Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) sudah genap berusia 46 tahun. Bila dibandingkan dengan usia manusia, PDIP saat ini masih sangat tergolong produktif.
Seseorang dianggap produktif apabila usianya antara 15 sampai 64 tahun. Produktif berarti mampu menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain.
Secara usia, produktif. Namun benarkah PDIP sungguh-sungguh produktif? Apa tolok ukurnya?
Sebagai penganut konsep “trias politica”, Indonesia memiliki 3 (tiga) kelompok lembaga pemerintahan negara yakni eksekutif, legislatif dan yudikatif. Dua di antara kelompok tersebut, antara lain eksekutif dan legislatif merupakan hak partai politik.
PDIP sebagai salah satu partai pemilik hak telah banyak memperlihatkan bukti-bukti produktivitasnya.
Di bidang eksekutif, PDIP sudah dua kali menghasilkan presiden, dan di bidang legislatif secara konsisten menyandang peringkat tiga besar peraih kursi parlemen.
Sepanjang tiga periode pemilihan anggota legislatif (2004, 2009 dan 20014), PDIP kukuh mendulang jumlah kursi parlemen yang menakjubkan. Pada 2004 sejumlah 109 kursi, pada 2009 sejumlah 95 kursi dan pada 2014 kembali merebut 109 kursi.
Melengkapi prestasi tersebut, PDIP juga sudah banyak menghasilkan menteri, kepala daerah dan anggota wakil rakyat tingkat daerah.
Keberhasilan PDIP dalam tiga kali Pilkada terakhir (2015, 2017 dan 2018) juga sangat menggembirakan. Persentase kemenangan di seluruh daerah pemilihan cukup signifikan, yaitu rata-rata berada pada angka 54,82% (Pilkada 2015 sebesar 54,48%; Pilkada 2017 sebesar 50%; dan Pilkada 2018 sebesar 60%).
Pemilu 2019 sebentar lagi digelar. Pesta demokrasi yang dinilai terumit sepanjang sejarah Indonesia tersebut akan dihelat pada 17 April 2019. Hal ini menjadi tantangan khusus bagi PDIP. Produktivitasnya kembali diuji.
Selain untuk meraih jabatan presiden yang ketiga kalinya, PDIP juga akan berjuang mempertahankan predikat peringkat satu di parlemen, atau setidaknya tetap masuk tiga besar. Belum lagi perjuangan untuk kursi dewan di sejumlah daerah.
Mayoritas lembaga survei memprediksi bahwa pada pemilihan calon anggota legislatif di Pemilu 2019, PDIP berpeluang besar sebagai pemenang. Salah satu lembaga tersebut yakni Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA.
"PDI-P berpotensi menjadi partai pertama yang memenangkan pemilu dua kali berturut-turut. Sejak reformasi, dari empat kali pemilu, tidak ada satu pun parpol yang memenangi pemilu dua kali secara berturut-turut," ujar Adjie Alfaraby, Peneliti LSI Denny JA (Rabu, 12/9/2018).
Sembari menanti harapan untuk meraup kemenangan pada Pemilu 2019, PDIP juga punya amanah khusus dari sang ketua umum, Megawati Soekarnoputri. PDIP tidak boleh berhenti pada kepentingan lima tahun ke depan saja.
Dalam pidatonya di acara HUT ke-46 PDIP hari ini (Kamis, 10/1/2019), Megawati menyiratkan bahwa partainya berupaya tidak hanya merebut jabatan presiden di Pemilu 2019, tetapi termasuk juga mempersiapkan strategi memenangkan pemilihan presiden di Pemilu 2024.
"Pemilu 2019 itu hanya sebuah momen. Satu langkah yang sebenarnya, yang akan terjadi nantinya sesungguhnya adalah pada 2024," kata Megawati di JIExpo Kemayoran.
Megawati berharap, pada 2024, para kader partainya juga siap menyongsong alih generasi. Ada pun hasil Pemilu 2019, baik pemilihan presiden maupun anggota legislatif, akan menjadi patokan partai menuju Pemilu 2024.
"Kenapa? Karena sebenarnya dari keadaan bangsa itu akan benar-benar terjadi alih generasi (tahun 2024). Jadi, kalian bersiaplah jangan tengok kiri, tengok kanan, lurus ke depan. Rakyatlah yang jadi penentu," ujar Megawati melanjutkan pidatonya.
Beberapa bulan yang lalu, Megawati sempat menyampaikan keinginannya untuk berhenti dari jabatan ketua umum partai.
Berdasarkan pengakuan beliau, faktor usia yang bisa saja menghambat produktivitas kerja menjadi alasan untuk segera mengakhiri tugas sebagai nakhoda partai.
Bukan memuja, berbagai prestasi besar yang pernah diraih PDIP harus diakui tidak terlepas dari peranan dan ketokohan seorang Megawati. Kegigihan dan kepiawaian beliau dalam memimpin membuat PDIP layak disebut penakluk tangguh.
Mengesampingkan rencana jangka pendek kepentingan Pemilu 2019, ke manakah arah PDIP selanjutnya? Bagaimana target berikutnya?
Arah dan target tentu berpedoman pada visi dan misi partai. Deretan capaian membanggakan selama ini juga akan menjadi acuan dalam menghadapi setiap pertempuran ke depan. Namun apakah ini sudah cukup?
Megawati sosok penentu arah partai dan PDIP harus siap ‘kehilangan’ Megawati.
Untuk dapat terus membesarkan partai, memperjuangkan visi dan misi serta mempertahankan konsep Trisakti, PDIP wajib menghadirkan sosok calon pemimpin yang Sukarnois selevel Megawati. PDIP tidak boleh “manja” agar terus “diasuh” Megawati.
Dalam mencari sosok calon pengganti Megawati, penentuan kriteria tidak boleh dangkal. Pertimbangan faktor trah dan gender sebaiknya dikesampingkan. Misalnya saja harus dari keturunan Bung Karno atau pun wajib berjenis kelamin perempuan.
Semangat Bung Karno yang mengalir dalam urat nadi Megawati mungkin saja berpindah dan ditemukan di antara sekian banyak kader PDIP aktif.
Satu hal yang pasti, gerbong PDIP akan terarah pada tujuan sejatinya apabila dikemudikan oleh sosok pemersatu yang siap mengurai rintangan dan berani menghadapi tantangan.
Bersama “simbol perlawanan” baru, PDIP tidak akan mudah diadu domba untuk dipecah belah. Peristiwa menyesakkan di era orde baru tidak boleh terulang kembali, harus menjadi yang pertama dan terakhir.
PDIP, teruslah berumur dan produktif!
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews