Puisi "Doa Yang Ditukar," Jelas Siapa Yang Dituju!

Jumat, 15 Februari 2019 | 08:54 WIB
0
219
Puisi "Doa Yang Ditukar," Jelas Siapa Yang Dituju!
Fadli Zon dan Mbah Moen (Foto: Brilio.net)

Fadli Zon, seorang wakil rakyat bahkan wakil ketua Dewan Perwakilan Rakyat, hobi sekali menguliti dan merespon negatif kebijakan pemerintah bahkan keseharian presiden Jokowi dengan kicauan-kicauannya di akun Twitternya. Tak sekali dia membuat sensasi di dunia politik yang mengundang polemik. Di tengah dukungan dan kecaman, Fadli sibuk mengkritisi kubu lawan dengan puisi yang diciptakannya.

Baru-baru ini ia menulis sebuah puisi di akun Twitternya @fadlizon pada Minggu (3 Februari 2019) pukul 01.25 yang berjudul "Doa Yang Ditukar" yang diakuinya memang ditujukan pada momen dibacakannya doa oleh Kyai Maimoen Zubair pada acara Sarang Berdzikir untuk Indonesia Maju yang diadakan di Rembang dan dihadiri presiden Jokowi.

Puisi ini setidaknya dikecam oleh Yenny Wahid, para santri Mbah Moen dan putra Mbah Moen sendiri karena dianggap menghina Mbah Moen. Fadli sendiri tidak mengakui bahwa dirinya telah menghina dan menolak untuk meminta maaf.

Polemik puisi ini mengarah pada "kepada siapa puisi ini dituju?". Banyak pihak kecewa pada Fadli Zon karena dianggap telah melecehkan seorang Kyai Senior Maimoen Zubaer, seorang tokoh NU melalui puisi itu. Fadli dianggap menyindir Mbah Moen, sapaan Kyai Maimoen Zubaer. yang sempat membacakan doa di samping Jokowi dan kemudian membuat polemic dengan menyebut nama Prabowo dalam doanya. Tak lama setelah itu, Kyai Maimoen pun diminta mengulang doa. Padahal, anak sang Kyai sendiri telah mengklarifikasi doa yang dibacakan sang Ayah yang sebenarnya ditujukan agar Jokowi terpilih lagi untuk periode kedua.

Fadli Zon membantah puisi itu untuk Mbah Moen, menurutnya itu untuk sang makelar dan penguasa tengik. Siapa juga mereka? Mari kita kuliti puisinya secara pemaknaan verbal.

Saya menilai, judul saja saya menilai sudah ada muatan tendensius. Kata "Doa Yang Ditukar". Doa mana? Doa siapa? Apakah benar sasaran doa diganti dan diulang?  Jika memang ditujukan untuk doa Mbah Moen, apakah Fadli Zon ada di lokasi tempat Mbah Moen membacakan doa itu? Sempat mengkonfirmasi kepada yang bersangkutan secara hati ke hati?

Ternyata itu tidak dilakukan seorang Fadli Zon. Ia hanya mendengar selentingan informasi di dunia maya lantas menuduh sebuah doa ditukar oleh seseorang. Kata ditukar merujuk pada sesuatu yang ada subsitusinya lantas apa yang disubsitusi dalam doa itu? Jika kesalahan penyebutan oleh seorang manula diralat, bukanlah doa yang ditukar tapi pengucapan yang diperbaiki. Doa itu sumbernya dari niat hati yang ditujukan untuk seseorang dan niat jelas taik bisa ditukar'

Yang paling saya anggap menistakan adalah bait pertama yang berisi "Tak punya moral, agama diobral". Entah siapa maksud Fadli Zon dengan kata "tak punya moral". Jika mengarah pada doa Mbah Moen jelas pembaca doanya adalah Mbah Moen itu sendiri lagi. Lantas siapa yang dimaksud Fadli dengan "tak punya moral"? Bahkan Solidaritas Ulama Muda Jokowi (SAMAWI) melalui juru bicaranya, Nizar Ahmad Saputra, menyarankan agar Fadli Zon meminta maaf kepada Mbah Moen atas tudingan ini.

Selain diarahkan kepada si pembaca doa, Mbah Moen, puisi ini juga diarahkan kepada 'sang bandar' dan 'kacung makelar'. Adakah doa memiliki bandar? Fadli menuduh doa ini disampaikan atas pesanan seseorang. Di hari cuitan puisinya beredar di akun Twitternya, Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin langsung meminta konfirmasi kepada siapa doa itu dimaksud, apakah kepada kyai Mbah Moen atau pihak lainnya.

Fadli Zon langsung menjawab komentar Lukman Hakim dengan jawaban bahwa yang ditujukan dalam puisi ini adalah 'sang bandar', 'kacung makelar' dan 'penguasa tengik'. Tiga elemen yang dituduh Fadli bermain dalam doa yang disampaikan oleh Mbah Moen.

Kata 'penguasa tengik' sudah jelas mengarah kepada pemimpin yang sedang memerintah. Bukan hal aneh kalau Fadli menyerang presiden Jokowi dalam cuitannya. Tapi, siapakah 'kacung makelar'? apakah Romahurmunzi yang berbisik kepada Mbah Moen? Dan siapa juga 'sang bandar' yang dimaksud?

Dalam puisinya Fadli berani menuduh ada pihak yang mendanai sebuah rekayasa doa. Padahal, peristiwa kisruh Andi Arief yang mengatakan Prabowo sebagai 'Jenderal Kardus' secara lantang dibantah oleh Fadli Zon walaupun terang-terangan Sandiaga Uno mengakui memberikan dana kampanye 1 trilyun untuk dua partai pendukung. Aksi pembalasan akan tudingan yang pernah diterima kubunyakah?

"Doa-doa yang ditukar, bukan doa yang otentik," satu kalimat yang menurut saya mengarah pada penistaan kalimat doa yang diucapkan seorang Kyai senior. Fadli menyangsikan keaslian doa yang disampaikan dengan runutan shalawat dan memuji nama Allah itu. Jika itu bukan doa yang otentik, sudah tentu yang disasar seorang Fadli adalah si pembaca doa. Fadli menuduh si pembaca doa hanya diarahkan sesuai scenario dan menyangsikan kekhusyukan dan keikhlasan Mbah Moen dalam memanjatkan doa.

Jika hanya kekhawatiran bahwa suara kyai NU banyak beralih ke Jokowi dengan acara Zikir Akbar ini, haruskan seorang Fadli Zon menyerang tanpa melihat sasarannya? Ia lupa siapa yang ia hadapi. Sepertinya jadi penyebutan nama "Prabowo" dalam doa yang terpetik oleh Mbah Moen sempat disyukuri kejadiannya oleh kubu Prabowo dan diamini faktanya. Mereka berharap Mbah Moen merapat ke Prabowo tapi sayangnya mbah Moen lebih mendekat kepada figur Jokowi.

Beginilah jika politisi memaksakan bergaya seniman, puisi yang harusnya indah malah jadi kecaman. Jika ia bisa menuduh doa orang lain sekotor itu, apakah setiap doanya sendiri justru punya muatan licik.

Jika Fadli Zon memang tau etika, sewajarnya ia menyampaikan permohonan maaf atas puisi yang dibuatnya. Setidaknya ia sudah mengakui itu tertuju untuk siapa. Ayo Zon, mintalah maaf ke Mbah Maimoen!

***