Ganjar pada akhirnya akan tahu diri. Dia bukan Jokowi. Juga bukan SBY yang selalu sukses tampil dengan playing victim.
Puan jelas tidak suka Ganjar moncer. Gubernur Jawa Tengah ini meluncur deras popularitasnya di Jateng hasil manuver dia setelah tahu bahwa tidak ada harapan bagi dia jadi anggota DPR.
Ganjar di PDIP adalah kasta paria. Keberuntungan dia menjadi gubernur karena dukungan PDIP.
Namun nasib dia berbeda dengan pak Jokowi yang sama-sama paria di mata PDI-P. Sekedar kader kalau tidak suka dikatakan boneka.
Bedanya pak Jokowi asalnya pengusaha yang kenal dengan banyak pengusaha dan penguasa. Sampai akhirnya pak Jusuf Kala menemukan dia dan kemudian membujuknya ke Jakarta.
Di Jakarta, pak Jokowi menyebar jaring perkawanan hingga bu Mega tidak bisa tidak tunduk pada keinginan banyak pihak, termasuk internal PDIP agar mau mendukung pak Jokowi jadi Presiden.
Sementara Ganjar punya apa?
Dia cuma punya chanel YouTube hingga populer di kalangan masyarakat Indonesia yang gampang jatuh hati dan memuji setinggi langit jika ada orang yang punya kelakuan sama dengan pak Jokowi.
Yang dekat dengan rakyat.
Sementara Puan dimata masyarakat terlihat kalah jauh pamornya dibanding Ganjar.
Dia tampil sebagai sosok elitis kasta menak darah biru. Yang punya jarak dengan orang kebanyakan.
Jadi dalam pandangan banyak orang, Puan kalah jauh dibanding Ganjar.
Akan tetapi, popularitas Ganjar cuma sekedar di media sosial.
Dia tidak punya belalai politik. Bahkan dalam sisi yang ekstrim, Ganjar berlindung di ketek PDI-P.
Hanya itu modal dia.
Puan memotong popularitas Ganjar sejak sejak awal. Tegas dia bilang bahwa kader yang terkenal di medsos bakal tergilas oleh kader yang punya kerja nyata di dunia nyata.
Ke depan, kinerja serta sosok Ganjar akan digerus lewat slogan dan tudingan capres sosmed, gubernur sosmed dan aneka sebutan lainnya.
Ganjar tidak berdaya menghadapi itu karena tidak punya modal politik dan jaringan.
Puan punya segalanya termasuk wilayah di luar Jateng. Yang pasti tunduk penuh pada apa kata trah Sukarno.
Langkah Puan menelikung Ganjar diawal juga bagian dari merapikan jalan bagi Puan untuk jadi cawapres bersanding dengan pak Prabowo.
Skenario kearah situ harus mulus.
Karenanya jika Ganjar makin moncer di sosmed dan juga survey, publik akan memilih dia karena di sosmed, Ganjar tampil sebagai replika Jokowi. Yang bakal merobek rencana koalisi gajah PDIP -Gerindra yang mungkin berakhir dengan kegagalan ( lagi) Prabowo menjadi Presiden.
Ganjar pada akhirnya akan tahu diri. Dia bukan Jokowi. Juga bukan SBY yang selalu sukses tampil dengan playing victim.
Ganjar hanya seorang paria.
Yang nasibnya sekarang bagus jadi Gubernur.
Yang jika neko-neko dia bakal tenggelam di arus kuat perpolitikan Indonesia.
Yang kelihatan tenang namun kejam dan telengas ketika bicara dinasti dan oligarki.
Ini sangat menyakitkan bagi politikus serba tanggung macam Ganjar.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews