Tapi kalau pecundang tantrum, terus sampeyan bilang ‘rapopo’, terus ngasih kursi, mentang-mentang sampeyan punya pabrik kursi, sejujurnya saya kecewa.
Jokowi, jangan terlalu berbaik hati, apalagi pada orang yang tidak baik hati. Jangan ngikutin manusia yang berkarakter ‘dinehi ati ngrogoh rempela’. Dikasih satu, minta dua. Dikasih dua, mau tiga. Kagak ada abisnya.
Jokowi, Anda pemenang Pilpres 2019 yang sah. Dikuatkan keputusan Mahkamah Konstitusi. Kemenangan itu konstitusional. Dalam aturan demokrasi, jangankan menang 55,50%, lha wong menang 51%, lawan 49% pun, artinya the winner takes all. Pemenang ngambil semuanya. Jangan sisakan sejumput pun, apalagi untuk Amien Rais.
Belum lama lalu, Amien Rais, kelompok PA-212, bahkan Gerindra, menyodorkan klausul, rekonsiliasi artinya kekuasaan dibagi sesuai porsi pendapatan suara. Waduh, lha buat apa bikin pemilu?
Doktor politik lulusan Amerika itu, bukan hanya seenak perut mendefinisikan demokrasi, melainkan juga mengingkari konstitusi yang menjadi pranata kita menjalankan pemerintahan berdasar kesepakatan bersama.
Bagaimana halnya kalau tuntutan para penggiat demokrasi, yang menginginkan tak adanya presidential threshold, sehingga kita bisa mendapatkan banyak kandidat?
Kalau misal ada 5 calon presiden, dan dalam satu putaran pemenangnya mendapat suara 30%, apakah kemudian 4 calon yang mendapat dari total 70% juga harus diberi kekuasaan?
Untuk apa rakyat disodori program kampanye, yang dalam Pilpres 2019 kemarin rakyat bisa awut-awutan? Saudara sekandung bisa tidak bertegur sapa. Ada orang mati karena membela capres pilihannya. Karena apa?
Pak Jok, berhentilah sejenak. Untuk tidak terlalu berbaik hati. Bukan karena saya tak suka sampeyan menjalankan Doktrin Athena, sebagai model baru kepemimpinan androginis. Tapi, saya kira, itu butuh ketentuan dan syarat berlaku.
Perbedaan itu baik adanya, tetapi dengan syarat dan ketentuan berlaku, bukan? Jika tanpa syarat, perbedaan hanya menimbulkan perpecahan, sebagaimana politik dan agama juga memunculkan perpecahan. Tanpa kedewasaan, yang majoritas menjadi penindas, yang minoritas menjadi tiran.
Kan kurang ajar banget, kalau syarat rekonsiliasi Gerindra menyodorkan program kerja ketahanan pangan dan ketahanan energi, yang jika disepakati kemudian dihitung berapa orang akan menanganinya, siapa saja? Duh, lantas buat apa, sampeyan jualan ‘visi dan misi’ yang harus saya beli, dan karena itu sampeyan dinyatakan menang?
Saya tuh milih sampeyan karena tidak milih Prabowo. Sampai dicebong-cebongin kampret, terus sampeyan ngikutin yang kalah? Kalah kalau rendah-hati, gpp. Tapi kalau pecundang tantrum, terus sampeyan bilang ‘rapopo’, terus ngasih kursi, mentang-mentang sampeyan punya pabrik kursi, sejujurnya saya kecewa.
Kita tuh milih sampeyan, karena tak ingin gerombolan Prabowo berkuasa. Gitu lho, Pak Jok!
Katanya mau kerja gila? Inget, tuh!
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews