerjaan, hingga sikap mereka. Jika ada tuitan ujaran kebencian atau fitnah pada bapaknya, Gibran atau pun Kaesang justeru memakai sebagai bahan candaan. Tak jarang, Chili Pari membaliknya menjadi alat promosi menaikkan brand.

Pemberian nama pada anak-anaknya, juga cucunya, menunjukkan siapa sebenarnya Jokowi. Siapa?

(Bersambung)

***