Korupsi dalam Ukuran Otak Sapi

Apakah mereka kekenyangan atau sudah jadi sapi buta yang tidur tanpa suara. Tapi kita gak bisa apa-apa, karena sapi memang tak bisa di pakai otaknya.

Senin, 16 Desember 2019 | 06:16 WIB
0
305
Korupsi dalam Ukuran Otak Sapi
Ilustrasi Jakarta (Foto: imural.id)

Saat melihatnya dalam pidato kampanye di depan yang mulia HRS, bahwa air banjir harus diselesaikan dengan menyalurkannya ke dalam tanah karena sunatullah. Saat itu saya langsung mual, mati kita, ibu kota bakal dikelola oleh orang gila dibajuin agama, padahal aslinya antara mulut dan otaknya gak pernah nyambung, jadi saat dia ngomong otaknya lagi kosong, maka yang keluar bodong.

Benar saja, 1.000% tebakan kita menjadi fakta, orang ini seupilnya Ahok pun gak ada, Jakarta mulai merasakan malapetaka luar biasa. Gebrakan gilanya jalan semua; Tanah Abang centang perenang, menyambut kontingen Asian Games dengan tiang bendera bambu belah, Kali Sentiong ditutup waring, Patung Bambu Senggama, Batu Jeronjong, jalur speda nabrak tiang listrik, trotoar bongkar pasang, ngasi dana Kunker DPRD naik 1.350%, kerjasamanya paten.

Tahun 2020 dia dipaksa rapuh, anak muda dengan  PSI nya membuatnya sakit kepala, anggaran di bongkar semua, banyak angka aneh nan nyeleneh, kita tak usah menyebut nilainya, Harley mah ga ada apa-apanya, kalau ukuran akhlak ini mah 11,12 sama Garuda.

Dan anggaran 2019 pakai defisit pula. Herannya dia selalu dapat WTP dalam audit kerja BPK, tapi kawan saya bilang, gak ada sambungannya antara audit dan kelakuan, karena yang diaudit angka, selama ada anggaran dan kwitansinya, maka transaksi sah semua. Apa BPK melihat angka wajar atau ambyar, mereka pasti tak pintar.

Statementnya gak ada korupsi, tapi ada angka beli Computer 66M di angaran 2019 adalah symtomnya, kecuali tdk terlaksana. Bagaimana biaya batu jeronjong 150jt, patung Bambu 550jt. Semua dicover oleh nilai seni yang samar dan nyamar.

Kenapa dia dapat predikat bebas korupsi, ya karena dasar pemeriksaan adalah kerugian negara, bukan kelayakan harga, dan kerja sia-sia. Kalau dasar itu sebagai kriteria sudah lama dia masuk penjara, tapi sekarang dia masih bisa tertawa, atau nanti dia ketemu UU baru yang menjeratnya dalam hukuman mati.

Ada KPK yang kita caci maki karena menutup mata atas hal janggal tentang  DKI, dan hebatnya kolaborasi DPRD dengan dia nyaris sempurna. Sekarang saja, dari 108 anggota DPRD, hanya 9 yang bersuara lantang menanyakan anggaran, yang lain tidur siang.

Apakah mereka kekenyangan atau sudah jadi sapi buta yang tidur tanpa suara. Tapi kita gak bisa apa-apa, karena sapi memang tak bisa di pakai otaknya.

Kita tunggu tanggal mainnya dia bakal berlabuh kemana. 

***