Sekarang menjadi "media darling" saja tidak cukup -apalagi media sudah terpolarisasi berbagai kepentingan- kalian harus menjadi "medsos darling". Jadilah "medsos darling"!
Selain merakyat, punya karakter kuat dan kepemimpinan yang hebat, konon siapapun yang akan jadi Presiden RI harus menjadi "media darling".
Itu duluuu... yang kemudian menjadikan Pak Jokowi sebagai Presiden. Ya, salah satu faktor penentunya karena ia menjadi "media darling" di mana media mem-blow up aktivitas apapun yang dilakukan Pak Jokowi.
"Media" di sini merujuk pada media massa, yang pada tahun 2014 utamanya, pamornya masih di atas media baru yang sekarang disebut media sosial alias medsos itu.
Tahun 2019 pamor medsos sudah hampir berimbang dengan medsa (media massa), mungkin sudah sedikit di atasnya. Jokowi saat itu tidak lagi disebut sebagai "media darling" karena medsa secara kritis menulis tentang kegagalan maupun keberhasilan Jokowi selama 5 tahun memimpin. Jadi berimbang (terpecah) antara "berhasil" dan "tidak". Maka Jokowi tidak lagi menjadi "media darling" di tahun 2019.
Tetapi apa yang terjadi saat itu? Ternyata Jokowi sudah bergeser menjadi "medsos darling". Ini bisa terukur dari impresi positif yang lebih besar dibanding impresi negatif yang dilakukan oleh Drone Emprit di Twitter maupun periset data Politicawave di Facebook, Instagram maupun Youtube. Silakan dicek!
Yang ingin saya katakan kepada kalian yang berharap ingin menjadi Presiden RI pengganti Jokowi, mulai sekarang kalian harus merebut hati netizen (warganet) yang memenuhi medsos itu. Kalian harus jadi "medsos darling", sosok yang dicintai dan diterima dengan baik oleh penghuni dan pegiat medsos.
Di antara para warganet di medsos ini, di sanalah tempat bermain para buzzer dan influencer!
Jadi sungguh "bunuh diri" yang efektif kalau ada partai politik yang ingin mendorong kadernya menjadi Presiden mendatang, tetapi mengobarkan perang kepada buzzer dan influencer. Boro-boro bakal jadi "medsos darling", yang ada malah menjadi "medsos common enemy". Percayalah!
Ada seorang politikus mengatakan bahwa pemimpin ke depan itu adalah pemimpin yang ada di lapangan bukan di sosmed, pemimpin yang bisa dilihat teman-temannya dan orang-orang yang mendukungnya, ia ada di lapangan, bukan hanya di medsos.
Sesungguhnya yang benar adalah pemimpin yang secara paralel ada di dunia nyata dan dunia maya (Internet), pemimpin yang ada di lapangan dan dikenal rakyat, juga pemimpin yang menjadi "medsos darling", bukan menjadi "baliho darling". Sampai lebaran kambing pun istilah "baliho darling" tidak akan pernah terjadi, apalagi berperan menjadikan seseorang sebagai Presiden!
Kalian, siapapun yang ingin menjadi Presiden RI pengganti Jokowi, berbaik-baiklah dengan warganet penghuni jagat medsos. Berusahalah menjadi "medsos darling" yang dicintai warganet. Sekarang menjadi "media darling" saja tidak cukup -apalagi media sudah terpolarisasi berbagai kepentingan- kalian harus menjadi "medsos darling".
Tinggal ngaca (bercermin) saja agak lama lalu bertanya reflektif pada diri sendiri: "sudahkah saya menjadi medsos darling?" atau "bisakah saya menjadi medsos darling"? kalau merasa belum, "bagaimana caranya saya menjadi medsos darling?"
Paham!?
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews