Setelah Wabah, Lalu Apa?

Wabah sudah ada yang tangani. Ada Gugus Tugas Penanganan Covid19. Tugasnya berjalan sampai wabah ini tuntas.

Kamis, 16 April 2020 | 06:04 WIB
0
154
Setelah Wabah, Lalu Apa?
Tenaga kerja (Foto: merdeka.com)

Dunia memasuki krisis. Kegiatan ekonomi terganggu. Semua negara mengalami masalah dalam perekonomiannya. IMF baru saja mengeluarkan proyeksi yang menggambarkan pertumbuhan ekonomi semua negara dunia. Alhamdulillah, Indonesia diperkirakan masih tumbuh positif, meski hanya 0,5% saja.

Negara lain yang juga diperkirakan tetap tumbuh positif adalah China, India dan Vietnam.
Saya membayangkan, ketika wabah ini sudah berlalu, semua negara akan langsung ngebut mengejar keterpurukannya akibat wabah. Mereka akan beramai-ramai menawarkan kemudahan agar orang mau berinvestasi. Semuanya bersaing agar investor mau menanamkan dananya di negara mereka.

Saya yakin, segala cara akan dimainkan. Bahkan kalau perlu diberikan insentif dan stimulus agar mereka yang punya duit dan kemampuan mau membangun usaha di negara tersebut.

Bukan hanya investor asing, tetapi juga investor lokal. Berbagai gula-gula akan ditawarkan pemerintahan setiap negara. Artinya, semua negara akan sibuk memoles dirinya agar menarik bagi investor untuk menanamkan uangnya dan membangun usahanya di sana.

Ketika dunia usaha bangkit dan bergerak lagi, akan terbuka lapangan pekerjaan. Rakyat bekerja. Dapat gaji. Bisa belanja. Dan ekonomi muter. Ekonomi yang berputar berdampak pada peningkatan kesejahteraan rakyatnya. Secara agregat meningkatkan kualitas kehidupan negara tersebut.

Pertanyaannya, apa yang sudah kita siapkan untuk menyambut suasana pasca wabah ini?
Jika kita tidak bersiap diri dari sekarang dan semua dijalankan dengan cara ‘biasanya’ ya, kita akan merayap. Kalau cuma bisnis dengan cara biasanya, mana mungkin bisa dengan cepat mengobati dampak dari wabah yang menggilas ekonomi.

Karena itu, saya setuju apa yang diusulkan Kadin Indonesia, bahwa negara memerlukan langkah-langkah besar untuk melakukan transformasi structural dalam membuka lapangan pekerjaan. Agar mereka yang terkena PHK saat krisis, bisa secepatnya bekerja kembali. Dan angkatan kerja baru bisa juga mendapat tempat.

Kalau gak dilakukan perubahan besar-besaran dalam mekanisme dunia usaha, boro-boro bisa tambah maju. Menutup luka ekonomi akibat wabah saja belum tentu bisa cepat.

Pemerintah sendiri sebetulnya sudah beancang-ancang lama untuk melakukan lompatan struktural itu. Ada RUU Cipta Kerja yang diajukan. Tujuan utamanya untuk membuka lapangan pekerjaan sebesar-besarnya. Caranya dengan memberikan ruang yang mudah bagi pengusaha untuk mendirikan usaha di Indonesia.

Bukan hanya pengusaha besar, tetapi juga pengusaha kecil bahkan kelas mikro. RUU ini akan mendorong percepatan dunia kerja terbuka lebar. Bahkan jika dalam kondisi normal saja, RUU ini sangat penting. Apalagi dalam kondisi ketika kita harus bangkit dari keterpurukan ekonomi akibat wabah ini.

Misalnya begini. RUU itu memudahkan usaha mikro membuat badan usaha. Bikin PT, misalnya, gak perlu biaya besar. Jadi mereka yang punya skill dan kemampuan, gak harus ngarep jadi karyawan. Bisa juga memulai peruntungan jadi pengusaha. Karena syarat bikin badan usaha lebih mudah.
Soal pajak juga akan ada keringanan.

