Lugas, Tegas dan Gemas

Belum lagi stigmatisasi terhadap para warga yang positif terinfeksi SARS-CoV-2. Ujung-ujungnya media dan profesi jurnalis yang dituduh dijadikan pemicu utamanya.

Senin, 9 Maret 2020 | 06:27 WIB
0
206
Lugas, Tegas dan Gemas
Ilustrasi corona virus (Foto: Kompas.com)

Kolom Politik di Harian Kompas hari Sabtu 7 Maret 2020 kemarin lugas dan tegas. Ditulis dengan nada gemas oleh Budiman Tanuredjo, mantan Pemimpin Redaksi Kompas.

Ia mengutip pendapat seorang petinggi RI bahwa pemerintah akan menerapkan kebijakan sertifikat bebas Corona. Juga mengutip tulisan sejawat Ahmad Arif di Kompas tanggal 21 Februari 2020 yang berjudul "Indonesia antara Kebal dan Bebal..." karena hingga Februari lalu ada petinggi dan menteri yang menyatakan masyarakat Indonesia kebal terhadap virus Corona baru berkat doa.

Padahal, Dirjen WHO Tedros sudah mengingatkan bahwa Covid-19 tak mengenal batas negara. Adalah kekeliruan besar kalau ada negara yang menganggap wilayahnya kebal terhadap jangkitan virus Covid-19.

Budiman juga menyebut soal Inpres No 4/2019 yang ditandatangani Presiden Joko Widodo pada Juni 2019, tak lama setelah MK memastikan ia resmi terpilih lagi untuk periode kedua. Ini adalah Inpres yang amat relevan dengan epidemi/pandemi Covid-19, karena judulnya di antaranya menyebut instruksi untuk wabah penyakit dan pandemi global.

Sayangnya Inpres ini tidak jelas jalur komandonya. Misalnya untuk pencegahan kalau wabah seperti Covid-19 masuk ke wilayah Indonesia. Kok untuk urusan wabah di lampiran disebut yang bertanggungjawab sebagai koordinator adalah Menkumham?

Rasanya, Inpres No 4/2019 perlu direvisi.

Selain itu untuk merekatkan lagi Kohesi Sosial lewat nilai-nilai Gotong Royong, masyarakat warga perlu bergerak merapatkan barisan. Imbauan petinggi RI tak cukup kuat, karena terbukti terjadi panick buying, penimbunan masker dll.

Belum lagi stigmatisasi terhadap para warga yang positif terinfeksi SARS-CoV-2. Ujung-ujungnya media dan profesi jurnalis yang dituduh dijadikan pemicu utamanya. Tuduhan yang super ngawur!

Semoga ucapan yang konon pernah diucapkan Lenin ini tidak berlaku untuk pandemi Covid-19 yang sudah masuk ke Indonesia: "Kematian satu-dua orang: itu adalah malapetaka. Kematian ribuan orang: itu adalah statistik!"

***