Muslim Sejati Mampu Jaga Sikap di Depan Ulama

Sabtu, 16 Maret 2019 | 06:21 WIB
0
173
Muslim Sejati Mampu Jaga Sikap di Depan Ulama
Prabowo di acara Reuni 212

Prabowo kembali emosional. Di hadapan ulama-ulama Madura di Sumenep saat Prabowo berpidato beberapa hari lalu ia menegur keras seorang relawan (sumber: detik.com dan youtube.com).

Saat itu ia sedang di tengah pidatonya dan matanya menangkap seseorang yang sedang asyik berbicara dengan pengunjung lain. Prabowo pun menghentikan sejenak pidatonya sejenak dan menegur orang itu. Penonton pun mendukung dengan diikuti teriakan takbir.

Saya teringat beberapa bulan lalu Usamah Hisyam mantan Penasehat Persaudaraan Alumni 212 menyampaikan salah satu alasannya mundur dari Persaudaraan Alumni 212 karena sikap Prabowo.

Usamah mengatakan bahwa pada pertemuan pertama ijtima ulama untuk menentukan siapa calon presiden dan wakil presiden yang dipilih, Prabowo sempat emosional dengan meninju meja di hadapan ulama yang hadir. Menurut Usamah, itu dilakukan Prabowo karena ia kesal saat keislamannya, shalatnya, ibadahnya diragukan. 

Prabowo berusaha meyakinkan ulama bahwa dia kandidat pemimpin yang layak didukung. Menurut Usamah, karena Prabowo yang sempat marah-marah sampai larut malam tersebut lalu majelis ijtima ulama pun tidak lagi sempat membahas calon lain yang akan diijtima. Pembahasan pun terhenti dan pilihan hanya menyetujui untuk mendukung Prabowo sebagai calon presiden. (sumber: youtube.com, detik.com, metrotvnews.com)

Ijtima ulama adalah ruang khusus yang dimiliki oleh pemuka umat Islam. Dengan mengatasnamakan seluruh ulama dan umat islam di Indonesia maka ijtima ini harusnya tidak berlangsung seenaknya apalagi sampai mendapat tekanan sedemikian rupa dari satu pihak saja. Karena yang menekan itu adalah calon yang hendak dipilih, tentu saja ijtima menjadi tidak lagi objektif.

Seorang Prabowo yang mengakui bahwa dirinya bukanlah muslim yang taat, bahkan hal itu diakui pula oleh Presiden PKS seharusnya tidak melakukan upaya paksa dalam meyakinkan ulama. Selain faktor didukung siapa, kelayakan seorang pemimpin pilihan ulama juga semestinya diimbangi bagaimana keimanan dan ketakwaan beribadah calon yang didukung. Yang Prabowo lakukan sudah menabrak pakem-pakem yang ada di antara ulama yang hadir.

Dari sisi kesantunan, apa yang pernah dilakukan Prabowo di hadapan ulama sangat tidak mencerminkan akidah yang baik dari seorang muslim. Semestinya muslim yang baik bersikap santun di hadapan yang lebih tua ataupun yang lebih tinggi ilmu agamanya.

Gaya bahasa "you" saat Prabowo menunjuk-nunjuk seorang relawan yang ia tegur di hadapan ulama Madura juga jadi bukti lemahnya akidah Prabowo dalam Islam. Semestinya di usia 67 tahun ini Prabowo memahami adab dalam bersilaturahmi, adab berbicara dan adab bermajelis yang diatur dalam Islam.

Prabowo memang lebih banyak bergerak di lapangan saat melalui karir militernya. Saya memaklumi gaya bahasa dan diksi-diksi yang dipakainya dengan gaya prajurit. Tapi, seorang calon pemimpin harusnya bisa menempatkan dirinya dengan baik di manapun, apapun latar belakangnya.

Saya melihat Prabowo pernah menegur ibu-ibu relawan pendukungnya di Ponorogo saat ia sedang berorasi dan membagikan buku kepada mereka awal November 2018. Sikap ibu-ibu pendukung yang kurang tertib dan berisik membuat Prabowo emosional dan menegur keras mereka. Padahal sikap yang seperti itu bisa juga dihadapi dengan lebih tenang dan dengan keriangan-keriangan seperti sapaan canda, tebak-tebakan humor dan lainnya.

Pemimpin pilihan ijtima ulama harusnya memahami bagaimana semestinya seorang muslim sejati. Ketika ketaatan mendalam otomatis seseorang akan mendapatkan ketenangan lebih. Hakikatnya shalat lima waktu itu adalah mencegah perbuatan keji dan munkar. Semakin rajin dan khusyuk seorang muslim melaksanakan shalat maka jiwanya akan lebih tenang dan ikhlas.

Saya menafikkan soal kemampuan mengaji dan shalat seorang Prabowo ketika ia bisa membawa dirinya dengan baik di hadapan umat muslim. Ada pemakluman yang bisa saya berikan jika demikian. Seseorang yang diklaim akan berjuang membawa marwah umat islam tentunya akan membawa kemuliaan islam dalam sikap kesehariannya. 

Terkadang akidah seseorang bukan hanya dinilai pada ibadahnya, hubungannya dengan Tuhannya tapi bisa kita lihat dari sikapnya dalam menjaga hubungan baik dengan sesama manusia. Dalam islam ada Habluminallah dan Habluminannas (hubungan dengan Allah dan hubungan dengan manusia). Dalam hal ini, sudahkah Prabowo menjadi muslim sejati ataukah muslim karena kontestasi? 

***