Malasnya Prabowo dan Partai-partai Pengusungnya untuk Kampanye

Sabtu, 20 Oktober 2018 | 07:07 WIB
0
738
Malasnya Prabowo dan Partai-partai Pengusungnya  untuk Kampanye

Ada pernyataan yang bisa dikatakan mengejutkan dari petinggi partai PAN, yaitu Sekjen PAN Eddy Suparno. Menurutnya, PAN akan fokus dalam pemenangan pemilihan legislatif dibanding mengampanyekan calon presiden yang diusung atau didukung oleh partainya.

Padahal PAN adalah salah satu partai pendukung atau koalisi yang mengusung pasangan Prabowo Subianto- Sandiaga Uno sebagai capres dan cawapres.

Menurut Sekjen PAN Eddy Suparno, waktu rakernas PAN terdahulu sebelum mendaftarkan pasangan capres dan cawapres, seluruh peserta dengan yakin dan mantap memilih Prabowo sebagai calon presiden.

"Ketika kami melakukan rakernas, satu hari sebelum kita daftarkan paslon di pilpres, ketika kita ketok palu hasil rakernas dan menyatakan memilih Pak Prabowo, itu 99 persen dari hadirin menyatakan alhamdulillah kita dukung Pak Prabowo," katanya dalam diskusi bertajuk "Dari Pilkada 2015-2018 dan Peta Baru Pilpres 2019", di Hotel Veranda, Jakarta Selatan, Kamis (18/10/2018).

Alasan lainnya kenapa PAN akan lebih fokus dalam pemilihan legislatif karena PAN tidak ingin mengkampanyekan capres-cawapres yang justru menguntungkan partai lain (Gerindra), sedangkan PAN juga ingin lolos dalam ambang batas. Untuk apa menang dalam pilpres tapi partainya malah tidak lolos dalam ambang batas.

Karena dalam pilpres 2019, pilpres dan pileg dilaksanakan secara bersama-sama.

"Toh dalam pilpres 2019 tidak ada perwakilan atau kader dari partai PAN," tutur Sekjen Eddy Suparno.

Dan dari hasil menyerap aspirasi di bawah, Eddy Suparno banyak mendapat pengakuan dari para kader PAN dan mengatakan: ia tidak mau mensosialisasikan Prabowo-Sandiaga Uno karena tidak sesuai dengan kehendak konstituen dan lebih mendukung atau memilih pasangan Jokowi-Makruf Amin pada pilpres 2019.

Tentu ini menjadi bukti bahwa pasangan Prabowo-Sandiaga Uno sekarang terlihat malas-malasan untuk kampanye atau mensosialisasikan capres dan cawapres karena partai koalisi atau pendukung sibuk dengan urusan masing-masing dalam pileg.

Jelas ini sangat merugikan pasangan Prabowo-Sandiaga Uno yang ingin merebut kekuasaan dari petahana Jokowi.

Partai pendukung lainnya seperti PKS sepertinya juga belum memanaskan mesin partai untuk mengkampanyekan atau mensosialisasikan Prabowo-Sandiaga Uno. Karena PKS belum mendapat kepastian soal penggantian wakil gubernur DKI Jakarta.

Menurut PKS, jatah wakil gubernur DKI Jakarta adalah hak atau jatah PKS. Karena itu sebagai konsekuensi dukungan partainya kepada Prabowo-Sandiaga Uno. Selain itu PKS juga dilanda masalah internal atau menghadapi perpecahan. Padahal PKS juga ingin sukses dalam pileg, masak sudah gagal mengantarkan kadernya untuk menjadi cawapres mendampingi Prabowo harus gagal lagi dalam pileg.

Begitu juga Demokrat, partai ini dari awal karena terpaksa atau kawin paksa mendukung pasangan Prabowo-Sandiaga Uno dalam pilpres 2019. Bahkan Demokrat banyak kader-kadernya atau kepala daerah dari partai Demokrat terang-terangan mendukung pasangan Jokowi-Makruf Amin sebagai capres dan cawapres dalam pemilu 2019.

Demokrat juga menegaskan lewat ketua Umumnya SBY bahwa partainya akan fokus dalam pileg karena baginya yang terpenting sukses dalam pileg dibanding gagal dalam pileg. Untuk apa menang dalam pilpres, tapi partainya tidak lolos dalam ambang batas.

Makanya kenapa sekarang partai pengsung atau koalisi Prabowo-Sandiaga Uno terlihat adem ayem atau minim dalam mensosialisasiakn atau mengkampanyekan pasangan Prabwo-Sandiaga Uno sebagai capres-cawapres.

Karena, mereka (partai pengusung) juga tidak ingin partainya malah tidak lolos dalam pileg. Mereka juga tidak ingin justru partai Gerindra yang akan mendapat keuntungan ganda, yaitu mengkampanyekan Prabowo dan keuntungan juga bagi partai Gerindra itu sendiri.

Kalau sudah begini harapan untuk terlipih menjadi presiden akan semakin jauh, bahkan bisa gagal lagi dan gagal lagi, masak harus kalah lagi melawan tukan kayu yang krempeng itu dan tidak gagah atau "mbois".

Makanya sang Macan Asia yang digandang oleh para pendukungnya itu hanya bisa mengaum saja dengan pernyataan-pernyataan yang bombastis namun sesungguhnya "kopong" karena ke luar dari macan yang "omong".

***