Puncak rangkaian Pemilu baru saja selesai dilaksanakan 17 April kemarin. Namun proses penghitungan suara masih berlangsung. Kita lihat di televisi proses Quick Count sudah mulai ditamplikan tidak sedikit yang memperdebatkan dan menyangkal.
Dalam dunia demokrasi semua boleh–boleh saja berpendapat semua bebas mengutarakan ide dan pemikirannya. Tapi tetap budaya pancasila sebagai cerminan budaya ketimuran tetap harus dijunjung tinggi.
Oleh karena itu sangat disayangkan jika ada anak bangsa yang masih membuat letupan – letupan untuk memanas manasi situasi saat ini. Benar adanya makin hari makin terlihat bahwa terdapat penumpang gelap yang menunggangi momentum Pemilu ini untuk agenda-agenda terselubung yaitu memecah belah anak bangsa dan menghancurkan demokrasi yang telah disepakati.
Kita perlu sadari Indonesia membangun Demokrasi melalui jalan panjang dan tidak mulus, jalan demokrasi Indonesia dibangun dengan darah dan air mata mulai dari proklamasi kemerdekaan 17 agustus 1945 Negara Indonesia lahir pemilu pertama baru bisa dilaksankan pada tahun 1955 dan pemilu 2019 saat ini merupakan yang ke 12. Sebuah jalan panjang bangsa kita dalam membangun kedaulatan suara rakyat dalam proses demokrasi.
Perlu kita cermati bersama bentuk tingkah laku yang tidak legowo, tidak sprotif dan skeptis terhadap hasil pemilu menandakan ketidak dewasaan anak bangsa dalam merespon hasil pemilu yang belum dirilis resmi oleh KPU sebagai lembaga negara yang dipercaya negara untuk menyelenggrakan pesta demokrasi dan menjaga kedaulatan suara rakyat dalam bentuk Pemilu.
Negara kita berlandaskan hukum dan memiliki atauran–aturannya, bukan negara barbar yang tidak berlandas hukum.
Jika tidak sesuai bisa di proses secara hukum, bila tidak setuju bisa berdiskusi untuk cari solusi bukan memprovokasi dalam bentuk aksi yang bisa berujung anarki. Kita ingat bersama moment pemilu ini moment pesta demokrasi adalah moment silahturahmi anak bangsa bertemu bersama di TPS untuk menentukan pilihannya.Baca Juga: Provokasi Narasi Kecurangan, Sebuah Disain Upaya Deligitimasi Pemilu
Momen cerminan luhurnya budaya bangsa dalam bentuk demokrasi Pancasila dengan semboyan bhineka tunggal ika. Kita boleh berbeda pilihan, kita boleh berbeda pendapat, kita boleh berbeda keberpihakan politik dalam pemilu ini, tapi kita satu hati, kita satu bahasa, kita satu tanah air dan kita satu bangsa, Bangsa Indonesia.
Persatuan dan kesatuan bangsa yang utama. Hati boleh curiga, logika boleh tidak percaya, tapi kita anak bangsa kita adalah saudara satu tanah air INDONESIA.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews