Oleh : Irfan Aditya
Pemerintah terus menunjukkan keseriusan dalam memastikan bahwa bantuan sosial (bansos) benar-benar sampai ke tangan yang berhak. Langkah terbarunya yang patut diapresiasi adalah pemutakhiran data penerima manfaat melalui Data Tunggal Sosial dan Ekonomi Nasional (DTSEN). Dengan sistem ini, pemerintah ingin memastikan bahwa setiap rupiah bantuan digunakan secara tepat sasaran, transparan, dan berdampak langsung bagi masyarakat yang membutuhkan. Di era digital seperti sekarang, kebijakan ini bukan sekadar pembaruan teknis, tapi juga bagian dari revolusi data sosial yang bisa mengubah wajah perlindungan sosial Indonesia jadi jauh lebih akurat dan efisien.
Selama ini, salah satu tantangan utama dalam penyaluran bansos adalah ketidaktepatan data penerima, ada yang seharusnya mendapat tapi tidak terdaftar, ada pula yang sudah tidak memenuhi kriteria namun masih menerima. Kehadiran DTSEN jadi jawaban atas problem klasik tersebut. Melalui pemutakhiran data yang berkelanjutan, pemerintah mengintegrasikan berbagai sumber informasi, dari kementerian, lembaga, hingga pemerintah daerah dalam satu sistem nasional yang sinkron dan real time.
Menteri Sosial (Mensos) Saifullah Yusuf mengatakan menerima hasil pemutakhiran data penerima Bantuan Langsung Tunai Sementara (BLTS) yang dilaksanakan oleh petugas kabupaten/kota, pendamping daerah, Dinas Sosial, dan perwakilan Badan Pusat Statistik (BPS). Pemutakhiran ini dilakukan untuk memastikan ketepatan penerima bantuan sesuai arahan Presiden Prabowo Subianto untuk disalurkan BLTS kepada 35,04 juta Keluarga Penerima Manfaat (KPM) di desil 1 hingga 4 DTSEN.
Langkah pemutakhiran data ini juga mencerminkan komitmen pemerintah dalam membangun tata kelola yang bersih dan akuntabel. Di era digital seperti sekarang, data menjadi aset strategis yang menentukan keberhasilan kebijakan sosial. Oleh karena itu, pemerintah terus mengembangkan sistem informasi berbasis teknologi yang adaptif dan transparan. Melalui dashboard monitoring, proses distribusi bantuan dapat dipantau secara terbuka oleh publik, sehingga meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah. Upaya ini juga menjadi bukti bahwa pemerintah tidak hanya menyalurkan bantuan, tetapi juga memperkuat sistem agar kebijakan sosial memiliki dampak yang berkelanjutan.
Selain itu, pemutakhiran data ini melibatkan sinergi lintas sektor. Kementerian Sosial sebagai ujung tombak, bekerja sama dengan Badan Pusat Statistik (BPS), Kementerian Dalam Negeri, dan pemerintah daerah. Pendekatan kolaboratif ini penting banget, karena setiap lapisan punya peran kunci dalam memastikan validitas data.
Yang menarik, DTSEN juga memanfaatkan teknologi digital terkini, mulai dari sistem verifikasi berbasis NIK (Nomor Induk Kependudukan), hingga integrasi dengan data kependudukan dan catatan sipil. Teknologi ini membantu mempercepat proses verifikasi dan meminimalkan potensi kesalahan manusia. Jadi, ketika bansos disalurkan, sistem bisa langsung memvalidasi apakah penerima memang memenuhi kriteria. Prosesnya cepat, aman, dan transparan. Tak heran kalau banyak pengamat menilai bahwa kebijakan ini merupakan lompatan besar menuju tata kelola bansos yang modern dan akuntabel.
Sementara itu, Menteri Komunikasi dan Digital (Komdigi) Meutya Hafid mengatakan, digitalisasi dalam penyaluran BLT Kesra ini merupakan bentuk komitmen pemerintah memberikan kemudahan kepada para penerima. Selain itu, digitalisasi ini juga sebagai upaya pemerintah untuk menjamin BLT sampai tepat sasaran, termasuk ke wilayah-wilayah terpencil dan sulit dijangkau.
Banyak daerah melaporkan peningkatan ketepatan penyaluran bantuan. Masyarakat pun mulai merasakan manfaatnya: mereka yang sebelumnya tidak terdata kini bisa mendapat akses ke berbagai program bantuan dari sembako, subsidi, hingga program pemberdayaan ekonomi. Kepercayaan publik terhadap program bansos pun meningkat karena sistem yang semakin terbuka dan bisa diawasi bersama.
Lebih dari sekadar administrasi, pemutakhiran data adalah fondasi untuk membangun sistem kesejahteraan sosial yang berkelanjutan. Data yang akurat membuat pemerintah bisa merancang program lebih adaptif terhadap dinamika ekonomi dan sosial. Misalnya, jika terjadi bencana atau krisis ekonomi, pemerintah sudah punya peta penerima manfaat yang bisa langsung diaktivasi tanpa harus melakukan pendataan ulang. Inilah bentuk nyata dari pemerintahan yang sigap, cerdas, dan berorientasi pada hasil.
Ke depan, DTSEN juga diharapkan bisa jadi basis bagi integrasi program-program sosial lintas kementerian. Jadi, satu data ini bukan cuma untuk bansos, tapi juga untuk pendidikan, kesehatan, hingga pemberdayaan ekonomi. Dengan begitu, pembangunan manusia Indonesia bisa berjalan lebih selaras dan terarah. Tidak ada lagi tumpang tindih program atau bantuan yang menumpuk di satu pihak sementara pihak lain tertinggal. Semua berbagi data, semua bekerja untuk satu tujuan: kesejahteraan masyarakat.
Langkah ini menunjukkan bahwa pemerintah bukan hanya menyalurkan bantuan, tapi juga memperkuat sistem di baliknya. Transparansi, akurasi, dan efisiensi jadi kunci utama. Dengan pemutakhiran data, harapannya setiap kebijakan sosial punya pijakan kuat di atas data yang valid dan terintegrasi. Inilah wujud nyata dari semangat tepat sasaran, tepat manfaat, dan tepat waktu. Karena pada akhirnya, keberhasilan program bansos bukan diukur dari seberapa besar dana yang digelontorkan, tapi dari seberapa besar dampak nyata yang dirasakan rakyat.
)* Pengamat kebijakan publik
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews