Jiwa Milenial dan Darah Seni Jokowi yang Jadi Ritme Tim Sukses

Jumat, 25 Januari 2019 | 21:28 WIB
0
322
Jiwa Milenial dan Darah Seni Jokowi yang Jadi Ritme Tim Sukses
Joko Widodo (Foto: Industry.co.id)

Kampanye adalah tahapan krusial dalam pesta demokrasi negeri ini. Sejak pemilu pertama yang diadakan di negeri ini di tahun 1955 berbagai pendekatan dilakukan oleh partai dalam menarik konstituen pemilih. Kampanye pun makin marak saat Orde Baru Berakhir karena jumlah partai peserta menjadi lebih banyak.

Dan masa keemasan pesta demokrasi kita dimulai saat pemilu presiden langsung oleh rakyat dilakukan mulai tahun 2004. Di tahun ini pula, calon anggota legislatif memasang fotonya sendiri dalam lembar surat suara.

Setiap partai punya gayanya sendiri dan koalisi menjadi pelangi yang menghiasi pesta demokrasi. Tiga kali pemilihan presiden langsung oleh rakyat sudah terlewati. Di tahun 2019 ini calon presiden dan wakil presiden terbagi dalam dua pasangan Joko Widodo-Ma’ruf Amin.

Bagi saya pribadi, nuansa kampanye pilpres saat ini berbeda dengan sebelum-sebelumnya. Belum pernah pesta demokrasi seinovatif dan seatraktif ini. Bagi saya, zaman ini milik generasi milenial. Kampanye tidak akan efektif jika tidak sejalan dengan gaya komunikasi milenial.

Seorang pengusaha muda yang sukses di level mancanegara Erick Tohir merapat ke tim sukses Jokowi. Ia menerima didapuk sebagai ketua Tim Kampanye Nasional (TKN) karena kepercayaannya pada figur Jokowi yang optimis dan bisa membawa Indonesia ke arah yang lebih baik. Di bawah koordinasi Erick, milenial kreatif berkontribusi dalam TKN.

Di mata Eric Thohir banyak generasi milenial yang menyukai Jokowi karena beliau memang dekat dengan generasi milenial. Terlihat juga dalam pemerintahannya, Jokowi membentuk Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf). "Di masa Jokowi lah Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) dibentuk dan didukung penuh.

Dengan adanya Bekraf industri kreatif di Tanah Air dapat berkembang. Pelaku dari industri ini adalah para generasi milenial," ucap Erick.

Kaum milenial tak lepas dari jiwa seni yang mampu mengubah segala bentuk yang berwujud mati menjadi lebih hidup. Jokowi yang tumbuh besar di kota Solo sudah menuangkan jiwa seninya ketika mulai mengikuti jejak sang Ayah, Noto Mihardjo, menjadi tukang kayu.

Jokowi mudah belajar mengolah sebatang kayu menjadi benda bernilai seni tinggi. Jokowi menambah ilmunya dengan mempelajari struktur kayu, pemanfaatan dan teknologinya saat kuliah di Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta.

Setelah puluhan tahun bekerja mengolah kayu, Jokowi pun sangat paham dengan bentuk-bentuk dan jenis kayu. Jokowi tahu betul bagaimana mengolah kayu dari bentuk kasar menjadi halus. Saat memimpin kota Solo pun Jokowi mampu mengubah kota yang tadinya tak teratur, kotor di banyak sisi, menjadi kota yang cantik dan istimewa…

Di sisi lain, Jokowi adalah pribadi yang menyukai musik terutama musik rock. Musik rock ini mempunyai tempo yang bersemangat sehingga lebih digandrungi oleh mereka yang berjiwa muda. Beragam musik rock berkembang dari zaman ke zaman dengan teknologi musik yang variatif.

Di zaman milenial ini, musik rock sudah dipadankan dengan jenis musik lain dan segmen pendengarnya lebih meluas. Jokowi mengakui, sejak di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP) dirinya sudah suka mendengarkan lagu-lagu dari Metallica, Fear Factory, Led Zeppelin dan sejenisnya. Meskipun bukan seorang musisi tetapi Jokowi merasa jiwanya adalah rocker sejati.

Jokowi mengaku saat di Sekolah Menengah Atas (SMA) ia mengaku berambut gondrong sebahu agar sesuai gaya rocker. Kala itu, guru dan kepala sekolahnya enggan menegur karena takut Jokowi tersinggung perasaannya karena ia selalu juara umum di setiap semester.

Saat kuliah, diakui Jokowi dirinya masih berambut gondrong. “Spirit rock dan metal adalah kebebasan. Saya mendapatkan energy itu dari mendengar musiknya dan membiarkan rambut tumbuh panjang.

Saat ini pun saya membebaskan rambut anak-anak kami untuk gondrong, meski mereka harus merapikannya. Apa kata orang kalau anak-anak walikota berambut acak-acakan? Hahaha… “ ucapnya saat masih menjabat sebagai Walikota Solo sambil tertawa.

Jokowi mengakui salah satu alasannya menyukai music rock adalah karena lirik-liriknya yang selalu bertema pesan positif dan memberi semangat. Menurutnya, musik rock biasanya berisi pesan-pesan antikorupsi, perdamaian, lingkungan hidup dan anti narkoba.

Setelah menjabat sebagai presiden Jokowi masih suka menghadiri konser musik rock. Kehadiran Jokowi pun menjadi daya tarik lebih di tengah kaum pecinta musik rock yang hadir. Seorang kepala negara, pecinta music rock yang duduk di tengah kaum muda. Coba katakan apa yang membuat kaum muda tak suka gaya bersemangat putra Solo yang satu ini?

Melihat jiwa muda pak Jokowi, saya jadi teringat sebuah pepatah:

Ada satu hal yang harus dimiliki: apakah jiwa yang ceria karena alam, atau jiwa yang ceria karena seni atau pengetahuan (Friedrich Nietzsche)

Sangat jarang ada pemimpin negara yang memiliki hobi dan gaya berpakaian yang santai ala kaum muda, bahkan di saat ia dalam kunjungan kerja bertemu rakyatnya. Jokowi memiliki gaya ini. Ia menyukai berkendara motor besar atau motor sport, memakai jaket, kaus, celana hingga sepatu yang kasual.

Bahkan, semua merek pakaian kasual yang digunakan Jokowi ikut laku keras di pasaran. Tak jarang, pakaian kakek yang sudah bercucu 2 orang ini disponsori oleh distributor pakaian kaum muda lokal. Jokowi mengakui dirinya menyukai energy dan semangat kaum muda yang pantang menyerah.

Jokowi juga sosok yang sadar teknologi. Di akhir tahun 1990-an Jokowi yang adalah seorang eksportir meubel telah memanfaatkan kecanggihan internet untuk membesarkan usaha meubelnya. Ia biasa melakukan chatting dengan konsumen meubel dan rekan bisnisnya di luar negeri melalui media sosial yang sudah ada sejak itu.

Kini, di era serba digital, Jokowi sangat mahir memainkan media sosialnya untuk menyapa masyarakat dan memberitahukan setiap capaian pemerintah hari ini. Yang paling dikenal masyarakat itu vlog-vlog (rekaman video yang diunggah ke media sosial) yang dibuat Jokowi. Di semua acara yang Jokowi ikuti ia tak pernah melewatkan kesempatan membuat vlog bahkan dengan pemimpin negara lainnya di perhelatan kenegaraan.

Erick Thohir mengakui bahwa pola kampanye TKN memang mengikuti ritme gaya sehari-hari pak Jokowi sendiri. Selain itu menurutnya, ini adalah era milenial di mana segala hal bersifat terbuka dan transparan memanfaatkan teknologi digital.

Menurutnya, sejak revolusi industry 4.0 yang menjangkiti banyak negara, platform kampanye dengan memanfaatkan media digital menjadi pilihan. Media digital bisa menjadi senjata politik yang ampuh. Penggunaan media digital dalam kampanye politik ini telah dilakukan sejak Barack Obama mencalonkan diri menjadi calon kandidat presiden Amerika Serikat di tahun 2008 lalu.

Saat itu, Obama menggunakan platform Facebook yang baru saja mengudara di jagad maya. Bahkan, karena tingginya lalu lintas pemakaian Facebook dalam masa kampanye Obama, popularitas Facebookpun meningkat tajam.

Tetapi, industri digital politik di Indonesia seringkali bercitra negative karena banyaknya hoaks dan tingkah negative buzzer politik sehingga polarisasi di masyarakat semakin tinggi.

Menurut Erick, Demi merespon itu, TKN sampai meluncurkan aplikasi khusus untuk mendekatkan TKN Jokowi-Ma’ruf Amin dengan masyarakat. Aplikasi yang dinamakan Jokowi apps ini diharapkan dapat menepis hoaks yang selama ini beredar di masyarakat. Aplikasi ini juga ditargetkan bisa menyentuh kelompok swing voters yang menurut riset sudah berjumlah 40% dari total konstituen yang ada.

Tak Cuma itu, TKN juga membuat medium website www.01jokowiamin.id untuk lebih dekat dengan masyarakat.

Beberapa pendekatan gaya milenial memang intensif dilakukan TKN Jokowi-Ma’ruf. Bahkan, logistik kostum kampanye TKN mempunyai gaya yang unik dan sangat anak muda. Contohnya, jaket hitam bertuliskan “01” di bagian punggungnya yang mirip dengan jaket pemain basket atau jaket angkatan yang biasa dibuat kolektif oleh siswa SMU atau mahasiswa.

Dengan pendekatan TKN yang seasik ini, wajar banyak kalangan milenial kreatif yang merapat pada kubu Jokowi. Di kalangan artis, setidaknya Tompi, Addie MS, Glenn Fredly, sampai penyanyi religi Haddad Alwi memberikan dukungan ke Jokowi-Ma’ruf Amin. Belum lama ini, Raffi Ahmad juga sudah memberikan dukungannya ke kubu ini.

Bagaimanapun gaya kampanye dibuat semilenial mungkin, sosok kandidat sangat berpengaruh. Karakter Jokowi lah yang menjadi daya tarik dengan keunikan dan jiwa mudanya. Setidaknya, pilpres kali ini punya rasa dan warna lain. Memandang politik pun buat saya tak lagi sejenuh dulu…

Sekali lagi saya ingin mengangkat sebuah kalimat bijak:

Kaum muda tidak membutuhkan guru untuk berpikir, tetapi seorang ahli untuk berperilaku. (Henry de Montherlant)

***