Sangking rasa bencinya yang kepati-pati, dulu ada yang menuduh Jokowi kebarat-baratan, kemlanda-mlanda’an, dengan menamakan cucunya; Jan Ethes. Kayak Jan Pieterzoon Coen!
Ya, demikianlah kalau yang dicintai mati-matian hanyalah kebencian. Padahal, Jan Ethes diambil dari kata dalam bahasa Jawa. Jan Ethes Sri Narendra, lengkapnya, yang memiliki makna Sang Raja yang (wuih, benar-benar) cekatan!
Tapi apalah artinya nama, tulis William Shakespeare dalam salah satu naskah dramanya. Banyak, Will! Ada yang bilang nama itu doa, harapan, atau bahkan proyeksi.
Para orangtua Jawa di desa-desa miskin, acap memberi nama hanya sebagai penanda waktu atau tempat. Ada yang bernama Ngatijan, Paima, Paijem, Ponirah, Legiman, Slamet, Sapar, Jaka, Widada, Wagiman, dan seterusnya. Tapi Jokowi memberi nama ‘aneh-aneh’ pada anaknya. Aneh dalam pengertian tidak selazimnya.
Sama-sama dari bahasa Jawa, namun hal itu menunjukkan tingkat literasi Jokowi. Belum umur 10 tahun, Jokowi sudah berkali-kali membaca tuntas buku Cindy Adams ‘Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat’. Diksinya berbeda, menunjukkan cara pandang unik, otentik. Nah, hati-hati dengan orang yang suka melihat dari sudut pandang berbeda ini.
Bukan asal beda, tetapi itu menunjukkan korelasi cara pikir dan sikapnya yang persisten dengan perbuatan. Setidaknya, sampai hari ini, ia presiden Indonesia yang firm. Model setepatnya untuk Indonesia yang mesti berubah. Pemimpin yang tidak baperan. Berpikir strategis, sabar, pekerja keras, namun yang paling penting tidak mempraktikkan KKN.
Sulungnya, Gibran Rakabuming contoh keanehan pertama. Gibran, sudah biasa. Ini nama pop dan banyak dipakai ortu-ortu romantis. Tapi ‘rakabuming’ jelas tak biasa. Lulusan Universitas Technologie Insearch Sydney Australia ini, meski terkesan pendiam dan sinis, mewarisi selera humor Jokowi. Sesuai makna namanya, sulung Jokowi ini lelaki pandai, teguh, dan membumi.
Kahyang Ayu, makna sebenarnya simpel, kecantikan langit. Tetapi pemakaian kata ‘kahyang’ khas anyambemen Jokowi untuk mengartikulasikan harapannya. Demikian juga Kaesang Pengarep. Kaesang dari dua kata, kae dan sang (artinya kira-kira; itu lho si ...). Kaesang Pengarep = Itu lho si Pelopor. Pelopor jual pisang dengan cara aneh.
Meski dibilang hasil rembugan keluarga besar kedua-belah pihak, penamaan cucu kedua Jokowi, Sedah Mirah Nasution, tak bisa dilepaskan dari kuota suara Jokowi. Sedah Mirah, juga bukan nama yang acap dipakai, meski mungkin ini mengambil nama dari sosok istri Pakubuwana IX. Sedah Mirah bermakna perempuan cantik dermawan.
Keluarga Jokowi adalah keluarga sontoloyo, dalam konteks konyol, unik, satu sama lain akrab. Memiliki selera humor yang baik. Dan Jokowi, panutan keluarga yang memiliki diksi berbeda. Antara lain?
***
(Bersambung)
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews