Politik dan Hilangnya Urat Malu

Terlibat di dalam sistem politik yang ada merupakan satu-satunya keniscayaan apabila kita ingin terlibat nyata dalam perubahan dan kemajuan demi rakyat.

Minggu, 26 Mei 2019 | 10:36 WIB
0
324
Politik dan Hilangnya Urat Malu
ilustr: WordPress.com

Politik yang pada dasarnya bertujuan baik, pada praktiknya memang sering berlangsung di luar akal sehat dan sangat mencengangkan. Itulah yang terjadi manakala politik dipergunakan untuk keserakahan dan ambisi kekuasaan.

Memang rasanya tidak mungkin suatu tujuan politik dilakukan tanpa peran kekuasaan. Penataan kehidupan bernegara pasti mustahil tanpa peran serta kekuasaan. Kekuasaan memungkinkan tatanan ditata dengan penegakan peraturan perundang-undangan.

Namun sangat absurd manakala kekuasaan menjadi tujuan dan bukan sarana politik. Partai-partai hanya menjadi mesin kendaraan politik, bukan sebagai pengemudi. Rakyat yang semestinya menjadi subyek akhirnya hanya menjadi obyek pelampiasan nafsu serakah para politsi busuk.

Inilah yang kita tonton pada dunia perpolitikan negeri ini. Kebohongan, caci-maki fitnah dan ujaran kebencian menyebar dimana-mana. Didukung oleh kecanggihan teknologi informasi, maka rakyat setiap waktu menyantap informasi yang kadang belum tentu kebenarannya. namun di sisi lain juga semakin mendewasakan sikap kritis rakyat untuk kepentingan negaranya.

Politik tampaknya telah mencopot urat malu para politisi miskin visi. Asal mengeluarkan statement tanpa data, asal menuduh tanpa bukti dan asal mengklaim kebenaran menurut versinya sendiri. Tiada lagi punya rasa malu dan bahkan mengabaikan harga diri. Mendeklarasikan kemenangan menurut lembaga survei imajiner versinya sendiri seraya menuduh lembaga resmi yang ada telah melakukan kecurangan.

Para politisi busuk dan partai-partainya sepertinya memang sudah cupet nalar. Suatu saat menyatakan dukungan dan bergabung dalam koalisi oposisi dan sesaat kemudian keluar dan berpindah ke koalisi pemerintah yang sebelumnya mereka lawan.

Bukan sekadar pembenaran ungkapan 'dalam politik tak ada kawan abadi melainkan kepentingan abadi' tetapi sesungguhnya adalah 'ambisi pribadi yang abadi'. Segala cara pun dihalalkan. Segala jalur ditempuh dengan alasan demi keutuhan berbangsa dan bernegara, padahal sesungguhnya demi semakin berlimpahnya pundi-pundi pribadinya. Sungguh ironis.

Meskipun demikian bagi generasi milenial atau pun generasi muda pada umumnya yang belum berkecimpung dalam dunia politik tidak perlu takut atau phobia pada politik. Karena sesungguhnya tatanan masyarakat tidak mungkin tercapai tanpa peran politik.

Oleh sebab itu apabila kita ingin berperanserta dalam memajukan negeri ini tak ada cara lain selain terlibat dalam politik riil dalam sistem yang ada; tak cukup dengan turun ke jalan dan berdemo, apalagi hanya mengumbar status di media sosial. Tak akan banyak pengaruhnya. Bergabunglah ke dalam partai dan selanjutnya terlibat di parlemen. Selagi masih muda usia dan belum terkontaminasi.

Terlibat di dalam sistem politik yang ada merupakan satu-satunya keniscayaan apabila kita ingin terlibat nyata dalam perubahan dan kemajuan demi rakyat. Namun dengan catatan tetap menjaga visi dan keberpihakan kepada kepentingan rakyat, berbangsa dan bernegara. Jangan sampai copot dan bahkan hilang urat malu.

Selamat berjuang.

***
Solo, Minggu, 26 Mel 2019. 10:26 am
'salam kritis penuh cinta'
Suko Waspodo
suka idea
antologi puisi suko