Lagu-lagu ‘Konser Rakyat Leo Kristi’ memberi warna pada generasi 80-90-an. Meski di pinggiran tetapi menjadi sebuah outline yang tegas.
Hari ini, 70 tahun lampau, Leo Imam Soekarno lahir di Surabaya. Tapi pada 21 Mei 2017 lalu, traubador itu meninggal dunia di Bandung, dalam usia 67 tahun.
Lebih dikenal sebagai Leo Kristi, ia seniman bunyi yang cukup langka di Indonesia. Bermula dari musik folk dan balada pada pertengahan dekade 70-an (bersama Gombloh dan Franky Sahilatua), Leo Kristi kemudian menjelma bukan hanya sekedar berkarya musik atau lagu. Leo beranjak lebih jauh dari itu, mampu menjadikan kata sebagai nada, dan nada sebagai kata. Syair dan lagu, adalah kesatuan utuh.
Leo piawai bukan hanya memadu-padankan bebunyian Nusantara menjadi komposisi musik yang penuh makna. Ia tidak menyuarakan sisi romantik Indonesia, melainkan puisi hidup dan spirit manusia Indonesia. Dari rakyat jelata bernama petani, nelayan, pengamen, gelandangan cilik, pak guru tua, dan anak-anak kecil sepanjang rel kereta.
Ia menyampaikan salam dari desa, kepada para pemimpin yang tuding-menuding, todong-menodong dalam nyanyian tambur jalanan. Di mana kemerdekaan seolah seperti kereta yang mencelat, tetapi meninggalkan para penyapu jalanan yang bergerak mundur.
Lagu-lagu ‘Konser Rakyat Leo Kristi’ memberi warna pada generasi 80-90-an. Meski di pinggiran tetapi menjadi sebuah outline yang tegas. Sebagai sebuah kesaksian tumbuhnya daya kritis, mengantar transisi perubahan generasinya.
Ada seratus lebih lagu-lagunya yang sudah direkam. 7 album dirilis dalam bentuk kaset, beberapa dalam CD's secara indie, juga yang terakhir Hitam Puith Orche, merupakan rekaman ulang (2014) beberapa lagu Leo Kristi dengan komposisi orchestra dengan aranger Singgih Sanjaya. Sebuah monumen dan dokumen musik yang penting.
Terimakasih Leo Imam Soekarno (lahir di Surabaya 8 Agustus 1949, dan wafat di Bandung, 21 Mei 2017), telah mewarnai musik Indonesia. Terimakasih telah mengajarkan untuk berani berhadapan dengan kenyataan.
Jika sejarah, atau apapun, tak lagi punya arti, tak ada yang perlu dipercaya. Kita bercermin pada kenyataan hari ini, sebagaimana kau tuliskan dalam ‘Jabat Tangan Erat-erat Saudaraku’, dalam album ‘Nyanyian Malam’ 1977:
Jika cermin tak lagi punya arti,
Pecahkan berkeping-keping,
Kita berkaca di riak gelombang,
Dan sebut satu kata;
Hak-ku!
Yogyakarta, 8 Agustus 2019
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews