Pada era serba-listrik ini dulang memang sudah menjadi barang langka. Padahal di masa lalu, dia menjadi bagian penting dalam sejarah pangan di Nusantara.
"Aahh...kop wé candak ari butuh mah. Keur naon di dieu ogé. Da geus tara ngakeul dina dulang. Pan ayeuna mah aya méjik jér," kata Aki Omreng (84), saat saya mengangkat dan membersihkan dulang yang teronggok di bawah pohon di halaman rumahnya. Kotor, dilapisi debu tebal.
Aki Omreng tinggal berdua bersama istrinya, di sebuah rumah panggung Cikoneng 1 Desa Cibiru Wetan Kec. Cileunyi, Kab. Bandung. Anak-anaknya sudah berumah tangga dan punya rumah sendiri.
Pada masanya, dulang selalu ada di setiap rumah. Benda yang disebut juga pane atau talam ini, adalah nampan terbuat dari kayu berbentuk lingkaran yang biasanya berbibir pada tepinya. Lazim dipakai dalam proses memasak nasi, sebagai wadah mengaduk-aduk nasi yang baru matang sambil dikipas, sebelum disimpan di bakul. Bentuknya lebih cembung di bagian atas dan menyempit di bagian bawah.
Masyarakat Sunda termasuk yang akrab dengan dulang. Keakraban itu antara lain terproyeksian dalam beberapa "babasan" (ungkapan). Misalnya saja: 'Keur meujeuhna bilatung dulang'. Artinya, keur meujeuhna parabaneun (anak-anak yang sedang masanya senang makan).
'Dulang tinandé'. Hartina, awéwé mah biasana kumaha kahayang lalaki (perempuan biasanya tergantung pada keputusan laki-laki).
'Nyaah dulang'. Hartina, nyaahna ka budak ngan ngurus dahar pakéna baé, henteu nguruskeun atikanana (rasa sayang yang diberikan hanya dengan cara memperhatikan makan dan pakaiannya, tidak memperhatikan pendidikannya).
Dalam bahasa Indonesia juga ada ungkapan berbunyi, 'Menepuk air di di dulang terpercik muka sendiri'. Artinya, melakukan suatu perbuatan yang memalukan nama baik sendiri'.'Bagai dulang dengan tudung saji'. Artinya, sesuatu yang sangat serasi.
Pada era serba-listrik ini dulang memang sudah menjadi barang langka. Padahal di masa lalu, dia menjadi bagian penting dalam sejarah pangan di Nusantara. Seperti juga lisung, halu, jubleg, tampir, giribig, boboko, cukil, hihid atau tetenong.
Nuhun, Aki Omreng.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews