Bersinergi Membungkam Terorisme

Mari tumbuhkan rasa persatuandan toleransi antara umat beragama agar terhindar dari paparan terorisme ini.Mereka musuh bersama yang harus diperangi dan diberangus hingga ke akarnya.

Senin, 18 November 2019 | 21:34 WIB
0
195
Bersinergi Membungkam Terorisme
Kapolda Sumut Irjen Pol Agus Andrianto (Foto: Kompas.com)

Membasmi terorisme kini tak hanya tanggung jawab pemerintahan saja, melainkan seluruh elemen yang berada di wilayah NKRI. Mengingat Aksi ini memang sengaja dilakukan guna memberikan ketakutan dan akan mempengaruhi stabilitas keamanan. 

Berkaca pada aksi teror bom yang masih terjadi, perlu kiranya seluruh elemen masyarakat untuk bersinergi guna membungkam terorisme.

Katakan berani terhadap terorisme! Apa yang perlu ditakutkan, mereka hanyalah sekumpulan orang yang tak bertanggung jawab. Kelompok radikal teror tentu menginginkan suatu negara menjadi kocar-kacir. implikasinya ialah mereka akan menjadi penguasa di negeri korbannya.

Bukan tak mungkin Indonesia terkena juga, mengingat banyaknya laporan terkait terorisme ini kian meningkat seiring berjalannya waktu. Yang terbaru adalah insiden bom bunuh diri di kota Medan, beberapa hari lalu.

Jika dilihat dari target , korban terorisme ini juga tak pandang bulu. Bahkan, anak-anak sekalipun halal untuk mereka dijadikan mangsa, miris. Jika sudah begitu teror yang bertujuan menguarkan rasa takut dan kecemasan akan mereka dapatkan. Orang atau pihak yang takut tentunya tak akan fokus, sehingga para pelaku terorisme ini akan dengan mudah menyusupinya. Termasuk merekrut para anggota dengan beragam propaganda palsu berkedok agama.

Padahal agama manapun, instansi apapun tak pernah mengajarkan hal yang tak terpuji itu. Lalu, bagaimana mereka mendapatkan pemahaman yang menyimpang ini? Sebetulnya ada banyak faktor, misal saja ekonomi, pendidikan, lingkungan sosial dan juga yang lainnya. Permasalahan ini seolah menjadi mata rantai yang tak ada habisnya.

Namun, bukan berarti tak bisa diatasi, bukan? Kuncinya adalah persatuan. Karena terorisme ini mengincar perpecahan, guna menggoyang keamanan. Maka dari itu, aneka imbauan untuk terus meningkatkan kewaspadaan terkait aksi ini gencar dilakukan. Agat masyarakat makin aware akan bahaya dari pelaku terorisme.

Pendapat serupa juga datang dari Ketum PBNU Said Aqil Siroj ketika bertemu Kapolri Jenderal Idham Azis di kantor PBNU, Jakarta Pusat. Said menekankan bahwa teroris merupakan musuh bersama. Pihaknya menyatakan jika NU beserta Polri akan selalu bergandengan tangan guna memperkuat civil society, struktur sosial serta kebersamaan masyarakat, termasuk empat pilar kebangsaan. Yakni, Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhineka Tunggal Ika.

Civil Society ini merupakan ciri suatu masyarakat yang beradab dalam hal membangun, menjalani, serta memaknai kehidupannya. Tanpa memperkuat sistem Civil society ini maka struktur sosial akan keropos, layaknya negara Timur Tengah. Yang hanya memiliki suku dan parpol. Sementara di Nusantara mempunyai struktur sosial yang beragam. Mulai dari NU, Muhammadiyah, hingga ormas lainnya. Meski ormas-ormas tadi lebih condong ke politik kebangsaan.

Said juga mengapresiasi pihak TNI-Polri yang telah mengamankan dan mensukseskan pileg maupun pilpres beberapa waktu lalu. Sebab, sebagaimana yang kita tahu, kedua momentum ini tak ada yang bisa mengungguli Indonesia. Di negara kita peristiwa pemilihan wakil rakyat ini dinilai cukup ramai. Bahkan, bisa memicu situasi yang "panas" antar parpol maupun masyarakat pendukungnya. Kendati demikian, semua dapat dilalui dengan aman dan damai. Dirinya juga berharap pemilihan wakil pemerintah ini kedepan juga dapat dilakukan secara aman dan damai.

Sejalan dengan pernyataan Anggota DPR Fraksi NasDem Martin Manurung, yang ikut mengutuk aksi bom bunuh diri di Mapolrestabes Medan, Sumatra Utara. Ia juga secara tegas mengatakan bahwa terorisme adalah musuh bersama. Dirinya menambahkan jangan sampai ada ruang buat aksi-aksi menyimpang semacam ini.

Karena Serangan teroris bisa terjadi, kapan dan dimana saja. Ia juga meminta masyarakat untuk terus bersatu membantu pemerintah dan penegak hukum guna mengantisipasi terorisme. Karena penegak hukum tak mungkin bekerja sendiri melawan terorisme. Keberlangsungan keamanan tentunya harus diciptakan dengan bergotong-royong. Agar semuanya menjadi lebih kokoh dan kuat.

Terorisme ini tak ubahnya seperti amoeba, mereka seolah mampu hidup kembali meski tubuhnya telah terbelah berkeping-keping. Hal ini menunjukkan bahwa eksistensi mereka cukup kuat untuk mendominasi suatu negara. Bahkan, situasi yang anteng-anteng saja bisa seketika carut marut saat teroris ini beraksi.

Maka dari itu, mari tumbuhkan rasa persatuan dan kesatuan, serta menjaga toleransi antara umat beragama agar dapat menghindar dari paparan terorisme ini. Sebab, mereka adalah musuh bersama yang harus diperangi dan diberangus hingga ke akarnya.

***