Setelah menghadiri Deklarasi Penulis Damai Minggu lalu, jujur aku semakin menjaga tulisanku. Dan hari ini aku dikagetkan dengan status seorang teman yang selama ini sempat aku pikir dia sangat pro Kepada Paslon No. 02 karena apa? Semua yang dia ceritakan hanya dari satu sisi saja.
Namun hari ini aku kaget ketika beliau menyatakan diri bahwa dia Golput, lalu aku merasa bersalah telah menilainya sebagai fans kubu 02 padahal bisa saja dia adalah calon pemilih presiden pilihanku, namun karena sedang muak dengan kebaikan Jokowi akhirnya memilih yang lain. Nah karena itu aku rasa sudah betul aku bisa menghadiri deklarasi pemilu damai.
Siapa Sih Swing voters ?
Ternyata Swing Voters (SV) di Indonesia lumayan gede dan ini sudah terdata sejak pemilu tahun 1999 dan dalam 20 tahun kini SV mengalami peningkatan menajdi 30%. Lantas apa sih Swing Voters ? Baru-baru ini sempat ada berita yang menyatakan bahwa ada Perkumpulan Swing Voters (PSV) yang didirikan pada akhir tahun lalu, tentu saja tujuannya bukan mengajak orang tidak memilih tapi lebih mengarahkan swing voters ini supaya bisa tertarik kepada proses demokrasi di Indonesia.
Dari beberapa teman yang memilih golput biasanya karena memang mereka orang yang enggak peduli, merasa hidupnya enggak berubah meski ikutan memilih, mereka menilai tidak ada yang pantas dipilih karena dalam politik itu semuanya hanya taktik belaka.
So dari hasil survey yang dilakukan, dimana dari 30% jumlah swing voters terdapat komposisi yang menarik yaitu 19,4 persen belum menentukan pilihan, 9,7 persen menjawab rahasia, dan 1,4 persen menjawab golput. Artinya Golput adalah salah satu kategori Swing Voters yang kalao diarahkan kemungkinan akan bisa menggunakan hak politiknya.
Narasi Pemilu Damai
Seringnya cinta membuat buta begitu kata pepatah, saya pribadi dengan adanya deklarasi para penulis ini semakin membuat diri berhati-hati dalam menyampaikan sesuatu, bahwa enggak boleh menghina salah satu calon atau menunjukkan keberpihakan yang membabi buta dengan tidak melakukan cek and ricek terhadap data-data yang diterima. Seperti Debat kedua kemarin seperti biasa debatnya beres maka giliran followers yang perang di sosial media.
Yang aku lakukan adalah menuliskan isi hatiku dan menjaga kata-kata dengan harapan suara SV 19.4% bisa aku tarik dan bukan membuat mereka malah menambah persentase golput. Dalam tulisan itu aku mengapresisasi sikap Pak Prabowo yang aku nilai cukup santun dan tidak berapi-api seperti baisanya.
Dan ketika meme-meme unicorn muncul aku cuman bilang "bahwa sewajarnya beliau mempertanyakan kembali maksud pertanyaan pak Jokowi karena memang Unicorn belum dimasukkan menjadi kata serapan" sehingga aku yakin banyak penduduk Indonesia yang mulai menggoogling Unicorn adalah setelah sesi Debat.
Mudah sebenarnya namun ladang kita lebih mengedepankan ego dan merasa bahwa sosial media itu milik gue jadi gue bebas mau ngapain. Padahal ketika sosial media sudah di setting publik maka kita enggak bisa menahan orang-orang yang tak setuju dengan kita dan biasanya konten negatif akan lebih banyak komentar dan sharing ya kan? Pemikiran ini harus kita balik bagaimana menghadirkan konten positif dengan banyak komentar, bisa?
5 Tips Menghadirkan Konten Positif
Menyuarakan pilihan saat ini bukan lagi hal aneh, akupun sejak 4 tahun lalu sellau menjukkan bahwa aku sangat support dengan pak Jokowi, pengen sih sesekali memunculkan konten yang menyerang tapi entah mengapa selalu saja aku tak bisa.
Nah aku akan berbagi tips buat teman-teman supaya bisa menghadirkan konten positif di semua channel media sosial kalian sehingga SV paling tidak bisa memberikan keputusan suaranya pada 17 April nanti.
So itu dia 5 tips yang aku terapkan selama ini dan mungkin tidak semuanya bisa satu pemahaman tapi paling tidak aku tidak memperkeruh suasana.
Damai itu indah dan dengan menjadikan pemilu damai maka dipastikan kita semua bisa menikmati pesta demokrasi 17 April nanti, pastikan sudah terdaftar di DPT ya ges!
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews