Miskin dan Kaya itu Soal Mental

Kecenderungan selama ini banyak orang dipilih menjadi pengurus masjid itu yang kikir-kikir, seharusnya orang yang suka memberi.

Senin, 6 Mei 2019 | 11:45 WIB
0
509
Miskin dan Kaya itu Soal Mental
Saya mewawancarai Jazir ASP (Foto: Detik.com)

Ketika para pengurus di masjid lain menyatakan tidak bertanggung jawab atas barang jamaah yang hilang, takmir Masjid Jogokariyan justru menyatakan siap mengganti barang yang hilang dengan yang baru sesuai mereknya.

"Kalau ada sandal, sepatu, bahkan sepeda motor yang hilang, kami bertanggung jawab. Akan kami bantu dengan yang baru," kata Ustaz M Jazir ASP.

Sebagai Ketua Dewan Syuro Takmir, Jazir tidak mendapat perlakuan istimewa. Sebaliknya dia menjadi contoh bagaimana seharusnya menjadi pelayan jamaah. Dari deretan toilet di masjid tersebut, namanya tercantum sebagai penanggung jawab WC nomor 1. Dia yang akan membersihkan bila tercium aroma pesing, menyiapkan sabun dan pewangi, hingga gayungnya.

Orang yang dipilih sebagai ketua dan bendahara masjid itu sebaiknya yang suka berpikir ala orang kaya dan suka memberi.

Sebab dengan begitu, kata Jazir, pikirannya adalah bagaimana agar dana yang terkumpul dari infaq/sodaqoh bisa segera disalurkan untuk segala kebaikan.

Sebab masjid tidak akan maju bila para pengurus, terlebih ketua dan bendaharanya, berpikir ala orang miskin. Mereka maunya menyimpan uang (infaq) saja tanpa sudi untuk segera membelanjakannya demi melayani jamaah.

“Kecenderungan selama ini banyak orang dipilih menjadi pengurus masjid itu yang kikir-kikir,” kata Jazir kepada detikcom.

Baca Juga: Mengapa Imam Masjid Harus NU?

Menjadi pengurus masjid itu, kata Jazir, sebaiknya selalu berpikir bagaimana bisa memberi bukan meminta. Masjid itu harus menghidupi, jangan menjadi beban. "Pengurus masjid jangan mata duitan," tegasnya.

Karena itu saat pertama kali menjadi ketua DKM pada 1999, dia menghapus daftar para donatur. Langkah itu ditempuh karena Jazir tidak ingin ada pengurus masjid yang datang ke rumah warga untuk meminta sumbangan.

"Itu memalukan, menjatuhkan citra masjid di mata masyarakat. Tidak boleh pengurus masjid itu terlihat seperti peminta-minta kepada siapapun," kata Jazir lantang.

Beberapa hari lalu dia mendapat penghargaan sebagai salah satu Tokoh Perubahan 2019 dari Republika.

***