Forum Umat Islam (FUI) akan menggelar Apel Siaga 313 di seluruh kantor KPU seantero Indonesia pada Minggu (31/3/2019). Aksi yang bernuansa putih tersebut juga akan diikuti oleh beberapa ormas seperti FPI, GNPF, PA 212 dan berbagai Ormas Islam.
Sekjen FUI Muhammad Al Khatath menghimbau agar pimpinan Ormas di daerah lain di luar Jakarta untuk membentuk kepanitiaan bersama untuk mengerahkan massanya dalam rangka memutihkan KPU tingkat provinsi, kabupaten, dan kota pada hari yang sama.
Wakil Sekretaris Tim Kampanye Nasional (TKN) Raja Juli Antoni menduga bahwa acara tersebut bertujuan untuk mendelegitimasi penyelenggara Pemilu 2019. Dirinya juga mengkhawatirkan bahwa nantinya FUI tidak akan mengakui hasil Pilpres 2019 apabila calon yang diusungnya kalah dalam Pilpres 2019.
Indikasi tersebut tentu bukan tanpa alasan, menurut Antoni, hal tersebut terlihat dari tindakan FUI yang sering menyuarakan narasi mendelegitimasi KPU dan Bawaslu. Sekretaris Jenderal (Sekjen) Partai Solidaritas Indonesia tersebut mengatakan bahwa agenda tersebut berbahaya bagi demokrasi di Indonesia yang saat ini sudah berjalan dengan baik.
Acara tersebut tentu patut diwaspadai, meski tidak akan membawa bendera partai ataupun capres, tapi masyarakat tentu tahu, kepada siapa Ormas seperti PA 212 , FPI dan FUI memberikan dukungannya. Secara tidak langsung, Apel Siaga tersebut merupakan salah satu bentuk ketidakpercayaan golongan tertentu terhadap kinerja KPU dan Bawaslu, hal ini dikarenakan ada tokoh politik nasional seperti Amien Rais.
Sebelumnya pada acara serupa, Amien Rais juga sempat memberikan sambutannya, ia mengatakan jika sampai terjadi kecurangan dan terbukti, Amien berkata “semoga dilaknat Allah dan kami akan membuat perhitungan. Kami akan tuntut itu.”
Dalam menyampaikan sambutannya di hadapan massa FUI kala itu, ucapan Amien beberapa kali harus terhenti. Hal tersebut disebabkan oleh pengeras suara yang terus berdenging saat Mantan Ketua MPR tersebut berorasi. Bahkan, mic yang dipegang Amien sempat berpindah tangan untuk mencegah pengeras suara berdenging oleh pria dengan gamis putih, kemudian diarahkan ke mulut Amien untuk kembali menyampaikan sambutan.
Menjelang tahun politik, tentu segala bentuk keramaian memang patut diawasi. Apel Siaga 313 bisa jadi merupakan siasat kelompok Islam-Politik untuk menggunakan jalur demokratis dalam menyampaikan aspirasi konservatif mereka. Selama ini, Islam-politik memiliki keterlibatan yang terbatas dalam demokrasi Indonesia. Sehingga Apel Siaga tersebut menjadi tunggangan bagi ormas konservatif untuk menyuarakan kecurigaannya.
Manuver yang dilakukan oleh berbagai ormas tersebut tak pelak juga mengincar partisipasi yang lebih besar dalam politik Indonesia.
Dengan mengakui aturan main sistem demokratis. Ormas seperti FUI, FPI, GNPF, PA 212 berharap dapat diakui sebagai pemain yang sah dalam politik Indonesia. Rekam jejak media juga tidak bisa dibohongi, bahwa ormas yang tergabung dalam Apel Siaga tersebut merupakan ormas yang sering memprovokasi, bahkan Rizieq Shihab juga pernah menghina Pancasila dan sistem demokrasi di Indonesia. Namun tentu akan menjadi sebuah tanda tanya besar, kenapa saat ini dirinya berada di balik tagar #2019GantiPresiden.
Melihat fenomena memutihkan KPU, semestinya masyarakat Indonesia dapat berpikir dengan cerdas dan peka terhadap pergerakan ini, tentunya masyarakat diharapkan untuk tidak mudah terprovokasi dengan berbagai ujaran maupun ancaman yang ditujukan kepada KPU. Kita tentu mengetahui bahwa KPU beranggotakan orang–orang yang terpilih sebagai penyelenggara Pemilu.
Untuk menjadi bagian dari KPU mereka tidak serta merta duduk lalu diterima, melainkan mereka harus melalui proses seleksi yang ketat. Hal ini dikarenakan KPU sangat mengedepankan profesionalitas, integritas, netralitas dan akuntabilitas selama proses berlangsung.
Apel Siaga yang bertajuk #TolakKecurangan adalah sebuah gerakan yang berdasarkan kecurigaan terhadap KPU.
Bagaimana kecurangan bisa terjadi, sedangkan perhitungan masih dilakukan manual di berbagai TPS. Masyarakat Indonesia juga patut mewaspadai adanya misi terselubung dalam Apel Siaga tersebut. Karena bisa jadi hal itu merupakan gerakan yang mengajak masyarakat untuk underestimated terhadap KPU yang sudah berupaya keras untuk menunjukkan kinerja terbaiknya sebagai lembaga independen dalam pemilu.
Mestinya kita juga perlu bertabayyun terhadap kinerja KPU maupun Bawaslu yang benar-benar netral dan profesional. Tidak lantas menggeruduk KPU dengan berbagai kecaman maupun ancaman yang tidak perlu.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews