Balada Ganjar

Ganjar pada akhirnya akan tahu diri. Dia bukan Jokowi. Juga bukan SBY yang selalu sukses tampil dengan playing victim.

Rabu, 26 Mei 2021 | 13:36 WIB
0
252
Balada Ganjar
Ganjar Pranowo (Foto: Facebook/Budi Setiawan)

Puan jelas tidak suka Ganjar moncer. Gubernur Jawa Tengah ini meluncur deras popularitasnya di Jateng hasil manuver dia setelah tahu bahwa tidak ada harapan bagi dia jadi anggota DPR.

Ganjar di PDIP adalah kasta paria. Keberuntungan dia menjadi gubernur karena dukungan PDIP.

Namun nasib dia berbeda dengan pak Jokowi yang sama-sama paria di mata PDI-P. Sekedar kader kalau tidak suka dikatakan boneka.

Bedanya pak Jokowi asalnya pengusaha yang kenal dengan banyak pengusaha dan penguasa. Sampai akhirnya pak Jusuf Kala menemukan dia dan kemudian membujuknya ke Jakarta.

Di Jakarta, pak Jokowi menyebar jaring perkawanan hingga bu Mega tidak bisa tidak tunduk pada keinginan banyak pihak, termasuk internal PDIP agar mau mendukung pak Jokowi jadi Presiden.

Sementara Ganjar punya apa?

Dia cuma punya chanel YouTube hingga populer di kalangan masyarakat Indonesia yang gampang jatuh hati dan memuji setinggi langit jika ada orang yang punya kelakuan sama dengan pak Jokowi.

Yang dekat dengan rakyat.

Sementara Puan dimata masyarakat terlihat kalah jauh pamornya dibanding Ganjar.

Dia tampil sebagai sosok elitis kasta menak darah biru. Yang punya jarak dengan orang kebanyakan.

Jadi dalam pandangan banyak orang, Puan kalah jauh dibanding Ganjar.

Akan tetapi, popularitas Ganjar cuma sekedar di media sosial.

Dia tidak punya belalai politik. Bahkan dalam sisi yang ekstrim, Ganjar berlindung di ketek PDI-P.

Hanya itu modal dia.

Puan memotong popularitas Ganjar sejak sejak awal. Tegas dia bilang bahwa kader yang terkenal di medsos bakal tergilas oleh kader yang punya kerja nyata di dunia nyata.

Ke depan, kinerja serta sosok Ganjar akan digerus lewat slogan dan tudingan capres sosmed, gubernur sosmed dan aneka sebutan lainnya.

Ganjar tidak berdaya menghadapi itu karena tidak punya modal politik dan jaringan.

Puan punya segalanya termasuk wilayah di luar Jateng. Yang pasti tunduk penuh pada apa kata trah Sukarno.

Langkah Puan menelikung Ganjar diawal juga bagian dari merapikan jalan bagi Puan untuk jadi cawapres bersanding dengan pak Prabowo.

Skenario kearah situ harus mulus.

Karenanya jika Ganjar makin moncer di sosmed dan juga survey, publik akan memilih dia karena di sosmed, Ganjar tampil sebagai replika Jokowi. Yang bakal merobek rencana koalisi gajah PDIP -Gerindra yang mungkin berakhir dengan kegagalan ( lagi) Prabowo menjadi Presiden.

Ganjar pada akhirnya akan tahu diri. Dia bukan Jokowi. Juga bukan SBY yang selalu sukses tampil dengan playing victim.

Ganjar hanya seorang paria.

Yang nasibnya sekarang bagus jadi Gubernur.

Yang jika neko-neko dia bakal tenggelam di arus kuat perpolitikan Indonesia.

Yang kelihatan tenang namun kejam dan telengas ketika bicara dinasti dan oligarki.

Ini sangat menyakitkan bagi politikus serba tanggung macam Ganjar.

***