Tapi lagu Bento it? Seolah tak memberi apa-apa pada Naniel. Bahkan meninggalkan kisah ngenes. Naniel yang didera penyakit, dan tak kuasa apa-apa.
Buka-buka beranda barusan, saya membaca catatan Mas Soegeng. Naniel Cusnul Yakin meninggal dunia, pagi tadi (21/2/20) jam 10-an.
Yungalah. Sedih. Sempat merasa heran, kenapa lebih sedih dibanding mendengar kewafatan Leo Imam Soekarno, pentholan Konser Rakyat Leo Kristi, tempat Naniel dulunya juga merintis karir bermusiknya.
Naniel, bukanlah pentholan, tapi ia penting dalam perjalanan awal Leo Kristi. Tiupan seruling di lagu Maria begitu dahsyat. Juga isepan dan sebulan harmonika pada beberapa lagu lainnya dalam album-album awal KRLK.
Ketemu beliau waktu Leo duluuuu acap konser di Yogya, sekitar pertengahan dekade 70-an. Saya masih SMP. Dan senang bisa salaman, bahkan dipeluk Leo Kristi (seolah dipeluk tangan sakti, aku tak mengerti). Duh, ganjennya. KRLK itu memang kocluk, membuat saya nipu bapak saya, minta duit beli buku pelajaran, tapi sejatinya beli kaset 'Nyanyian Fajar' yang harganya Rp 350.
Ah, balik ke Naniel. Ketemu dengan KRLK saya udah gedean, jadi sutradara musik di program TV Swasta, dan mengundang KRLK. Ehm, bisa ngopi bareng Mbah Leo, Naniel, juga Mung waktu itu di Gedung Kautaman TMII Jakarta.
Saya pikir, alat-alat musik tiup, juga sedot, cocok untuk Naniel. Bukan soal perfecto nafasnya, tapi rasanya itulah jiwa Naniel. Menyayat. Dan itu yang bikin sedih, ia yang mencipta lagu berjudul 'Bento', yang menggelegarkan nama Iwan Fals lebih terasa jantan, dan matang.
Naniel, entah keluar entah tidak dari KRLK, kemudian bergabung dengan Kantata Takwa (juga kemudian Swami bersama Iwan fals dan Sawung Djabo), di situ ada Setyawan Djodi dan Iwan Fals, juga Rendra. Keren 'kan? Salah satu lagu hitnya, ya, Bento itu. Tentang manusia kaya raya, yang mungkin duitnya tinggal nyomot, tanpa nomor seri. Mungkin sekelas Djodi, atau lebih kaya lagi, kayak Tomi misalnya.
Tapi lagu Bento it? Seolah tak memberi apa-apa pada Naniel. Bahkan meninggalkan kisah ngenes. Naniel yang didera penyakit, dan tak kuasa apa-apa. Apalagi setelah ditinggal isterinya, Mbak Wedowati, sebulan lalu mendahului Naniel.
Waktu-waktu terakhir, saya suka bingung menjawab inbox-annya. Bahkan, beberapa kali saya abaikan. Pencipta lagu 'Bento' itu? Dan sekarang semuanya sudah lewat. Maafkan daku, Mas Naniel Cusnul Yakin. Yakinlah, kau adalah juga korban para Bento. Meski bukan Bento, saya juga merasa mengabaikannya. Begini nasib seniman, bertambah ngungun itu terjadi ketika Graha Bhakti Budaya TIM dibuldoser, tempat KRLK beberapa kali main di situ.
Semoga tenang abadi, Mas Naniel, juga Mbak Watik. Karena semangat tak pernah padam, nyanyimu di 'Prapat Kurung' Surabaya!
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews