"The X File" , Ketika Pelaku Kejahatan Berupaya Memiliki Kekuasaan

Senin, 24 Desember 2018 | 18:59 WIB
0
155
"The X File" , Ketika Pelaku Kejahatan Berupaya  Memiliki Kekuasaan

The X File, frasa kata yang jika dicerna dalam pemikiran akan memunculkan persepsi tentang kejahatan. Bukan sekedar kejahatan biasa. Bisa dibilang kejahatan yang cenderung menggurita. Terilhami dari kisah serial drama fiksi ilmiah Amerika yang ditayangkan di salah satu channel International. 

Sejak rilis pertama tahun 1993, nyatanya kisah-kisah detektif atau agen biro penyedilikan FBI dengan tokoh utama bernama Fox Murder yang diperankan oleh David Duchovny bersama partnernya Dana Scully yang diperankan oleh Gilian Anderson ini cukup membuat The X FIle lekat dibenak penonton setianya. Bahkan hingga tahun 2018 pun serial the X Film masih terus tayang dengan episode yang memanjakan para pecinta serial detektif.

Dua puluh (20) tahun setelah sukses serial the X File ala Amerika, menyusul sebuah karya buku berjudul Indonesia X File. Dua media yang jelas berbeda dalam beberapa hal namun memunculkan tanggapan yang serupa meski tak sama.

Tahun 2013, seorang ahli forensik Indonesia ternama yang kerap terlibat proses autopsi jenazah korban "kejahatan" kala itu berani membeberkan sisi lain kematian beberapa tokoh yang membuat heboh. Bahkan ia menjadi salah satu saksi ahli saat proses peradilan pembunuhan Marsinah, pejuang buruh yang tewas mengenaskan.

Dialah dr. Abdul Mun'im Idries, ahli forensik terkemuka yang meninggal dunia pada tahun yang sama. Beberapa bulan setelah bukunya yang berjudul Indonesia X file diluncurkan dan sempat menjadi buku terlaris, nyatanya sang pelawan arus kala itu menghembuskan nafas terakhirnya.

"The X File" pun seolah menjadi sebuah kata kunci atas tanda tanya tentang sebuah kejahatan yang pernah ada.Sebab konon, beberapa fakta hasil uji forensik yang ditangani oleh mendiang Abdul Mun'im berani mengungkap selubung nama yang pantang untuk disebut terlibat dalam sebuah kejahatan sistemik atas terjadinya beberapa kasus pembunuhan.

Tak sekedar membungkar arsip forensik yang tentunya otentik sebagai sebuah bukti peradilan, buku tersebut menghadirkan fakta yang mencengangkanberdasarkan perspektif ilmiah forensik untuk menguak rahasia tindakan kriminal/kejahatan yang tertutup rapat.

Kurang lebih  seperempat abad sudah catatan kejahatan yang menjadi "The X File" itu menjadi misteri. Jarang orang berani melawan arus untuk mengungkap satu persatu dengan deretan nama pelaku kembali muncul ke permukaan.

Kini, musim berlalu, resah menanti (teringat lagu badai pasti berlalu by Chrisye). Momentum pemilihan pucuk pimpinan negara ini sudah di depan mata. 2019 dengan pertarungan pemilihan presiden yang mengusung sekian konsep dan praktek demokrasi yang ada.

Siapa sangka, tokoh yang pernah dinyatakan kalah dalam dua kali kontestasi perebutan pasangan Capres-Cawapres dua kali berturut-turut itu masih menyisakan energi "status qou" ala mantan mertuanya. Buktinya kini tokoh tersebut menggandeng pengusaha muda yang konon mewakili generasi mileal kekinian.

Tak lain tak bukan, Prabowo-Sandi pasangan cawapres yang sedari awal selalu melempar bola panas melalui sekian skenario. Berharap skenarionya itu berjalan mulus layaknya X File isue kejahatan masa lalu yang sudah bukan rahasia umum.

Terang, Prabowo adalah adalah seorang perwira tinggi kala itu. Jejak kasusnya terungkap ketika Prabowo diberhentikan alias dipecat. Sederet pointers terkait kesalahan Prabowo tertulis dalam Surat Keputusan Dewan Kehormatan Perwira  (DKP).

Sejak terbitnya surat keputusan tertanggal 21 Agutus 1998. Meski Prabowo beserta kroninya mengganggap keberadaan dokumen itu sebuah isapan jempol belaka. Nyatanya karier  Prabowo memang terhenti dari jenjang kepangkatan Perwira Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI). Sang Jenderal pun hengkang dari ranah komando Angkatan bersenjata.

Sederet kontroversi pun muncul menjadi rekam jejak Sang Jenderal yang pada pilpres 2019 nanti berangan-angan menjadi Presiden RI. Dugaan kuat "kejahatan" masa lalu Prabowo sebagai dalang penculikan  sederet akitifis era tahun 1997 terus bertambah dengan terkuaknya x file pelanggaran HAM semasa dirinya ditugaskan di Timor Timur .

Tindakan indisipliner seorang Prabowo dalam tubuh ABRI pada masa itu tergolong istimewa. Bisa saja naluri kesewenang-wenanganya itu berasal dari "aji mumpung" sebagai seorang menantu Presiden Soeharto.

Kini, Prabowo tampil bersama Sandiaga Uno sebagai pasangan Capres Cawapres yang kerap kali melakukan ucapan dan tindakan penuh kontroversi. Tak tanggung-tanggung kemunculannya diback up penuh oleh "inner circle", lingkaran terdekat atau kerap disebut Ring-1 yang berasal dari sisa "kejahatan masa lalu".

Klan Cendana pewaris politik orde baru sekaligus keluarga biologis Soeharto tengah memunculkan rasa "klangenan" terhadap kejayaan masa lalu Soeharto yang pernah menjabat sebagai Presiden 32 tahun dengan segala hitam putihnya.

Titik Soeharto selaku mantan istri Prabowo, bukan satu-satunya keluarga Cendana yang turun gunung menyingsingkan lengan baju untuk pemenangan Prabowo. Kemunculan Tommy Soeharto dengan Partai Berkaryanya seakan menunjukkan bahwa dinasti Cendana masih memiliki taring politik. Lengkap bersama Siti Hardijanti Rukmana yang lebih dikenal dengan nama mbak Tutut pun bangkit dari "semedi" nya untuk urun tangan.

Keluarga Cendana kini kembali membuai mimpi-mimpi indah yang jauh dari pasti."The X File" itu menjadi kata kunci. Bukan saja Prabowo yang memiliki X File yang cukup  membuat sebagian besar kalangan tercengan dengan aksi koboinya.

Begitupun Tommy Soeharto yang pernah merasakan nikmatnya jeruji besi di pulau Nusa Kambangan sana. Seperti yang kita ketahui, hingga saat ini Nusa Kambangan merupakan sel khusus yang disipkan bagi para pelaku "kejahatan" kelas kakap. Sungguh ironis, seorang putra mantan Presiden RI harus menjadi pelaku "kejahatan".

Apapun itu, tentu tak cukup hanya seputar keluarga cendana saja yang memiliki X File. Support keluarga Prabowo sendiripun sedari awal begitu terlihat. Siapa yangtak kenal dengan Hashim Djojohadikusumo. Pengusaha satu ini tentu telah all out mensupport kakaknya dalam hal pendanaan sekaligus back up jejaring lainnya.

Konon kasus demi kasus seputar usaha yang dilakoni Prabowo bersaudara pun tak jauh dari rekam jejak yang meski secara kadar belum termasuk dalam "X file" terdahulu.

Mencermati keberadaaan orang-orang tertentu dilingkar suksesi Prabowo memang seperti tengah melihat Opera dengan seret tokoh Antagonis. Retorika berisi agitasi dan propaganda negatif menjadi gaya khas yang dibawakan oleh Prabowo saat tampil didepan massa.

Sebutan Macan Asia baginya tak ubahnya seperti terkaman harimau kala lapar yang siap memangsa siapa saja yang berada di depannya. Dari mulai tukang Ojek Online, Masyarakat Boyolali dan banyak lagi.

Akankah kita biarkan Prabowo menambah uraian tentang "X-File" masa lalunya?. JIka belum apa-apa , jargon membangkitkan kekuatan orba sedemikian diagung-agungkan. Maka wajar jika beberapa politisi yang berada di lingkar Prabowo tampil menjadi politisi ABS (Asal Bapak Senang). Sebab bisa jadi selama ini, diam-diam Prabowo memberlakukan status quo.

Hanya dia dan dia yang berhak untuk melakukan penunjukkan langsung terhadap siapa, apa dan bagaimana. Hingga tim politiknya sekelas Zulkifli Hasan, Amien Rais, Fadli Zon, pun seakan lupa dengan X file yang mereka miliki selama ini.

Berharap dengan kembalinya sistem orde baru yang mereka gadang-gadang sebagai sebuah upaya pemutihan atas "X File' masa lalu mereka. Terlepas dari apapun upaya yang tengah mereka lakukan. Mengacu pada serial episode The X File itu sendiri, sungguh tidak ada "penjahat" yang berhasil menang mengalahkan "Pahlawan Kebaikan" .

Dalam Dogma manapun, Tuhan selalu memberi prioritas bagi mereka yang nyaris tidak memiliki catatan dosa dan kesalahan, ketimbang memberi kesempatan pada mereka yang tidak pernah menginsyafi "kejahatan".

 

Salam damai penuh kasih

***

sumber bacaan :  

1 , 2

 

Sumber Foto :

Atas : BBC.com

Bawah :liputan6.com