Membayangkan Prabowo Kalah?

Hancur atau punahnya negara ini tergantung sikap kita dalam mensyukuri Rahmat-Nya, bukan karena Prabowo kalah, Prabowo manusia biasa seperti kita.

Selasa, 16 April 2019 | 10:06 WIB
0
197
Membayangkan Prabowo Kalah?
Foto : Detik.com

Ya saya sempat 'Parno' saat membayangkan Prabowo kalah lagi, apa lagi kalau terngiang-ngiang Pidato Prabowo yang mengatakan kalau Prabowo kalah, Indonesia akan punah, betapa besarnya pengaruh kekalahan Prabowo bagi situasi dan kondisi Indonesia.

Apa lagi kalau melihat militansi pendukung Prabowo-Sandi, baik didunia Maya maupun didunia nyata. Wajar sih ya mereka sudah puasa selama 5 tahun, berharap Prabowo jadi Presiden, masak sih harus puasa 5 tahun lagi, jelas itu sangat menyesakkan.

Kalau sekarang membayangi kekalahan Prabowo saya sudah tidak takut lagi, karena kalau melihat proses menjelang pelaksanaan Pemilu 2019, banyak peristiwa hasil rekayasa yang gagal, akhirnya saya semakin yakin bahwa kalau Prabowo Gagal lagi, itu semua perbuatan mereka sendiri.

Rencana baik manusia saja kadang masih sering ditunda Tuhan, apalagi rencana yang tidak baik. Mestinya memang untuk mencapai sesuatu yang baik itu harus dilakukan cara-cara yang baik, dan tetap memohon Ridho-Nya. Lah kalau caranya saja sudah salah masak sih mau Minta diridhoi juga.

Sebuah negara yang di Rahmati Allah itu In Shaa Allah jauh dari kemurkaannya, kecuali kalau rakyatnya tidak bersyukur.

Hancur atau punahnya negara ini tergantung sikap kita dalam mensyukuri Rahmat-Nya, bukan karena Prabowo kalah, Prabowo manusia biasa seperti kita, tidak bisa menentukan negara ini akan punah atau tidak hanya sebab kekalahannya.

Kalau orang yang beriman kepada Allah tidak ada yang ditakutkannya selain dari pada Allah. Meyakini segala sesuatu bisa terjadi hanya karena kehendak Allah, bukan karena kehendak manusia. Sehebat apapun rencana manusia, kalau Tuhan tidak meridhoi, tidak akan bisa terlaksana.

Keyakinan seperti inilah yang membuat saya tidak lagi dibayangi ketakutan kalau Prabowo kalah. Masak sih kita mengubah pilihan karena rasa takut, karena sebuah pilihan itu adalah sesuatu yang sesuai dengan keinginan hati, tidak bisa digoyahkan hanya karena rasa takut.

Memantabkan pilihan itu bukanlah proses Satu menit atau dua menit. Ada proses panjang yang sudah dilalui, banyak jejak yang sudah dilihat dan diketahui, sehingga semua pengalaman penglihatan, pendengaran, sangat mempengaruhi pilihan.

Begitulah sejatinya tahapan kita menentukan pilahan terhadap seorang Calon Presiden, bukan atas dasar dipengaruhi oleh hal-hal yang sepele. Semua peristiwa bisa dijadikan drama untuk menarik simpati, tapi yang seperti itu hanya bersifat sekejab, menentukan pilahan dengan pengetahuan, itu tidak akan bisa dipengaruhi.

***