Kalau pernah baca buku Sukarno, di bawah bendera revolusi (saya punya 3 buah asli, yang mau silahkan inbox plus maharnya hehehe) maka mata kita akan tertuju pada salah satu judul yang kalau ditulis di jaman sekarang bisa didemo 7 hari 7 malam hingga berabad abad ke depan. Salah satu judul provokasinya adalah "Islam Sontoloyo".
Tulisan ini dibuat pada jaman pra kemerdekaan, di mana Sukarno muda dengan banyak literasi menceritakan bahwa ada di suatu tempat di mana pemuka agama lebih mementingkan fikih dibandingkan yang lainnya. Ah saya tak pandai bercerita soal ini, karena terlalu sensitif.
Yang jelas, fenomena di jaman itu hampir mirip dengan kondisi saat ini. Radikalisasi salah satu contohnya.Saat saya nobar bareng artis yang juga Pakar komunikasi Charles Bonar Sirait (CBS) waktu saya menyambangi kantornya di Jakarta Pusat , saya dan istri berdiskusi tentang jalannya acara dari sisi komunikasi politik. Saya mendapat banyak masukan bagaimana seseorang bisa memasukan ide dan gagasannya ke dalam suatu bentuk komunikasi efektif. Beruntung saat ini yang menjadi pendamping Jokowi adalah KH. Ma'ruf Amin, ketua umum MUI ,dan segudang prestasi dalam bidang ekonomi syariah.
Sesuatu yang didambakan Sukarno saat menuliskan tema ini adalah para pemuka agam tidak hanya memimikirkan agamanya saja. Tapi mampu memecahkan masalah dan probelematika bangsa dan keumatan. Tidak lagi berbicara ini halal ini haram ini mubah. Tapi lebih kepada bagaimana Islam atau agama lainnya berkontribusi membawa kemajuan bangsa.
Seseorang yang merasa beragama mampu melakukan kejahatan, sumpah palsu, korupsi, beezinah bahkan mau untuk menghilangkan nyawa orang lain . Itu jelas jelas dilarang agama, bahkan korupsi berjamaah pun bisa dan terjadi hingga sekarang. Uniknya Sukarno bilang, untuk orang islam hanya makan daging babi saja yang tidak dilakukan.
Anggapan dengan makan daging ini akan menjadi dan menyatu dengan darah, daging dirinya. Lalu uang dari korupsi dianggap apa. Membunuh atas agama bisa dikatakan apa?
KH. Ma'ruf Amin mendapat kesempatan memperbaiki citra Islam , Bahkan Prabowo pun menolak dengan tegas terorisme dikaitkan dengan islam. Itu hanya salah memahami agama saja.
Sang Kiai kemudian memaparkan dalam debatnya tentang terorisme penyebab dan solusinya. Ada dua hal penyebab utama terjadinya radikalisasi :
1. Masalah agama ;
2. Masalah ekonomi / kemiskinan
Kalau masalah terjadi karena agama, maka solusinya adalah mengajak mereka kembali ke jalan yang benar sesuai tuntunan agama.
Kalau yang terjadi karena masalah ekonomi, maka diperlukan langkah komprehensif mengenai pengentasan kemiskinan.
Inilah jawaban yang menyejukan dan progresif menurut saya. Ulama yang mampu menyatukan umat, bersatu dengan umaro bahkan menjadi bagian pemerintah itu sendiri. Membangun konsep bagaimana menjadikan bangsa ini aman dan tentram bebas dari radikalisme apalagi terorisme.
Bangsa ini merdeka bukan karena satu agama saja. Hubbul Wathoniah , Hubbul Islamiyah dan terakhir Hubbul Insaniah. Ketiganya harus berhubungan saling menguatkan. Ulama dan pemuka agama juga mampu meminimalkan efek jera kepada calon bahkan pelaku korupsi yang mulai mendarah daging. Ibarat kanker stadium 4 yang susah mati kalau tak dipotong. Seorang ulama tak perlu takut (urat takutnya putus) untuk menegakkan kebangsaan dibatas segalanya.
Kembali ke soal debat tadi. Isu isu nasional seperti hukum, ham, korupsi dan terorisme bukan hanya hak dan kewajiban pemimpin untuk mengurusnya, tapi juga kepada para ulama pemuka agama. Penampilan Ma'ruf Amin ini semoga konsisten membawa peran ulama lebih trengginas lagi untuk mengatasi masalah kebangsaan.
Kemiskinan adalah ibu dari segala kejahatan termasuk soal terorisme. Aksi meresahkan bangsa ini harus dipahami sebagai bentuk adanya disharmonisasi , ketidaksamaan frekuensi antara pemerintah,ulama dan penyebaran paham yang diterima masyarakat.
Terorisme bisa saja dilakukan orang asing untuk membuat kekacauan di negeri ini dengan mendompleng isu agama. Terorisme bisa jadi bukan dikendalikan oleh islam. Karena tak ada satupun Islam mengajarkan kerusakan apalagi menghilangkan nyawa orang lain.
Tapi bisa jadi terorisme disebabkan oleh keputus asaan dan ketidakadilan sehingga kesimpulanya adalah pemerintah dalam hal ini Jokowi sebagai refresentasi bekerjasama dengan pemuka agama untuk menyediakan pendidikan dan kesehatan untuk membantu rakyat miskin bila penyebabnya adalah masalah ekonomi. Deradikalisasi bila sumber masalah agamanya lebih dominan.
Selamat bekerja Pak Kiyai , semoga Islam sontoloyo yang dikatakan Sukarbo bisa hilang dari muka bumi ini. Aamiin.
Wassaalam.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews