Lupakan Prabowo, Sambut Kabinet Zaken Jokowi

Pembentukan kabinet zaken menjadi pilihan bagi Jokowi, namun dengan mempertimbangkan posisi partai politik pendukungnya. Ini keinginan kita semua yang waras.

Rabu, 19 Juni 2019 | 06:26 WIB
0
394
Lupakan Prabowo, Sambut Kabinet Zaken Jokowi
Prabowo Subianto dan Joko Widodo (Foto: tribunnews.com)

Saya malas mikirin Prabowo dan kampret. Jokowi juga cuek bebek. Tak peduli. Dia telah memikirkan pembentukan kabinet. Pertama yang dia lakukan adalah reshuffle kabinet. Perombakan kabinet ini untuk membuang borok dan menyuburkan benih sehat Kabinet Kerja. (Tulisan berikutnya menguliti menteri-menteri korup dan penipu Jokowi.)

Syafe’i Ma’arif menyampaikan pentingnya kabinet zaken, yang para menterinya orang ahli dan profesional, bukan wakil partai.

“Supaya dibentuk suatu zaken kabinet. Kabinet yang terdiri dari orang-orang ahli, boleh dari partai, tapi partainya jangan mengusulkan seorang, tapi beberapa orang, presiden yang menentukan. Jadi presiden lebih berdaulat. Kalau tidak, kabinet yang lalu menurut saya banyak bolongnya, papar Buya Syafe’i.

Namun, Ma’ruf Amin yang diselamatkan Jokowi dari kasus Fatwa MUI bersama Rizieq, Tengku Zulkarnain, berpendapat lain. "Tapi tidak berarti ahli itu bukan parpol. Partai kan juga punya ahli," katanya.

Kabinet Jokowi 2014-2019, 20 menterinya dari kalangan profesional. Sisanya orang partai. Tak berprestasi, Jokowi tak segan memecat. Anies, Sudirman Said, Rizal Ramli, dan lain-lain. Tegas.

Andi Widjajanto digantikan oleh Pramono Anung. Dia mampu menjembatani hubungan DPR dengan Istana. Hasil lainnya, Golkar balik kanan mendukung Jokowi. Teten Masduki, yang bergaya LSM, digantikan oleh Jenderal TNI (Purn) Moeldoko. Moeldoko mampu memberikan penyegaran di Istana.

“Untuk Komando Operasi Khusus Gabungan TNI, sudah direstui oleh Pak Presiden dan diresmikan kembali oleh Panglima TNI,” ancam Moeldoko pada DPR agar segera mengesahkan UU Anti Teror.

Baca Juga: Akankah Ahok Masuk Kabinet Jokowi Jilid II?

Ada keunikan sikap Jokowi memilih menteri. Susi Pudjiastuti dipilih oleh Jokowi berdasarkan informasi dari Google.

"Saya mengucapkan terima kasih pada Presiden H Joko Widodo, karena telah memberikan kepercayaan pada saya sebagai Menteri Kelautan dan Perikanan. Saya tahu dan mengerti konsekuensi yang harus beliau hadapi, mengangkat seorang Susi yang hanya lulus kelas 2 SMA menjadi menteri kelautan dan perikanan," kata Susi sambil menyeka air matanya saat mendapatkan gelar Doktor Honoris Causa (HC) dari Universitas Diponegoro Semarang (03/12/2016).

Bahkan untuk 2019-2024 Jokowi akan mengangkat menteri berusia antara 20-40 tahun seperti disampaikan di Restoran Plataran, Menteng Jakarta (18/04/2019).

Fokus Jokowi 2019-2024

Di periode kedua, Jokowi fokus pada pembangunan sumber daya manusia (SDM). Ini penting untuk Indonesia ke dapan. Indonesia sebagai negara maju. Pricewaterhouse Cooper (PWC) memrediksi pada 2030 Indonesia akan menjadi negara dengan kekuatan perekonomian nomor 5 di dunia.

"Reformasi birokrasi harus betul-betul dijalankan. Urusan perizinan dari pusat daerah harus kita potong. Tanpa itu jangan bermimpi (Visi Indonesia 2045 bisa tercapai)," papar Jokowi di Jakarta (09/05/2019).

Untuk itu, Jokowi memerlukan para menteri yang melebihi kinerja Kabinet Indonesia Kerja.

Para menteri yang berprestasi kasat mata seperti Menteri Basuki, yang memiliki kemampuan manajerial mumpuni, dengan bukti pembangunan infrastruktur, layak untuk tetap dipertahankan.

Menteri-menteri yang para staf atau bawahannya terindikasi korup, atau bekerjasama dengan mafia, harus dibuang ke tempat sampah, sebelum merugikan Jokowi. Para calon menteri pun harus dilihat benar. Semua calon menteri harus bersih dari mafia, dan bebas dari indikasi korup. Ini prasyarat bagi calon menteri.

Kabinet Indonesia Maju harus tancap gas. Tak perlu tim transisi. Reshuffle kabinet sehabis lebaran tepat. Begitu Jokowi dilantik, para menteri melanjutkan pekerjaannya.

Dengan mengangkat menteri yang benar Jokowi akan meletakkan dasar bagi Indonesia sebagai negara maju di 2030. Dan, itulah legacy Jokowi yang dicapai melalui kinerja para menterinya.

Maka, pembentukan kabinet zaken menjadi pilihan bagi Jokowi, namun dengan mempertimbangkan posisi partai politik pendukungnya. Ini keinginan kita semua yang waras.

***

Ninoy N Karundeng.