5 Cerita Unik Tentang Megawati yang Belum Diketahui Publik

Kamis, 24 Januari 2019 | 08:44 WIB
2
1132
5 Cerita Unik Tentang Megawati yang Belum Diketahui Publik
Megawati Soekarnoputri (Foto: Kompasiana.com)

Pada tanggal 23 Januari 2019, Dyah Permata Megawati Setyawati Soekarnoputri atau biasa dikenal sebagai Megawati merayakan hari ulang tahun ke-72. Dia adalah salah satu perempuan terkuat dalam dunia perpolitikan di Indonesia. Mengapa saya bisa bilang terkuat ? Karena sejarah berbicara, presiden wanita di Indonesia pertama adalah Megawati. Baiklah, ini 5 cerita unik yang wajib untuk ditelusuri :

 

  1. Megawati lahir dalam kondisi memprihatinkan di Kampung Ledok Ratmakan, pinggir kali Code, Yogyakarta

Pada tanggal 23 Januari 1947, Lahir ditemani cahaya lilin, diiringi hujan lebat dan suara halilintar bersahutan. Waktu itu mereka sekeluarga terpaksa diboyong oleh Bung Karno  ke tempat ini. Disebabkan adanya perencanaan Agresi Militer oleh pihak Belanda.

 

  1. Pernah bersekolah di sebuah gazebo.

Nama kerennya adalah TK Istana, padahal hanya sebuah gazebo yang terletak di Istana Merdeka. Yang pastinya tidak ada dinding atau pintu. Adanya pintu khayalan yang dibuat sang guru. Dia yang menandakan masuk dari arah tertentu, keluar dari arah yang berbeda. Murid-murid TK Istana mematuhinya dan setia menggunakan pintu kasat mata tersebut.

 

  1. Nama lain Megawati

Panggilan kesayangan dari Ibu Megawati adalah Adis. Yang berarti singkatan dari “Gadis”.  Ayahnya memanggil Ega dan teman-teman dekatnya mengenal dia sebagai Ega.

 

  1. Pernah menjadi bagian dari Pengibar Bendera Pusaka pada tahun 1964

Pada masa ini persyaratan untuk menjadi pasukan pengibar bendera Pusaka tidak serumit masa sekarang. Sepertinya siswa-siswi yang terpilih, berdomisili di Jakarta. Megawati menjadi bagian Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka) bersama dengan 3 orang sahabatnya pada saat duduk di kelas II SMA.

 

  1. Dia selalu menolak permintaan untuk menuliskan riwayat hidupnya

Megawati tak mau tulis riwayat hidupnya karena banyak dukanya. Tapi "Kristin ini bolak balik minta, 'Ayo dong Bu, Ibu satu-satunya presiden perempuan. Kapan Ibu menulis riwayat hidup? Kami bantu'" ujar Mega menirukan pernyataan Kristin yang adalah mantan wartawan yang salah satu profesinya sekarang adalah menulis buku. "Tapi kamu enggak tahu banyak dukanya daripada sukanya. Nanti tulis pas lagi senang (saja)," tukas Mega.

Kristin dan Hasto Kristiyanto, sekjen PDI-P akhirnya bekerja sama untuk membuat buku yang diluncurkan pada hari ulang tahun Megawati. Dituliskan tanpa campur tangan Presiden RI ke-5. Isinya bercerita kesaksian para mantan menteri Kabinet Gotong Royong yang pernah dipimpinnya. “The Brave Lady”, tertulis di sampul buku ini. 

Ternyata judul buku ini adalah julukan yang diberikan oleh Mantan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Purnomo Yusgiantoro. Purnomo pun tidak menyangka julukan yang dia sematkan bisa menjadi judul buku untuk Megawati. Dia pun bercerita asal muasal julukan. Berawal Mega akan berangkat untuk mengikuti konferensi energi di Amerika dan menemui George Bush, Presiden Amerika pada masa itu. Tiba-tiba terjadi serangan bom bunuh diri fenomenal di menara Kembar WTC. Kondisi menjadi tidak aman dan sangat beresiko tinggi.

 “Saya ulangi, “Ibu ini di Amerika keadaan tidak pas’, Tetapi, Ibu mengambil keputusan ‘Saya pergi”. Dia the first brave lady yang saya catat,” kata Purnomo.

Hasil yang didapatkan pada pertemuan itu, Indonesia mendapatkan komitmen investasi hingga Rp 200 triliun. Investasi ini akhirnya menjadi penyelamat Indonesia yang sedang mengalami kondisi krisis.

Kalau saya jadi Megawati, saya tidak berani pergi ke Amerika. Ngeri, jangan-jangan saya bisa jadi korban orang-orang menyangka Indonesia adalah bagian teroris. Apa perlu diingatkan Indonesia adalah negara dengan penduduk muslim terbanyak di dunia ? Belum komentar miring dari orang-orang Indonesia yang anti Amerika. Aha, untunglah saat itu warganet belum berkuasa.

Selamat Ulang Tahun yang ke-72 Bu Mega

Sumber artikel : Cerita Kecil dari Cikini karangan Kristin Samah, Maria Karsia, Niniel Wda,I, Zubaedi Raqib, 1 & 2.

***