Tahun 2018 merupakan tahun yang tak bisa dilupakan oleh masyarakat Indonesia. Di tahun ini secara monumental Indonesia membuktikan diri sebagai negara yang hebat dalam pembinaan dan pengukiran prestasi olah raga melalui Asian Games dan Asian Paragames.
Tak hanya itu, Indonesia juga membuat decak kagum negara lain dengan kerja kreatif panitia Asian Games 2018 yang diisi oleh seniman super berbakat dari Indonesia.
Saya masih teringat aksi pembukaan Asian Games yang menjadi viral di media sosial maupun media elektronik dan cetak. Aksi atraktif presiden Jokowi mengendarai motor baru kali ini digelar dalam perhelatan terbesar di Asia yang diikuti 45 negara ini. Aksi presiden Jokowi ini bahkan membuat decak kagum seniman asing yang mengisi acara perhelatan itu.
Asian Games 2018 ini sudah 15 bulan sebelumnya dipersiapkan. Penunjukkan Indonesia sebavai tuan rumah dilakukan secara 'mendadak' di tahun 2014 karena negara Vietnam yang sebelunnya terpilih mengundurkan diri karena kesulitan ekonomi. Penunjukkan yang 'mendadak' ini tak menghalangi persiapan matang tim panitia.
Gemilangnya pesta pembukaan ternyata masih kalah dengan gemilangnya prestasi atlet Indonesia dari awal hingga penghujung acara.. Bagaimana tidak, Asian Games yang digelar pada tanggal 18 Agustus hingga 2 September 2018 ini mendapuk Indonesia sebagai urutan ke-4 perolehan medali dengan 31 emas, 24 perak dan 43 perunggu. Ini jauh lebih baik dari target 16 emas dalam urutan 10 besar peserta.
Sejak Asian Games perdana di Indonesia tahun 1962 Indonesia baru kali ini memperoleh medali sebanyak saat ini.
Sheikg Fahad Al-Sabab selaku presiden OCA ( Olympic Committee of Asia) memuji Indonesia sebagai tuan rumah Asian Games Jakarta-Palembabg 2018 ini.
Tak hanya Asian Games, para penyandang disabilitas Indonesia juga mengukir sejarah dengan prestasi mereka di Asian Paragames 6-13 Oktober 2018. Di tahun ini, Indonesia masuk peringkat 10 besar dengan perolehan medali 37 emas, 47 perak dan 51 perunggu.
Kunci keberhasilan perhelatan dan peningkatan prestasi para atlet Indonesia ini tak lepas dari intensifnya pengawasan pemerintah dalam pembangunan infrastruktur sarana dan prasarana termasuk perbaikan venue dan penggemblengan para atlet.
Dan, baru di zaman presiden Jokowi ini para atlet benar-benar diapresiasi dan dimuliakan hak-haknya dengan pemberian bonus besar bagi atlet berprestasi dengan mekanisme pencairan dana segera.
Tak cuma itu, pemerintah di era Jokowi melalui Perpres No. 95 pada Oktober 2017 yang menghapus satlak prima yang memungkinkan Kemenporan atau Koni Pusat mengontrol secara langsung kepada induk cabang olah raga seperti masalah akomodasi dan lainnya.
Lewat aturan yang dikeluarkan oleh Presiden Jokowi ini, induk cabang olahraga akan mengelola anggaran pelatnas mereka secara mandiri. Dana pembinaan tersebut disalurkan langsung agar semua cabag olahraga bisa menjalankan program persiapan secara baik dan fokus.
Peningkatan prestasi olahraga Indonesia ini bukan sebuah kebetulan karena presiden Jokowi mampu melakukan pendekatan yang lebih manusiawi kepada unit kerja pemuda dan olahraga (termasuk kementerian olah raga, KONI dan para atlet.
Sebagai perbandingan, pada 2014 Indonesia hanya puas dengan perolehan medali sebanyak 4 emas di Asian Games dan Asia Paragames memperoleh hanya 37 emas, 47 perak dan 51 perunggu.
Karakter seorang presiden Jokowi yang humanis sekaligus berjiwa muda mampu membawa aira positif kepada generasi milenial untuk bekerja keras dan bekerja cerdas.
Berjalannya perhelatan secara lancar di antara begitu banyak agenda juga jadi bukti bagusnya kepemimpinan seorang Jokowi memberi komando kepada begitu banyak bawahannya.
Semoga di 2019 pak Jokowi bisa melanjutkan visi misinya agar dunia olahraga Indonesia ikut terdongkrak. Sebagaimana layaknya pepatah 'mens ana in corpore sano,' di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat, semoga kemajuan dunia olahraga kita menciptakan generasi yang sehat dan tangguh.
Mantul, pak Jokowi! Semangati olahraga kami terus!
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews