Waspada Penumpang Gelap Hasil Pemilu!

Negara kita berlandaskan hukum dan memiliki atauran–aturannya, bukan negara barbar yang tidak berlandas hukum.

Kamis, 16 Mei 2019 | 12:56 WIB
0
280
Waspada Penumpang Gelap Hasil Pemilu!
Ilustrasi penumpang gelap (Foto: Kumparan.com)

Puncak rangkaian Pemilu baru saja selesai dilaksanakan 17 April kemarin. Namun proses penghitungan suara masih berlangsung. Kita lihat di televisi proses Quick Count sudah mulai ditamplikan tidak sedikit yang memperdebatkan dan menyangkal.

Dalam dunia demokrasi semua boleh–boleh saja berpendapat semua bebas mengutarakan ide dan pemikirannya. Tapi tetap budaya pancasila sebagai cerminan budaya ketimuran tetap harus dijunjung tinggi.

Oleh karena itu sangat disayangkan jika ada anak bangsa yang masih membuat letupan – letupan untuk memanas manasi situasi saat ini. Benar adanya makin hari makin terlihat bahwa terdapat penumpang gelap yang menunggangi momentum Pemilu ini untuk agenda-agenda terselubung yaitu memecah belah anak bangsa dan menghancurkan demokrasi yang telah disepakati.

Kita perlu sadari Indonesia membangun Demokrasi melalui jalan panjang dan tidak mulus, jalan demokrasi Indonesia dibangun dengan darah dan air mata mulai dari proklamasi kemerdekaan 17 agustus 1945 Negara Indonesia lahir pemilu pertama baru bisa dilaksankan pada tahun 1955 dan pemilu 2019 saat ini merupakan yang ke 12. Sebuah jalan panjang bangsa kita dalam membangun kedaulatan suara rakyat dalam proses demokrasi.

Perlu kita cermati bersama bentuk tingkah laku yang tidak legowo, tidak sprotif dan skeptis terhadap hasil pemilu menandakan ketidak dewasaan anak bangsa dalam merespon hasil pemilu yang belum dirilis resmi oleh KPU sebagai lembaga negara yang dipercaya negara untuk menyelenggrakan pesta demokrasi dan menjaga kedaulatan suara rakyat dalam bentuk Pemilu.

Negara kita berlandaskan hukum dan memiliki atauran–aturannya, bukan negara barbar yang tidak berlandas hukum.

Jika tidak sesuai bisa di proses secara hukum, bila tidak setuju bisa berdiskusi untuk cari solusi bukan memprovokasi dalam bentuk aksi yang bisa berujung anarki. Kita ingat bersama moment pemilu ini moment pesta demokrasi adalah moment silahturahmi anak bangsa bertemu bersama di TPS untuk menentukan pilihannya.

Baca Juga: Provokasi Narasi Kecurangan, Sebuah Disain Upaya Deligitimasi Pemilu

Momen cerminan luhurnya budaya bangsa dalam bentuk demokrasi Pancasila dengan semboyan bhineka tunggal ika. Kita boleh berbeda pilihan, kita boleh berbeda pendapat, kita boleh berbeda keberpihakan politik dalam pemilu ini, tapi kita satu hati, kita satu bahasa, kita satu tanah air dan kita satu bangsa, Bangsa Indonesia.

Persatuan dan kesatuan bangsa yang utama. Hati boleh curiga, logika boleh tidak percaya, tapi kita anak bangsa kita adalah saudara satu tanah air INDONESIA.

***