Pisau Bolu Rocky Gerung Ini Anti Mainstream

Seperti istri yang memergoki suaminya menggebet perempuan baru, PA 212 dan PSI bereaksi cepat dengan memuntahkan segala bentuk kemarahannya.

Senin, 5 Agustus 2019 | 09:18 WIB
0
655
Pisau Bolu Rocky Gerung Ini Anti Mainstream
Rocky Gerung (Foto: Kumparan.com)

Rocky Gerung kembali membuktikan ke-IQ-annya yang jauh mengungguli bangsa Indonesia pada umumnya, tanpa terkecuali. Sayang, hanya satu-dua orang yang melihatnya.

Dalam soal pertemuan Jokowi-Prabowo, pertemuan Megawati-Prabowo, dan pertemuan Surya Paloh-Anies Baswedan, misalnya, banyak pengamat yang sudah berbusa-busa memaksakan hasil analisisnya.

Meski jumlahnya banyak hingga tak terhitung lagi dan busanya pun sudah meluber melewati bibir ember, tetapi kesimpulan yang disodorkan bejibun pengamat itu cuma satu: ketiga pertemuan itu mengarah ke 2024. Lantaran itulah, hasil olah IQ para pengamat ini terasa garing kerongtang.

Dan, parahnya lagi, kesimpulan para pengamat itu tidak lebih dari hasil olah raba. Mereka, para pengamat itu, hanya mampu meraba-raba.

Rocky Gerung tidak seperti itu. Pria yang hanya sanggup mengalimatkan rindunya lewat akun Twitter-nya ini memilih memberikan pisau bolunya. Dengan pisau bolu itu Rocky mengajak kita untuk mengupas “Pertemuan Juli” tanpa menggunakan rabaan.

Pisau bolu yang tajamnya melebihi sembilu dibelah tujuh ini diserahkan Rocky Gerung saat tampil dalam Indonesia Lawyers Club yang ditayangkan TV One pada 30 Juli 2019.

"Kalau dua orang bertemu artinya ada pihak ketiga mau disingkirkan. Gampang kan! Tinggal ditanya siapa pihak yang hendak disingkirkan? Yang bereaksi lebih cepat tentu! Yang bereaksi lebih cepat terhadap Teuku Umar siapa? ya Gondangdia bereaksi lebih cepat. Kan simple kan loginya,"

Itulah pisau bolu yang diberikan gratis oleh Rocky Gerung malam itu. Sisi tajam pisau itu ada pada “siapa pihak yang hendak disingkirkan? Yang bereaksi lebih cepat tentu! “

Gampangnya, pihak yang disingkarkan adalah yang bereaksi lebih cepat.

Baca Juga: Rocky Gerung Tak Sesat Logika, Legitimasi Jokowi Memang Ada pada Prabowo

Contohnya, kalau tetiba listrik mati, maka yang paling cepat bereaksi adalah orang-orang yang sedang menggunakan listrik. Orang-orang ini dirugikan karena terputusnya aliran listrik. Sebaliknya, orang-orang yang tidak menggunakan listrik tidak bereaksi.

Contoh lainnya, kalau jalan tol macet, yang memaki adalah pengguna jalan tol. Sementara, orang yang lewat jalur alternatif pastinya tenang-tenang saja.

Pisau yang diberikan Rocky Gerung ini sebenarnya mirip-mirip dengan Hukum Ketiga Newton yang berbunyi “Aksi = Reaksi”. Kalau ada aksi maka ada reaksi.

Dalam “Pertemuan Juli”, ada pihak-pihak yang bertemu dan ada pula kelompok-kelompok yang bereaksi cepat. Dan, semua anak bangsa yang mengikuti pemberitaan pastinya tahu kelompok-kelompok mana saja yang bereaksi cepat atas “Pertemuan Juli”.

Siapa saja yang bereaksi cepat setelah “Pertemuan Juli”?

Setelah Jokowi bertemu dengan Prabowo pada 13 Juli 2019, Persaudaraan Alumni 212 bereaksi cepat. Kelompok ini langsung menyerang Prabowo dengan lontaran-lontaran peluru-peluru pernyataannya. Malah, Prabowo yang dulu disanjung-sanjung disebut sebagai alat yang sudah rusak. Jika menggunakan “pisau” Rocky Gerung, maka PA 212 adalah pihak yang tersingkir.

Lantas, siapa yang bereaksi cepat setelah “Pertemuan Nasi Goreng” Megawati-Prabowo dan “Pertemuan Nasi Kebuli” Surya Paloh-Anies Baswedan? Jawabannya adalah Partai Solidaritas Indonesia alias PSI.

Seperti cacing yang mengerang kepanasan di atas jalan aspal, partai gurem ini bereaksi cepat sekaligus cepat. Serangan, dengan kata-kata kasar yang identik dengan PSI menghujani Anies. Karena reaksi cepat partai gagal masuk Senayan inilah, dengan menggunakan pisau Rocky Gerung, PSI adalah pihak yang tersingkir.

Bandingkan dengan parpol-parpol koalisi Jokowi-Ma’ruf lainnya, seperti Golkar, PKB, PPP, Hanura, dan juga Perindo yang tidak bereaksi atas pertemuan Mega-Prabowo dan Surya-Anies.

“Kalau dua orang bertemu artinya ada pihak ketiga mau disingkirkan,” kata Rocky Gerung. A dan B bertemu berarti C disingkirkan. Kalau A adalah suami yang menjalin hubungan dengan madunya, yaitu B, maka C istri A sedang disingkirkan.

Prabowo dengan PA 212 berkoalisi selama bertahun-tahun. Jokowi (lawan dari PA 212) bertemu dengan Prabowo. Maka, Jokowi dan Prabowo menyingkirkan PA 212.

Begitu juga dengan PSI. PSI berkoalisi dengan PDIP dan Nasdem. Kemudian PDIP bertemu dengan Gerindra (lawan PSI) dan Nasdem bertemu dengan Anies (lawan PSI). Maka, PDIP, Nasdem, dan Gerindra menyingkirkan PSI.

Seperti istri yang memergoki suaminya menggebet perempuan baru, PA 212 dan PSI bereaksi cepat dengan memuntahkan segala bentuk kemarahannya.

Setajam itu pisau bolu yang diberikan Rocky Gerung untuk mengupas Pertemuan Juli”. Dan, perlu juga dicatat dengan tinta tebal, reaksi kelompok ini adalah fakta yang “true” karena benar-bernar terjadi, bukan rabaan spekulan yang baru diketahui “right” atau “wrong” pada 2024 nanti.

Baca Juga: Reaksi PSI pada Opini Ninoy Ingatkan Twit Rocky Gerung

Malah, bukan saja itu, pisau Rocky yang anti mainstream ini juga bisa digunakan untuk mengupas lebih luas lagi kulit penutup.

Jika “Pertemuan Juli” dimaksudkan sebagai aksi untuk merekonsialisasi anak bangsa yang telah terpolarisasi selama beberapa tahun, maka kelompok-kelompok yang bereaksi adalah penentangnya.

Dan, seperti hukum “Aksi = -Reaksi”, semakin keras aksi bangsa ini untuk mengakhiri polarisasi, semakin keras pula reaksi kelompok-kelompok tersebut untuk menentangnya. Dengan begitu, jika polarisasi benar-benar bisa diakhiri, maka kelompok-kelompok ini benar-benar tersingkir.

Pertanyaannya sederhana saja, apakah pisau bolu Rocky Gerung ini hanya bisa digunakan untuk mengupas, atau bisa juga digunakan untuk memisahkan bangsa ini dari kelompok-kelompok yang menentang upaya perdamaian?

***