Golkar Jelang Bedhol Dukung Jokowi

Kamis, 21 Maret 2019 | 23:36 WIB
0
378
Golkar Jelang Bedhol Dukung Jokowi
Erwin Aksa (Foto: Detik.com)

Langkah mengejutkan Erwin Aksa yang mendukung paslon 02 Prabowo Subianto–Sandiaga Uno tampaknya bakal diikuti oleh kaum muda kader Partai Golkar lainnya di berbagai daerah di Indonesia.

“Dia sudah tahu, Mas. Pindahnya Erwin Aksa atas instruksi JK. Sebentar lagi ada rombongan kaum muda Golkar,” ungkap sumber PepNews.com di lingkungan Istana. JK yang dimaksud adalah Wapres Jusuf Kalla. JK sudah membaca bagaimana “petanya”.

Apalagi, dalam rilis survei Litbang Kompas, Kamis (21/3/2019), dengan elektabilitas Joko Widodo 49,2% dan Prabowo Subianto 37,4%, tentunya sangat membahayakan peluang paslon 01 Joko Widodo–Ma’ruf Amin memenangkan Pilpres 2019.

“Kami memang dari waktu ke waktu selalu melakukan polling dan survei untuk elektabilitas. Survei ini pertama kita lakukan Oktober tahun lalu,” ujar Pemred Kompas Ninuk Pambudy ketika memberikan penjelasan soal metodologi hingga hasil survei itu.

“Pertama-tama, pertanyaannya tentang tendensi. Kompas selalu menjaga profesionalitasnya dan mencoba untuk terus menerus independen dalam liputannya,” kata Ninuk saat dihubungi Detikcom, Rabu (20/3/2019).

Ninuk menjelaskan posisi Litbang Kompas yang ada di bawah redaksi tapi tetap independen. Menurutnya, Litbang Kompas menentukan metodologi sendiri, memilih tenaga survei sendiri, dan pembiayaan berasal dari Kompas sendiri.

“Bahkan pimpinan di atas saya pun tidak bisa apa-apa terhadap survei ini,” ucapnya. Ninuk menjelaskan soal perbedaan survei Litbang Kompas dengan hasil survei lembaga lain yang selama ini sangat mengunggulkan capres petahana Jokowi.

Sampel survei Litbang Kompas sebanyak 2.000 responden, bisa jadi sama dengan jumlah responden survei lainnya. “Metodologi yang dipakai oleh Kompas itu sampelnya memang 2.000 responden, terus kita memilih 500 kelurahan dan desa,” ujarnya.

Di setiap kelurahan dan desa itu diambil 4 responden dengan sebaran itu. Sebarannya pun berdasarkan proporsi penduduk dan ditambah juga ada data-data dari BPS. “Jadi potensi-potensi desa dan kelurahan itu kita ambil dari data resminya BPS,” jelas Ninuk.

Hasil survei Litbang Kompas yang menyebut elektabilitas Jokowi di bawah 50% tentunya sangat mengkhawatirkan dan “sangat bahaya”. Terlepas dari survei tersebut, pasti kader-kader parpol pengusung akan berpikir ulang untuk mendukung paslon 01 tersebut.      

Bukan tidak mungkin, realitas dukungan rakyat yang tampak dalam berbagai kampanye yang dilakukan kedua paslon itulah yang menyebabkan beberapa elit politik Golkar seperti Erwin Aksa harus mengambil sikap berubah: mendukung Prabowo – Sandi.

Memang, meski sudah lama berkecimpung di dunia politik dan bisnis, Erwin merasa betapa sulitnya melepaskan bayang-bayang JK dan Aksa Mahmud. Padahal, dengan paman dan ayahnya itu, dia mengaku kerap berbeda pendapat, termasuk dalam pilihan politik.

Erwin mencontohkan, saat Pilgub Sulsel pada 2012, ia mendukung Syahrul Yasin Limpo, sedangkan JK menyokong Ilham Arif Sirajuddin. Juga saat pemilihan Ketum Golkar 2009, JK dan Aksa Mahmud mendukung Surya Paloh, Erwin justru memilih Aburizal Bakrie.

“Jadi, saya dan keluarga itu biasa saja, kami demokratis sekali,” ujarnya, seperti dilansir oleh Detik.com, Kamis (21/3/2019). Terkait dukungannya pada Sandi, Erwin menegaskan bahwa itu semata karena persahabatan.

Erwin membantah ada motif politik seperti mengincar kursi menteri atau Wakil Gubernur DKI Jakarta di balik dukungannya tersebut. Akankah dukungan terbuka dia itu diikuti oleh rekan-rekannya sesama pengusaha lainnya? Erwin berharap demikian.

Tapi dia memahami bila kebanyakan dari mereka malu-malu, takut, atau sungkan untuk menyampaikannya secara terbuka kepada Sandi. “Dari pilpres ke pilpres, biasanya banyak pengusaha yang sungkan bila tak mendukung calon incumbent (petahana),” ujarnya.

“Mungkin takut nggak dapat proyek di pemerintahan,” lanjut Erwin. Meski ia mendukung paslon 02, toh Erwin memuji kepemimpinan Presiden Jokowi selama 4,5 tahun terakhir ini, yang sukses membangun berbagai infrastruktur yang dianggapnya tertinggal.

Tapi Erwin tetap menyokong Sandi sebagai wujud persahabatannya yang hakiki. Ia akhirnya buka-bukaan juga soal cerita di balik layar awal-awal pengajuan nama Anies Baswedan dan Sandiaga Uno saat maju dan menang Pilgub DKI 2017.

Juga soal pengurus Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) yang terpecah dalam dua kubu pada pilpres kali ini. Ada yang mendukung Jokowi – Ma'ruf, ada pula kubu Prabowo – Sandi. Atas sikapnya ini, Erwin pun diberhentikan dari kepengurusan Golkar.

Sebelumnya, Erwin mengaku sudah mengajukan surat pengunduran diri sebagai pengurus DPP Golkar. Ia menyebut surat tersebut disampaikan langsung ke Ketum Golkar Airlangga Hartarto.

“Saya mengajukan surat resmi untuk pengunduran diri dan menyampaikan ke Ketua Umum di rumah beliau (Airlangga). Demikian juga saya sampaikan ke dewan pembina, ke Aburizal Bakrie, saya menyampaikan sesuai mekanisme yang ada di dalam Golkar,” jelasnya.

Sebelum mengundurkan diri, Erwin diketahui menjabat Ketua Bidang Koperasi dan UKM DPP Golkar. Saat ini, sebut Erwin, posisi yang ia tinggalkan sudah diisi kader Golkar lain, Andi Lukman, yang tak lain adalah sahabat Erwin sendiri.

“Kami infokan bahwa DPP Partai Golkar telah mengambil keputusan pemberhentian Saudara Erwin Aksa dari posisi di DPP Golkar sebagai Ketua Bidang Koperasi dan UKM,” ujar Ketua DPP Golkar Ace Hasan Syadzily, seperti dilansir Detik.com, Selasa (19/3/2019).

Bentuk Go PrabU

Langkah dukungan Erwin Aksa yang dialihkan ke Prabowo – Sandi tersebut jelas akan sangat berpengaruh pada kader Golkar lainnya. Apalagi, melihat situasi politik atas dukungan rakyat kepada paslon 01 yang diusung Parpol Koalisi Petahana ini semakin turun.

Lihat saja sambutan rakyat saat Prabowo – Sandi turun di tengah-tengah masyarakat. Andai survei itu ukurannya kehadiran rakyat, maka sudah dipastikan paslon 02 ini bisa meraih suara kisaran 90%, dan sisanya abstain karena sulit menghitungnya.

Melihat realitas politik itu, bukan tidak mungkin, langkah yang sama akan dilakukan kader Golkar lainnya, terutama kaum mudanya. Kabarnya, dalam waktu dekat jelang Pilpres, 17 April 2019, ada rombongan kader muda Golkar mengikuti langkah Erwin.

Rombongan kaum muda Golkar ini akan diarahkan untuk bergabung dengan Partai Berkarya dan Partai Gerindra. Sebelumnya, sejumlah caleg Golkar di DKI Jakarta telah membentuk Go PrabU, Golkar Prabowo-Uno, guna mendukung paslon Prabowo – Sandi.

Acara deklarasi Go PrabU digelar di Hotel Crowne, Jakarta Selatan, pada Senin (24/9/2018). Koordinator Nasional Go PrabU, Cupli Risman, mengatakan deklarasi itu guna menyikapi situasi politik terkini.

“Tadi kan dalam deklarasi saya sebagai salah satu koordinator nasional, kebetulan saya caleg DPRD DKI Jakarta, udah DCT (daftar caleg tetap),” kata Cupli. “Ini kita merespons situasi yang berkembang, baik di tingkat elite maupun grassroot,” lanjutnya.

Di tingkat elite situasinya di luar perencanaan awal karena sejak awal dihitung Jokowi akan berpasangan dengan Airlangga (Ketum Golkar Airlangga Hartarto). “Kita bisa total main kan karena ada electoral effect-nya ke Golkar,” imbuh Cupli.

Tapi, ternyata Golkar kini mengusung Jokowi – Ma'ruf. Bagi Cupli, kombinasi paslon capres-cawapres itu tak menguntungkan partai, terutama para caleg.

“Sampai hari ini kan sudah ditetapkan bukan dari Golkar wapresnya dan ini kalkulasi politik kita tidak menguntungkan bagi caleg-caleg yang bertarung di lapangan, di dapil masing-masing,” klaim dia.

Menurut Cupli, ada daerah tertentu caleg Golkar tidak bisa membawa nama Jokowi dalam kampanye. Karena itulah Go PrabU dibentuk.

“Kalau di daerah tertentu kita bawa Jokowi, Golkar bisa repot. Jadi, kita mengambil inisiatif juga untuk merespons grassroot. Kita caleg kan supaya terpilih. Kalau kita pro-Jokowi, kita tak dipilih orang, kan kita juga repot kan sebagai caleg,” ucap Cupli.

Cupli mengklaim elite Golkar sejak awal seperti telah merestui langkah kader untuk merapat ke Prabowo – Sandi. Dia memberi contoh versinya. Kemudian senior-senior partai sudah memberi sinyal ya, pertemuan Airlangga dengan Sandi di ultah Akbar Tandjung.

“Itu sebenarnya sinyal-sinyal, kami nangkap itu sinyal dari elite-elite Golkar sudah mulai memberi keleluasaan kepada kader Golkar, khususnya caleg, untuk mana yang dimungkinkan secara standing point untuk caleg di dapil masing-masing,” ungkap Cupli.

Saat ditanya total caleg yang lompat ke Prabowo – Sandi, Cupli tak memerinci. Yang pasti jumlahnya, menurut dia, cukup banyak. “Karena kita dari daerah-daerah, ditelepon, mereka juga mendukung banyak dari caleg kabupaten, provinsi, RI,” lanjut Cupli.

Go PrabU dibentuk di seluruh Indonesia. Ini semata-mata, demi kebaikan Golkar. “Pada prinsipnya Go Prabu dibentuk di seluruh Indonesia di tingkat provinsi maupun kabupaten agar secara elektoral Golkar bisa terus bertahan di dua besar minimal,” ungkap dia.

“Kalau kita nemplok ke Jokowi, seluruh survei mengatakan kita sudah partai papan tengah sekarang. Harus ada terobosan, kalkulasi, dan perhitungan yang tepat. Mudah-mudahan dengan terjadi proses perubahan, Golkar kembali bisa ke puncak,” pungkas Cupli.

Apa yang disampaikan Cupli itu sangat logis. Apalagi, saat dukungan rakyat ternyata hanya ditujukan kepada Prabowo – Sandi. Setidaknya ada 6 alasan pihaknya mendukung Prabowo – Sandi. Pertama, pihaknya melihat kondiri rakyat semakin susah dan melarat di era Jokowi.

Kedua, melihat kondisi Golkar yang sama sekali tak diuntungkan dalam mendukung Jokowi – Ma'ruf. Ketiga, Cupli menilai Prabowo Subianto secara ideologis dan kultural mempunyai hubungan yang lebih kuat dan dekat dengan Golkar.

Keempat, banyak indikasi operasi intelijen lewat aparat penegak hukum yang menargetkan elite-elite Golkar menjadi tersangka dalam kasus-kasus tertentu. Kelima, melorotnya suara Golkar menjadi partai menengah lewat hasil lembaga survei.

Keenam, sosok Sandi sebagai cawapres dinilai sebagai simbol kaum milenial yang banyak menginspirasi anak muda.

***