Dan yang paling utama izin-izin usaha gak akan seribet sebelumnya. Kita gak perlu nunggu waktu lama untuk mendapatkan izin. Gak perlu jadi sapi perah pejabat hanya untuk selembar surat. Gak perlu menyuburkan ladang korupsi dan pungli karena kelakuan para pejabat sialan itu.

DPR mestinya bisa bekerja keras untuk secepatnya menyiapkan kendaraan peraturan agar ekonomi kita bisa lari lebih cepat setelah wabah ini berlalu. Mereka harus fokus dengan fungsinya sebagai lembaga legislasi.

Tapi kan, sekarang lagi wabah. Mestinya semua potensi diarahkan untuk berperang dengan wabah ini, bukan malah mikirin RUU Cipta Kerja? Fraksi PKS dan Demokrat kabarnya menolak membahas RUU ini, dengan alasan sebaiknyua fokus ke wabah dulu.

Nah, ini. Cara mikirnya gaya keroyokan. Iya, sekarang kita sedang menghadapi wabah. Presiden sudah menunjuk orang yang fokus menyelesaikan masalah wabah ini. Bahkan Perpres Bencana Nasional sudah ditandatangani. Artinya, sudah ada badan yang di pundaknya dibebankan bagaimana menangani wabah. Dalam soal penanganan wabah, lembaga pemerintah yang lain, tinggal support saja.

Jadi menangani wabah ini, gak harus keroyokan juga sampai semua fungsi negara berhenti dan hanya fokus pada satu masalah. DPR kan, fungsinya legislasi, pengawasan dan budgeting. Ya, sudah, jalankan aja fungsinya. Membahas RUU adalah fungsi legislasi. Jangan beralasan fokus ke wabah. Wabah sudah ada yang urus. DPR perlu awasi dan bantu. Gak perlu juga menghentikan fungsi lainnya.

Menangani wabah ini, gak perlu semua geroyokan sampai menghapus fungsi-fungsi lainnya yang harusnya dijalankan. Kalau itu dilakukan namanya bunuh diri. Sebab saat wabah berlalu, justru kita akan telat bangkit. Dan dampak ekonomi yang kita alami sekarang akan lama sembuhnya.

Jadi ibarat main bola, yang tugasnya jadi striker dorong dia untuk mencetak gol. Yang jadi kipper, fokus saja jaga gawangnya. Yang berfungsi pertahanan, main saja menjaga pertahanan agar gak kebobolan.

Bayangkan kalau semuanya mau jadi striker, sampai penjaga gawang maju ke depan. Ya, cepat kebobolan.

Jadi cara mikir, bahwa sekarang sedang wabah, sebaiknya membahas RUU Cipta Kerja ditunda dulu, justru cara mikir yang salah. Itu akan membuat ekonomi kita akan semakin ketinggalan.

Sebab, saat wabah selesai, orang akan langsung lari. Investor dan pengusaha mau secepatnya pulih dari dampak ekonomi akibat wabah. Mereka akan bersemangat untuk membuka peluang.

Tapi, kalau aturan di Indonesia gak adaptif. Ribet. Bikin susah, mana mau orang menanam duitnya di sini. Jangankan investasi baru. Jangan-jangan kalau masih seperti ini juga, pengusaha lama malah merelokasi usahanya ke negara lain yang bisa dipastikan akan banyak memberi gula-gula pasca wabah ini.

Terus akibatnya, pengangguran yang kemarin di PHK kapan bisa kerja lagi?

Ada satu adagium, hanya mereka yang bisa mengantisipasi masa depanlah, yang bisa memenangkan persaingan.

Wabah sudah ada yang tangani. Ada Gugus Tugas Penanganan Covid19. Tugasnya berjalan sampai wabah ini tuntas. Setelah mereka berhasil menghalau wabah ini, di sanalah kita butuh persiapan untuk berlari lebih kencang. Dan DPR sekarang harus menyiapkan lahannya agar ekonomi kita bisa lompat.

Bukan dibiarkan saja bergerak seperti keong karena gak ada perubahan signifikan dalam aturannya.

“Mas, kalau RUU Cipta Kerja disetujui, saya juga mau buka usaha baru. Bidang minyak dan gas,” ujar Abu Kumkum.

“Usaha apaan Kum?”

“Jual minyak telon dan jamu tolak angin!”

Eko Kuntadhi

***